Setelah Konstantinopel, Roma Berikutnya

Oleh : Dini Azra







Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam, adalah manusia yang paling dapat dipercaya diatas dunia. Sifat shiddiq dan amanah telah melekat dalam pribadinya, jauh sebelum diangkat sebagai Nabiyullah. Setelah menjadi Nabi, tidak ada satupun yang keluar dari lisannya mengikuti hawa nafsu. 


Namun selalu terarah atas bimbingan wahyu. Maka, meyakini kebenaran atas kabar gembira (bisyarah) yang beliau sampaikan. Baik bersumber dari Alquran atau hadits. Adalah keniscayaan bagi orang-orang beriman.


Sebagaimana para sahabat Nabi yang selalu taat dan percaya akan janjinya. Bisyarah Nabi juga menjadi pelecut semangat bagi kaum muslim terdahulu, dalam berjuang menegakkan dinnul Islam di muka bumi. 


Sejarah telah mencatat keberhasilan umat Islam. Yang terinspirasi dari keyakinan atas bisyarah Nabi. Sebut saja pembebasan Syam, Persia, dan Yaman yang dilakukan oleh para sahabat. Karena hal itu telah dinubuwahkan oleh Nabi, ketika perang Ahzab.



Dalam sebuah riwayat,  salah seorang sahabat Nabi, Abu Qubail bercerita, “Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya, ‘Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Roma?’ Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. 


Lalu ia berkata, "Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: " Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Roma?’ Rasul menjawab, ‘Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.’ Yaitu: Konstantinopel’.” (HR. Ahmad, ad-Darimi dan al-Hakim).


Dan dalam riwayat lain dalam sabdanya, Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan kepada para sahabatnya, “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad)


Hadits tersebut menjadi kabar gembira bagi kaum muslimin. Terlebih bagi para pemimpin Islam, mereka berusaha mewujudkannya dan berharap menjadi pemimpin yang dimaksud dalam hadits tersebut. 


Karena kota Konstatinopel merupakan kota yang istimewa. Pada masanya, konstantinopel dianggap sebagai kota terbesar, terkaya, dan terindah. Semua dikarenakan posisi strategisnya yang berada di jalur utama perdagangan antara laut Aegean dan laut Hitam. Posisi yang strategis serta keindahan yang dimiliki oleh Konstantinopel digambarkan oleh Napoleon Bonaparte dalam sebuah kalimat yang agak berlebihan, “kalaulah dunia ini sebuah negara maka Konstantinopel lah yang paling layak menjadi ibu kota negara.”


Pada tahun 669 M pasukan Bani Umayah yang dipimpin oleh Yazid bin Muawiyyah yang juga putra dari Khalifah Umayah bin Syufyan, menyerang Konstatinopel untuk pertama kalinya. Pasukan itu melakukan pengepungan melewati musim panas dan musim semi. Namun karena ketangguhan pertahanan musuh, usaha tersebut belum membuahkan hasil. 

Bahkan seorang sahabat Nabi bernama Abu Ayub Al Anshari gugur dalam penyerangan itu. Sesuai wasiatnya jasad beliau dikuburkan di dekat dinding benteng Konstantinopel. Penyerangan kembali dilakukan oleh pasukan Bani Umayyah pada tahun 674 M. Serangan itu terkenal dengan sebutan peperangan tujuh tahun. Namun masih juga menuai keberhasilan.


Upaya penaklukan kedua terjadi pada masa Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (98 H). Bersama dengan saudaranya yang bernama Maslamah bin Abdul Malik, beliau memimpin pasukan besar. Untuk mengepung Konstantinopel dari darat dan udara selama satu tahun penuh. Upaya itu juga mengalami kegagalan.


Dan yang ketiga, penyerangan terjadi pada masa Kekhalifahan Harun Al Rasyid, Bani Abassiah (165 H). Pasukan mereka berhasil mencapai pinggiran kota Iskedar. Namun kemudian Ratu Romawi mengajukan perdamaian, dan berjanji akan membayar jizyah. Khalifah menyetujui, dan membawa kembali pasukannya tanpa melakukan penaklukan. Sejak saat itu upaya penaklukan berhenti.


