Oleh : Nursiyati (Pengajar)
Tradisi adat Buang Nahas di Kampung Talisayan, Kecamatan Talisayan, kembali digelar masyarakat, di kawasan Pantai Talisay, Rabu (23/10) lalu. Tradisi adat yang selalu digelar di akhir bulan Safar tahun hijriah tersebut, bertujuan untuk membuang segala keburukan dan berdoa bersama untuk mendapat keselamatan, kemakmuran, dan dijauhkan dari segala bencana. Namun, masyarakat dan panitia pelaksana Buang Nahas tahun ini, sangat kecewa. Kecewa kepada Camat Talisayan Mansyur yang disebut tidak merestui tradisi adat mereka.Dikatakan Ketua Panitia Buang Nahas, Karibal Jamrah, Camat Talisayan memang menyampaikan kepada pihaknya bahwa Tradisi Buang Nahas dianggap tak sesuai dengan akidah dalam Islam. Makanya camat tidak memberikan restu, dan tidak bersedia menghadiri acara adat masyarakat pesisir Berau tersebut.“Susah sudah kalau bicara akidah. Karena masing-masing berbeda pandangannya soal akidah,” katanya saat ditemui di lokasi acara. https://berau.prokal.co/read/news/62298-camat-tinggalkan-warga-talisayan.html
Berbeda dengan di berau di sumedang puluhan penari pingsan dan kesurupan saat even tari umbul kolosal di waduk jatigede kabupaten sumedang yang melibatkan sekitar 5.555 orang yang tak kuat menahan terik matahari saat menari. https://kabar-priangan.com/puluhan-penari-pingsan-dan-kesurupan-saat-even-tari-umbul-kolosal-di-waduk-jatigede/
Melihat dua kejadian di atas dapat dipastikan bahwa acara yang di adakan sangat potensial mengandung hal-hal yang dapat merusak akidah umat islam di Indonesia, bagaimana tidak acara yang selalu di kelilingi dengan upacara ritual yang mengandung mistis itu dianggap sebagai hal yang dapat membawa kepada keberkahan kehidupan dalam bermasyarakat dan bernegara dan dapat menolak bahaya bagi kehidupan nya masyarakat namun bagi pemerintah Sektor pariwisata di Indonesia dianggap sangat potensial untuk menjadi kunci dan solusi dalam menghadapi dampak ekonomi akibat perang dagang yang memanas antara Amerika Serikat dan China.
Staf Ahli Menteri PPN Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Amalia Adininggar Widya mengatakan di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu, sektor pariwisata dapat menjadi kunci pertumbuhan ekonomi suatu negara.Amelia menjelaskan kalau salah satu “jalan pintas” yang bisa digunakan untuk menyelamatkan devisa negara adalah lewat sektor pariwisata.“Analisis sementara menunjukkan industri pariwisata tidak terpengaruh oleh perang dagang. Meski sedang terjadi perang dagang, orang-orang tetap berwisata,” papar Amelia dikutip dalam siaran persnya, Sabtu (29/06/2019). (http://www.monitorday.com/melalui-sektor-pariwisata-indonesia-mampu-hadapi-dampak-perang-dagang-as-china)
Sungguh sangat disayang kan bahwa pemerintah yang harus nya menjaga akidah umat Islam di Indonesia justru mendukung hal ini di akibatkan penerapan kapitalisme di negara kita yang tercinta ini. Sistem kapitalisme yang mengandung anak yang bernama liberalisme yang membolehkan dan membebaskan apapun yang bertentangan dengan perintah agama asal kegiatan atau aktivitas itu mengandung manfaat yang besar bagi pelakunya dan itu disetujui untuk dilakukan.
Di balik pariwisata syirik kita dapat mengambil pelajaran bahwa aktivitas ini dapat melemahkan aqidah sebagai kunci kekuatan umat Islam dan dapat melalaikan dan melenakan masyarakat dengan hal-hal yang berbau mistis selain itu dapat mengokohkan penjajahan (fokus pembangunan pada aspek non strategis dan bahkan menyesatkan opini publik dengan menganggap pembangunan pariwisata bisa menghadapi kesulitan ekonomi akibat perang dagang Cina-AS, selain itu hal ini sesuai dikte penjajah agar mereka leluasa mengeruk kekayaan strategis negeri ini.
Bisa dibayangkan jika ini terus menerus terjadi dapat dipastikan negeri ini akan menjadi negeri pembebek yang tidak mempunyai andil sama sekali dalam kancah kehidupan internasional dan membuat negeri ini makin terpuruk kepada kebodohan yang sengaja di perlihara agar negeri ini tunduk dan patuh terhadap sang penjajah
Dalam Islam ketika melihat dan menikmati keindahan alam, misalnya, yang harus ditanamkan adalah kesadaran akan Kemahabesaran Allah, Dzat yang menciptakannya. Jadi Obyek-obyek ini bisa digunakan untuk mempertebal keyakinan wisatawan yang melihat dan mengunjunginya akan keagungan Islam. Sehingga bisa di katakan bahwa pariwisata dalam islam menjadi salah satu dakwah juga bagi siapapun bukan sebagai alat dan sarana yang mengantarkan orang yang menikmati pariwisata ini menjadi seorang jauh dari agama Islam yang agung. Namun semua itu hanya tercipta ketikan negara kita berlandaskan pada syariah Islam bukan pada aturan yang dibuat oleh manusia yang penuh kelemahan dan keterbatasan, sudah saatnya kita semua muslim bersama-sama untuk memperjuangkan penerapan syariah Islam di negeri kita yang tercinta ini. Wallahu’alam bishawab
Tags
Opini