Oleh. Lina Ummu Dzakirah
Mempunyai pendidikan yang tinggi adalah
keinginan semua orang. Bagi beberapa orang pendidikan tinggi adalah kemewahan. Namun
jika memiliki gelar penididikan yang tinggi itu hanya sebatas gelar tidak
mencerminkan perilaku yang baik, maka akan menjadi sia-sia gelar tersebut.
Seperti kasus Reynhard Sinaga si predator seks di bawah ini.
Reynhard Sinaga, 36 tahun, mahasiswa S3
Indonesia di Inggris, divonis hukuman penjara seumur hidup setelah terbukti
melakukan penyerangan seksual atau perkosaan terhadap 48 korban laki-laki.
Kementerian Luar Negeri RI pada Senin malam, 6 Januari 2020, belum memberikan
pernyataan atas hal ini.
Situs independent.co.uk mewartakan Reynhard
dinyatakan bersalah karena membujuk laki-laki yang ada di luar klub-klub malam
di Kota Manchester, Inggris, agar datang ke apartemennya. Di tempat itu,
Reynhard merekam sendiri saat dia melakukan penyerangan seksual terhadap para
korbannya dalam kondisi tak sadarkan diri karena pengaruh obat bius.
RS adalah WNI yang baru-baru ini terjerat
kasus sodomi di Manchester United Inggris. Korban dari RS yang terdektesi
adalah 48 orang laki-laki namun dari video pemerkosaan yang ada di ponselnya
diperkirakan korbannya mencapai 190 orang.
Pria 36 tahun itu diketahui memang sudah 12
tahun tinggal di Inggris untuk menempuh studi lanjutnya. Dia tinggal di
Manchester, dan akhirnya dia ditangkap setelah kejahatan mengerikannya
terungkap.
RS adalah putra seorang bankir kaya, lahir
di Jambi Pulau Sumatra, Indonesia pada 19 Februari 1983. Dia adalah anak tertua
dari empat bersaudara yang keluarganya tinggal di Depok, Jawa Barat. Datang ke
Inggris setelah lulus arsitektur UI 2006 untuk studi S2 dan S3 nya. Dia dikenal
oleh keluarga sosok yang rajin ke gereja dan juga pendiam.
Polisi Inggris menyebutnya sebagai individu
bejat. Dan di Inggris apa yang dilakukan oleh RS ini adalah pemerkosaan
(sodomi) terbesar sepanjang sejarah pengadilan di Inggris.
Menjijikan sekali sosok intelektual dengan
gelar S2 nya dan sedang lanjut studi S3 yang artinya akan bergelar doktor,
namun mempunyai perilaku melebihi binatang jalang.
Gagalnya pendidikan ala kapitalis yang
hanya menghasilkan individu-individu yang hanya berorientasi kepada kepuasan
materi ketimbang ketinggian akhlak. Sosok yang hanya cerdas dari segi akademik
tapi bermoral bejat. Pendidikan Kapitalis Sekulerisme ini tidak menjadikan
akidah Islam sebagai dasar kurikulum di sekolah-sekolah. Dan pembiaran terhadap
arus liberalisasi, masuknya budaya-budaya asing yang bertentangan dengan
norma-norma agama. Tontonan-tontonan yang tidak bisa menjadi tuntunan. Serta
pergaulan bebas yang menjadi sebab akibat adanya problematika umat.
Ketika pendidikan kapitalisme gagal
mendidik moral. Maka, berpendidikan tinggi dengan gelar Doktor tak menjamin
punya otak jernih. Lalu didikan apa selama ini yang didapat selama
bertahun-tahun? Padahal ALLAH sangat menjunjung tinggi mengangkat derajat
orang-orang yang berilmu. Semua itu rusak sebab tak dijadikannya Hukum ALLAH
dalam mengatur kehidupan manusia termasuk pendidikan.
Maka yang harus dilakukan untuk memperbaiki
keadaan ini, satu-satunya jalan adalah dengan diterapkannya aturan Islam secara
kaffah oleh negara. Karena hanya inilah satu-satunya solusi menyeluruh yang
mampu menjaga generasi muda kita. Yang akan mampu meri’ayah generasi muda kita,
dari hal kurikulumnya, penyediaan fasilitas-fasilitas pendidiknya, yang tentu
tidak kita ragukan lagi keberhasilannya di masa lampau. Yang terbukti
menghasilkan banyak ulama-ulama terkemuka.
Dengan solusi penerapan Islam secara total
oleh negara inilah nantinya akan mampu menghasilkan generasi yang tangguh yang
berkarakter Islam & berkepribadian Islam.
Walllahu a’lam bish-showab.