Hingga akhirnya pada masa Kekhilafahan Utsmaniyah di Turki, Khalifah muda bernama Muhammad al Fatih (Sultan Mehmet ll), melanjutkan perjuangan itu. Sejak kecil oleh gurunya yang bernama Syeikh Syamsuddin, beliau selalu diingatkan akan hadits nabi tentang pemimpin yang akan menaklukkan Konstatinopel. 

Muhammad Al Fatihah digembleng dengan berbagai ilmu agama sehingga membuatnya menjadi seorang pemimpin yang tak hanya tangguh dan cerdas. Tapi juga pemimpin shaleh yang bertakwa dan beriman terhadap Allah Subhanahu wa ta'ala serta janji Rasul- Nya. Pelajaran dari Sang Guru selama ini telah membakar semangat jihad Sultan dan pasukannya. Hingga akhirnya dilakukan pengepungan kota Konstantinopel, selama lebih dari limapuluh hari.


Pada Selasa pagi, 20 Jumadil Ula 857 H bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 kota Konstantinopel jatuh ke dalam kekuasaan Islam. 


Saat penaklukan telah di depan mata, sultan sempat mengatakan akan hadits Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi wassalam telah terpenuhi. “Konstantinopel akan jatuh di tangan seorang pemimpin yang sebaik-baik pemimpin dan tentaranya sebaik-baik tentara". 


Hal ini menjadi bukti bahwa penaklukan Konstatinopel bukan semata untuk memperluas kekuasaan Khilafah. Tapi lebih dari itu, melalui seorang Muhammad Al Fatih. Bisyarah Nabi itu akhirnya terjadi 800 tahun kemudian, setelah Nabi ucapkan.


Pelajaran bagi generasi muslim sekarang, yaitu jangan pernah meragukan bisyarah yang telah disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam. Dengan mengenang kesuksesan Muhammad Al Fatih. 

Semestinya bisa menjadi pelecut semangat untuk merealisasikan bisyarah Nabi yang masih belum terwujud. Dalam hadits yang berbunyi, " ... Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Roma?’ Rasul menjawab, ‘Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.’ Yaitu: Konstantinopel.” (HR. Ahmad, ad-Darimi dan al-Hakim).


Hadits tersebut, mengisyaratkan bahwa setelah Konstatinopel berhasil ditaklukkan. Maka umat Islam akan kembali menaklukkan kota lainnnya yaitu Roma.
Meskipun secara akal sepertinya mustahil dilakukan di jaman o. Namun bisyarah Nabi sudah pasti akan terbukti.


Hanya saja tugas kaum muslimin bukan hanya diam menunggu. Umat harus mempersiapkan dirinya, jika masih diberi umur sampai masa itu tiba, bisa menjadi bagian dari perjuangan Islam.


Umat Islam harus memiliki jiwa sebagai pemenang, bukan malah bermental pecundang. Karena mengingat penaklukkan Roma hanya bisa diwujudkan dengan jalan jihad fi sabilillah dan dakwah. Maka ilmu agama harus terus bertambah, iman jangan dibiarkan lemah.

Dakwah ditengah masyarakat harus terus dilakukan, meskipun musuh-musuh Islam berusaha menghadang. Selain itu juga mendidik anak-anak dan pemuda Islam menjadi generasi rabbani. Yang akan mewujudkan bisyarah Nabi. Menjadikan mereka generasi penakluk Roma. Meski hidup ditengah gempuran fitnah ideologi-ideologi asing penjajah.


Sangat mungkin bisyarah penaklukan Roma terkait dengan bisyarah Nabi lainnya. Yaitu tegaknya Khilafah Islamiyah yang akan kembali memimpin dunia. Mendobrak hegemoni kekuasaan barat, dan mengembalikan peradaban Islam yang akan membawa keadilan dan rahmat bagi seluruh alam. Sebagaimana kabar gembira yang Nabi sampaikan, " ... kemudian akan kembali Khilafah yang mengikuti manhaj/metode kenabian." (HR. Ahmad) Wallahu a'lam bishawab.

Goresan Pena Dakwah

ibu rumah tangga yang ingin melejitkan potensi menulis, berbagi jariyah aksara demi kemuliaan diri dan kejayaan Islam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak