Penyakit Sosial Itu Bernama "Halu"



Oleh : UqieNai
(Alumni Branding for Writer 212)

Sunda Empire (kekaisaran Sunda), hingga kini masih ngotot dengan eksistensi mereka. Melalui pimpinannya, Rangga Sasana mengklaim bahwa Sunda Empire adalah kerajaan Sunda yang telah lama berdiri, bersamaan dengan berdirinya PBB dan NATO di Bandung. NATO, menurutnya diprakarsai oleh ABCD. Amerika, British, Canada dan banDung. Siapapun yang menolak keberadaannya dianggap 'tidak tahu sejarah dan akan ditimpa beribu kesialan.

Sunda Empire adalah fenomena susulan yang sebelumnya pernah mencuat kasus serupa di bumi persada, Indonesia. Sebut saja  Lia Eden, Gafatar, Keraton Sejagad yang sempat mengguncang media sosial dan media kaca. Kesemuanya adalah penyakit sosial yang bersumber dari halusinasi (baca: halu).

Sunda Empire disebut-sebut sebagai salah satu kerajaan di Jawa Barat nyatanya meluas hingga ke Lhokseumawe, Aceh. Di tempat ini mereka menamakannya dengan  Kerajaan Matahari yang memiliki kekuasaan seluas bumi. Salah seorang yang menyebut dirinya sebagai Gubernur Jenderal Teritori pasifik, Renny Khairani, baru-baru ini mengeluarkan ancaman kepada negara-negara yang tidak mau daftar ulang kepada Sunda Empire hingga Agustus mendatang, termasuk Indonesia (Tribunjatim.com, 25/01/2020).

Melansir tayangan YouTube tvOneNews yang dipublikasikan (24/1/2020), dalam kegiatan tersebut hadir Renny Khairani menyampaikan bahwa seluruh negara di dunia harus segera mendaftar ulang ke Sunda Empire.

Tak segan-segan Renny mengatakan akan menutup seluruh akses bantuan apabila ada negara yang kedapatan tidak melakukan registrasi ulang, termasuk Indonesia. Bukan hanya itu kelompok Sunda Empire ini pun memberikan ultimatum pada negara di dunia, akan memberi sanksi berupa sanksi ekonomi jika negara tersebut tidak melakukan daftar ulang.

"Pemberhentian ranah internasional, jadi seluruh bantuan yang datang dari Swiss atau (negara lain) itu semua akan ditutup," ujar Renny saat diwawancarai awak media.

Mencermati maraknya kerajaan 'nyeleneh' muncul bak jamur di musim hujan mengundang reaksi beragam. Aneh, lucu, halu dan tidak waras ramai dilontarkan netizen bahkan mengundang tawa budayawan Sunda Dedi Mulyadi saat live di acara tv swasta. 

Komentar berbeda beliau utarakan dalam wawancaranya melalui sambungan telepon. Budayawan ini mengatakan ada problem sosial yang berlangsung cukup lama, yaitu masyarakat Indonesia terbiasa masuk ke wilayah berpikir yang tidak realisitis atau terlalu obsesif.

"Ada obsesi mendapat pangkat tanpa proses kepangkatan atau instan. Ada obsesi ingin cepat kaya," kata Dedi kepada Kompas.com via sambungan telepon, Sabtu (17/1/2020).

Wajar rasanya jika kemunculan Keraton Sejagad dan Sunda Empire mengundang cerca dan tawa karena sulit diterima akal sehat. Namun tentu saja keberadaan mereka tak ujug-ujug lahir tanpa ada pemicu. Pemicunya bisa berbagai macam dan bentuk. Faktor ekonomi, kemiskinan, pekerjaan, putus asa, stres dan lain sebagainya bisa menimpa siapapun saat solusi ril tak mereka temukan.

Berlakunya sistem sekuler kapitalis saat ini adalah pangkal terbesar pemicu perilaku di luar nalar manusia. Terdapat pemisahan aturan agama dan negara dalam tatanan sosial. Terdapat dominasi kapital meraup kekayaan sebesar-besarnya demi memperkaya diri. Imbasnya, negara gagal mewujudkan kesejahteraan dan keadilan untuk warga masyarakat, terutama menengah ke bawah.

Banyak orang tertarik, gampang tergiur dan bergabung masuk kelompok tidak rasional karena sedang alami  kebuntuan mencari jalan keluar dari persoalan yang membelitnya. Hal inilah yang akhirnya dimanfaatkan oleh kalangan tertentu untuk mencari untung materi.

Pemerintah tidak mengambil tindakan tegas dan antisipatif meskipun kasusnya berulang hingga meresahkan masyarakat dan sudah banyak korban mengalami kerugian harta dan yang terbesar adalah bergesernya aqidah.

Fenomena sejenis juga terjadi di berbagai negara, bukan hanya Indonesia, saat pemilik modal menguasai aset publik sementara negara hanya bertindak sebagai regulator dan fasilitator. Kesulitan masyarakat kalah penting dengan deal-deal politik kaum pengusaha. Rakyat dibiarkan dan diarahkan mencari solusi sendiri padahal kesejahteraan mereka ada di tangan negara (pemerintah). 

Demikianlah, akibat aturan yang diterapkan berbasis kapitalis sekular, sistem yang memiliki cacat sejak lahir, maka permasalahan multidimensi akan terus berulang. Perilaku halu dan depresi hanya dampak kecil dari berlakunya sistem tersebut. Terbesarnya, kekayaan alam Indonesia akan terus diraup, dikuasai sementara kedaulatan negara terus diinjak-injak kaum pengusaha, baik swasta maupun asing. Pada akhirnya beragam bencana akan terjadi, baik fisik maupun psikis. Bagaimana jika akhirnya bencana itu berwujud manusia-manusia halu dan depresi? Tak bisa dibayangkan kondisi negeri ini ke depannya. Padahal Allah SWT telah menegaskan dalam Al-Qur'an surat al-Maidah : 49 jika manusia mampu menggunakan akalnya secara benar.

وَاَ نِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَآءَهُمْ وَا حْذَرْهُمْ اَنْ يَّفْتِنُوْكَ عَنْۢ بَعْضِ مَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ اِلَيْكَ ۗ فَاِ نْ تَوَلَّوْا فَا عْلَمْ اَنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّصِيْبَهُمْ بِبَـعْضِ ذُنُوْبِهِمْ ۗ وَاِ نَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّا سِ لَفٰسِقُوْنَ

"Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memerdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik."

Mempertahankan kedaulatan negara dengan aturan asing tak akan pernah memberikan solusi solutif sampai kapanpun. Kecuali jika negara mau bersegera menerapkan aturan Allah dan RasulNya. Aturannya yang bersifat kaamil dan syamil (sempurna dan menyeluruh) akan mampu mengatasi persoalan umat, apapun jenisnya. Dari aspek aqidah, ekonomi, politik, sosial, hukum, dan lain sebagainya. Pertanyaannya, seberapa besar keyakinan kita akan wa'dullah (janji Allah) dalam Al-Qur'an surat an Nuur: 55 juga bisyarah Rasul Saw tentang tegaknya Khilafah Rasyidah 'ala Minhaj an Nubuwwah dalam hadits riwayat Imam Ahmad? semoga Allah merahmati beliau.

Wallahu a'lam bi ash Shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak