Oleh : Verawati S.Pd
(Praktisi pendidikan dan Pengarus Opini Islam)
Hidup itu hakikatnya adalah ujian. Setiap diri kita akan ditanyakan tentang semua hal yang dilakukan di dunia ini dan akan diberikan balasannya.
Sebagaimana firman Allah Swt. (Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Luqman: 16).
Baik mereka yang hidup dengan berlimpah harta, jabatan dan kesenangan lainnya maupun mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kesulitan serta kesakitan pada hakikatnya semuanya ujian. Jadi ujian itu bukan hal yang sulit atau yang tidak enak saja. Kesenangan pun adalah ujian.
Meski demikian adanya, kita harus berusaha untuk keluar dari permasalahan tersebut. Tidak hanya pasrah saja. Setiap kesulitan dan kesakitan atau pun keresahan hati adalah sebuah sinyal Allah untuk kita supaya kita mendekat padanya.
Mungkin kita mendapati anak yang sulit diatur, sulit diarahkan yang ada malah melawan orang tua. Mendapati istri yang sulit dinasihati atau suami yang tidak ma'ruf. Mendapati tetangga yang tidak baik. Sering diuji dengan sakit. Keuangan keluarga yang kurang, lingkungan yang tidak baik bahkan negara yang kacau serta mendapati pemimpin yang dzalim. Semua ketidaknyamanan ini adalah sinyal dari Allah swt agar kita mendekat pada Nya.
Langkah apa yang harus kita lakukan dalam menghadapi semua ujian atau masalah hidup ini?
Pertama, kembali kepada Allah. Memperbaiki hubungan dengan Allah swt. Diperbaiki sholat dan shaumnya. Diperbanyak dzikir, sholawat, shodaqoh. Memperbanyak doa. Berdoalah pada waktu-waktu yang mustajab. Atau mintalah do'a pada orang-orang shaleh. Terutama kepada orang tua.
Harus ada yang perubahan dalam aktivitas hidup kita. Karena pada hakikatnya Allah menginginkan hambanya untuk taat dan patuh Pada Nya. Yakin dalam ketaatan pada Allah ada kebaikan. Kebahagiaan dan ketenangan di dunia itu adalah kasih sayang atau bonus dari Allah. Sedangkan balasan yang hakiki adalah mendapatkan Ridho, surga dan bisa berjumpa dengan Nya.
Kedua, menjauhkan diri dari maksiat. Artinya sebelum meminta solusi kepada Allah kita bertaubat kepada Allah swt. Barangkali ada harta yang kita miliki caranya yang haram, atau pekerjaannya juga haram, maka segeralah ditinggalkan. Barangkali ada orang-orang yang tersakiti dengan ucapan dan tingkah kita, maka bersegeralah meminta maaf. Begitu pula sebelum kita menuntut baik pada orang lain kita perbaiki sikap dan tingkah laku kita dahulu. Sebelum meminta anak menjadi shaleh kita dahulu yang menjadi shaleh. Selalu introspeksi diri.
Ketiga, Mencari ilmu. Ilmu itu seperti cahaya. Akan menerangi kegelapan. Akan memecahkan permasalahan. Carilah ilmu yang dibutuhkan. Terutama ilmu agama. Untuk masalah keluarga bisa mencari ilmu tentang parenting. Dan ilmu-ilmu yang lainnya. Dengan banyak ilmu insyallah akan mengubah pola hidup kita. Terutama adalah pola sikap dan pola pikir kita.
Contoh saya pernah mendapat cerita dari seorang motivator parenting. Diceritakan bahwa ada anak yang tidak nurut sama bapaknya bahkan mengecewakan orang tuanya. Lalu dia ikut semua seminar dan solusi untuk masalah tersebut dengan cara melakukan me time" ngobrol berdua" dengan anak tersebut. Setelah beberapa satu atau dua kali pertemuan ternyata anak tersebut jadi penurut.
Keempat, sabar. Jika belum dapat keluar dari masalah yang dihadapi makan bersabarlah. Berarti Allah sangat sayang dan ingin memberikan balasan terbaik di akhirat nanti.
Pada zaman Rasulullah saw, ada Shahabiyah yang mempunyai penyakit ayan. Setiap kali kambuh dia kambuh tersingkap auratnya. Akhirnya dia meminta didoakan oleh Rasul. Kemudian rasul bertanya. Maukah engkau bersabar dengan sakit mu? Jika engkau ridha maka akan masuk surga. Kemudian wanita tersebut tidak meminta didoakan untuk sembuh, hanya minta didoakan bila saat kambuh auratnya tidak tersingkap. MasyaAllah...
Keberkahan dan solusi insyallah akan Allah berikan kepada kita bila kita beriman dan bertakwa. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (TQS. Al-Arof 96)