Oleh Inten Fajar Utami
Praktisi Multimedia
Tinta emas perjuangan umat Islam memiliki sejarah berabad-abad lamanya. Perjuangan yang didasari keimananan dan kecintaan kepada Allah SWT, Sang Pemilik Kehidupan serta kecintaan kepada manusia termulia Rasulullah Muhammad Saw. Perjuangan melahirkan peradaban manusia yang agung dan berpengaruh di kancah dunia Internasional.
Bermula, Saat itu kaum muslim tengah dalam keadaan terjepit. 10 ribu orang yang tergabung dalam pasukan yang dihimpun kaum kafir Quraisy hendak melakukan penyerangan terhadap kaum muslim di Madinah. Kalah jumlah, secara logika nyaris mustahil pasukan muslimin yang hanya berjumlah 3 ribu orang dapat memenangkan peperangan. Kisah ini mengawali motivasi umat Islam akan hadirnya peradaban Islam mendunia. Kisah itu di kenal perang Ahzab.
Di tengah terik panas matahari, Rasulullah Saw. dan para shahabat menggali parit besar sepanjang 8 kilometer di sebelah selatan Madinah. Tiga hari sudah mereka lalui tanpa makanan. Ketika sampai pada sebongkah batu besar yang tidak dapat dipecahkan, turun sebuah bisyarah atau kabar gembira dari Rasulullah Saw. yang kembali mengobarkan semangat jihad kaum muslim.
Dari Ibnu Ishaq, Salman Al Farisi berkata, “saat aku sedang menggali, aku menemukan batu yang keras sehingga tidak mampu aku pecahkan, sementara Rasulullah Saw. berada di dekatku. Ketika beliau melihatku kesulitan memecahkan batu tersebut, beliau turun kemudian mengambil alih kapak dari tanganku. Beliau menghantam batu tersebut sehingga memercikkan cahaya terang. Beliau terus menghantam batu tersebut hingga tiga kali sehingga memercikkan cahaya terang di bawah kapak. Aku berkata, ‘wahai Rasulullah, cahaya apakah yang aku lihat ketika engkau menghantam batu tersebut?’ Beliau bersabda, ‘wahai Salman, apakah engkau melihatnya?’ Aku menjawab, ‘ya, tentu saja.’ Beliau bersabda, ‘adapun cahaya pertama, itu adalah tanda bahwa Allah akan menaklukkan Yaman untukku. Sedangkan cahaya kedua adalah tanda Allah akan menaklukkan Syam dan negeri-negeri barat (Romawi) untukku. Sedang cahaya ketiga, adalah tanda Allah akan menaklukkan negeri-negeri timur (Persia) untukku".
Kala itu, Persia dan Romawi merupakan negara adikuasa dunia. Dalam keadaan kaum muslim dengan jumlah yang masih sedikit dan tengah dilanda kesulitan, tentu kaum kafir Quraisy mencibir dan menganggap Rasulullah Saw. sudah gila. Menang melawan pasukan gabungan Ahzab saja rasanya sudah mustahil, pikir mereka. Itulah bedanya orang yang beriman dan tidak. Orang beriman meyakini lalu melihat, sedangkan orang tidak beriman harus melihat dulu baru mereka percaya.
Kemudian para shahabat bertanya, “kota manakah yang akan lebih dahulu ditaklukkan, Konstantinopel ataukah Roma?” Rasulullah Saw. menjawab, “kotanya Heraklius (Konstantinopel) akan difutuhat (dibebaskan) terlebih dahulu.” Kemudian beliau melanjutkan, “Konstantinopel pasti akan ditaklukkan, sebaik-baik panglima perang adalah panglima yang menaklukannya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.”
Melalui peristiwa tersebut, kita dapat mengambil hikmah bahwa seorang muslim sejati akan senantiasa beriman terhadap datangnya pertolongan Allah Swt., bahkan pada kondisi yang paling terdesak sekalipun, atau bahkan ketika terwujudnya hal tersebut tidak mungkin terjadi jika dinilai dengan ukuran nalar manusia. Kuasa Allah Swt. melebihi langit, bumi, dan seisinya.
