Oleh : Lilik Yani
Berada di masjid Nabawi yang dirindukan oleh jamaah adalah saat bisa berziarah di makam Rasulullah Saw. Tempat itu dikenal sebagai Raudhah atau taman surga.
Raudhah adalah tempat antara kamar Rasulullah dengan mimbar tempat beliau mengimami sholat, khutbah, memberi nasehat kepada umat. Saya bayangkan, di tempat inilah Rasul sering lewat dan meninggalkan jejak indah. Masya Allah indahnya.
Ada dua istilah taman surga yaitu 1) majelis taklim, dimana kita bisa menikmati tsaqafah Islam hingga kenyang dan terpuaskan. Agar amal yang kita lakukan berbuah pahala dan berkah Allah.
2) berupa tempat yang berada di masjid Nabawi. Yang menjadi rebutan jamaah untuk bisa masuk dan berdoa di dalamnya.
Yach, malam itu kami jamaah perempuan di pandu oleh mutawibah untuk ditunjukkan jalan menuju Raudhah. Dari hotel kami yang namanya Rawdah Suites kamu berjalan sekitar 150 meter hingga pintu 25. Kami semua diajak masuk setelah diberi panduan sekilas.
Masuk masjid menjalankan sholat tahiyatul masjid dulu 2 rokaat. Lalu disuruh duduk menunggu giliran. Karena ada banyak jamaah lain yang sudah antri lebih dulu. Kami harus melalui beberapa pintu yang dijaga oleh laskar-laskar wanita dengan suara tegas dan keras.
"Hajjah..Hajjah, duduk. Tunggu. Antri."
Haha, mereka yang adaptasi menggunakan bahasa Indonesia. Mungkin karena jamaah terbanyak dari Indonesia ya.
Kami pun harus patuh diatur, mengikuti instruksi mereka. Sekitar jam 10 malam kami baru bisa masuk. Karena masih pertama, jadi bingung melihat banyak orang berdesakan. Ribuan orang masuk bergantian. Suasana jadi sedikit kacau karena ada jamaah dari India dengan tubuh besar-besar keluar tidak melewati pintu keluar. Teriakan laskar tidak dihiraukan. Jadilah bertabrakan dengan jamaah yang akan masuk. Wah, mereka curang. Tidak menurut aturan.
Suasana seperti itu membuat jamaah cukup panik. Karena ada teman yang jatuh. Beruntung segera ditarik untuk dibangunkan. Sehingga tidak terinjak orang-orang besar itu.
Lagi-lagi ada saja yang berjalan tidak sesuai aturan. Sebagaimana di negeri ini, jika aturan Allah tidak diterapkan, bisa terjadi benturan di sana sini. Keadaan menjadi kacau balau. Kondisi negeri menjadi tidak aman, umat hidupnya tidak tenang. Ini belum thawaf di baitullah. Jika ada yang nekat melawan arah, bisa bahaya dan kacau. Semoga kejadian ini bisa jadi bahan evaluasi.
Alhamdulillah, pengalaman pertama bisa dilalui dengan baik. Diantara liku-liku perjalanan menuju Raudhah, Allah lapangan jalan untukku. Sungguh, karunia yang harus disyukuri. Ada tempat cukup untuk bersimpuh, menyebut kebesaran Allah dan menitipkan salam untuk hamba paling mulia. Baginda Rasulullah saw yang sangat berbahagia didampingi dua sahabat tercinta, Abu Bakar Siddiq ra dan Umar bin Khattab Ra.
Menjadi kebahagiaan tersendiri, bisa berziarah di tempat mulia. Walau harus berdesakan dengan jutaan umat yang semuanya ingin berdekatan dengan hamba mulia. Apalagi momentum maulid, bulan kelahiran Rasulullah Saw. Maka tidak heran, jika umat berbondong-bondong memenuhi Raudhah. Andai pintu Raudhah dibuka setiap saat, maka tiada henti umat berziarah. Tapi untuk jamaah perempuan hanya dibuka saat duha dan habis Isya.
Tak terasa air mata terus mengalir. Mengenang perjuangan Rasulullah Saw, pas di dekat makam Baginda tercinta. Dengan tetap menghindari hal-hal yang mengarah kesyirikan, seperti mencium pagar, pilar, atau sambil menjerit pilu. Tentunya bukan itu yang dikehendaki Rasulullah.saw. Beliau pasti tidak rela diperlakukan berlebihan. Rasulullah Saw hanya ingin dicintai sewajarnya. Tidak menyimpang dari aturan yang dikehendaki Allah.
Ketika kaki memasuki karpet hijau. Ada tanda pilar indah, yang berbeda dengan pilar sebelumnya. Kita disarankan sholat sunah mutlak dua rakaat. Tidak perlu egois sholat berlama-lama, karena harus memberi kesempatan saudara kita yang lain. Masih banyak kelompok-kelompok berikutnya yang antri menunggu giliran masuk.
Kemudian kita bisa melanjutkan dengan berdoa. Kita bisa mencari tempat yang agak lapang agar bisa tenang mengutarakan segala masalah dan urusan kepada Allah. Ingat, kita berdoa memohon segala harapan, harus kepada Allah. Kita boleh memohon apa saja kepada Allah. Kemudian hak prerogatif Allah untuk mengabulkan doa kita atau menunda. Karena hanya Allah yang paling tahu apa yang kita butuhkan. Maka kita iringi doa dan harapan kita dengan penuh tawakkal kepada Allah.
Alhamdulillah, pengalaman interaksi dengan berbagai jenis dan karakter manusia saat berdesakan di Raudhah. Menjadikanku bersikap rela atas semua kejadian. Pesan ustadz pembimbing, perbanyak membaca salawat dan bersyukur atas segala jamuan Allah. Jika kita mendapat kemudahan semua urusan, maka perbanyak syukur. Jika kita menghadapi kendala atau rintangan, itu bentuk cinta Allah. Bisa jadi itu cara Allah meluruhkan dosa-dosa kita.
Wallahu a'lam bisshawab
Tags
renungan