Allah Swt. berfirman dalam Al Qur’an surat Al Fath ayat 21:
وَّ اُخۡرٰی لَمۡ تَقۡدِرُوۡا عَلَیۡہَا قَدۡ اَحَاطَ اللّٰہُ بِہَا ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرًا
“Dan (telah menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya yang sungguh Allah telah menentukan-Nya. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
800 tahun lamanya umat muslim berikhtiar dan bersabar, seorang ksatria Islam keturunan ketujuh Bani Utsmani kemudian membuktikan kebenaran bisyarah Rasulullah Saw. Ialah Mehmed II atau yang lebih dikenal sebagai Muhammad Al Fatih.
Sedari kecil, ayahnya mempersiapkan Mehmed sebagai calon penakluk Konstantinopel. Ulama-ulama terbaik pada zamannya dijadikannya sebagai guru bagi putranya, cerita tentang jatuh bangun para pendahulunya di tembok Konstantinopel menjadi makanan sehari-hari. Menyadari bahwa penakluk Konstantinopel adalah panglima terbaik, maka dari hari ke hari Mehmed berusaha memantaskan dirinya. Shalat tahajud tidak terlewat satu hari pun semenjak ia baligh, pun sama halnya dengan shalat rawatib. Delapan bahasa dikuasainya, strategi peperangan ia pelajari dengan sungguh-sungguh. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Mehmed muda menghabiskan sebagian besar waktunya di atas kuda dan berlatih. Ikhtiar yang maksimal diupayakan untuk menjemput bisyarah Rasulullah Saw., sampai akhirnya ia berhasil membuka gerbang Konstantinopel yang kokoh bertahan selama ratusan tahun, kemudian melebarkan jalan dakwah Islam.
29 Mei 1453 adalah tanggal bersejarah tersebut. Namun, benarkah demikian? Sejatinya Konstantinopel tidaklah ditaklukkan pada tanggal itu, namun kota itu sudah ditaklukkan jauh sebelumnya pada hari dimana Rasulullah Saw. mengabarkan akan keruntuhannya, 800 tahun ke belakang. Ketika Allah Swt. sudah berjanji, maka seorang yang beriman akan meyakini bahwa janji-Nya, tidak mungkin tidak, pasti akan tertunaikan. Yang menjadi pertanyaan bukanlah mungkinkah Konstantinopel dengan temboknya yang kuat tak tertandingi itu dapat diruntuhkan, akan tetapi kapan, bagaimana, dan siapa yang akan menaklukannya.
Hari ini, kita ketahui bahwa masih ada bisyarah Rasulullah Saw. yang belum tertunaikan, yakni penaklukan Roma, juga kembali tegaknya khilafah atas manhaj kenabian. “’Periode kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu datang periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah (kekhilafahan sesuai manhaj kenabian) selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya. Kemudian datang periode mulkan ‘aadhan (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya. Selanjutnya datang periode mulkan jabbariyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga Allah mengangkatnya. Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah.’ Kemudian Nabi Muhammad Saw. diam.” (HR. Ahmad)
Jika kita amati, masa pemerintahan yang dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw. yang disebut sebagai periode kenabian berakhir dengan wafatnya beliau. Selanjutnya periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah, kita kenal dengan masa pemerintahan khulafaur rasyidin. Periode mulkan ‘aadhan (penguasa-penguasa yang menggigit) dimulai sejak berakhirnya masa khulafaur rasyidin sampai dengan keruntuhan Turki Utsmani menjelang abad 20. Namun, sebagai catatan, bahwa pada masa ini syariat Islam tetap diterapkan dalam skala negara meskipun ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh khalifah. Periode mulkan jabbariyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dimulai sejak runtuhnya Turki Utsmani sampai hari ini, serta mencakup seluruh bentuk pemerintahan yang diterapkan pada saat ini.
Selanjutnya, yang menjadi kewajiban di pundak kaum muslimin untuk direalisasikan dan mengembalikan kewibawaan umat Islam adalah penaklukan Roma serta tegaknya kembali khilafah ‘ala minhaj nubuwwah sebagaimana yang disampaikan dalam hadits tersebut. Yang menjadi pertanyaan seharusnya bukanlah mungkinkah khilafah kembali tegak, akan tetapi kapan, bagaimana, dan siapa, serta maukah kita terlibat dalam perjuangan penegakkannya dan seberapa jauh pengorbanan yang sudah kita lakukan?
Wallahu a'lam bishoab