Penaklukan Konstantinopel dan Kembalinya Kewibawaan Umat Islam



Oleh : Alin FM
(Praktisi Multimedia dan Penulis)

Penaklukan Konstantinopel di tangan umat Islam menandai terbukanya wilayah kekuasaan Khilafah Islam ke daratan eropa timur. Selain itu, penaklukan ibu kota Romawi tersebut membangkitkan kembali semangat kaum muslimin untuk mengembalikan kejayaan dan kewibawaan Islam di mata dunia pasca berakhirnya Bani Abbasyiah.

Konstantinopel bukanlah wilayah biasa-biasa saja, yang sekedar menambah luas wilayah kekuasaan Islam kala itu. Banyak hal yang membuat penaklukan Konstantinopel terasa istimewa.

Pada masa tersebut, konstantinopel dianggap sebagai kota terbesar, terkaya, dan terindah. Semua dikarenakan posisi strategisnya yang berada di jalur utama perdagangan antara laut Aegean dan laut Hitam. Posisi yang strategis serta keindahan yang dimiliki oleh Konstantinopel digambarkan oleh Napoleon Bonaparte dalam sebuah kalimat yang agak berlebihan, “kalaulah dunia ini sebuah negara maka Konstantinopel lah yang paling layak menjadi ibu kota negara.”

Selain itu, dalam tatanan dunia lama ketika hegemoni kekuasaan masih menjadi milik kekaisaran serta kerajaan, menguasai Konstantinopel yang notabene ibu kota kekaisaran Byzantium bisa berarti mempertegas hegemoni kekuasaan khilafah Ustmaniyah di mata dunia. Penaklukan Byzantium akan membuat kekaisaran manapun berpikir berulang kali jika ingin berkonfrontasi dengan khilafah Ustmaniyah.

Berangkat dari sebuah Bisyarah (kabar gembira dari Rasulullah Saw.) menjadi dorongan motivasi kaum Muslim untuk meraih kegemilangan peradaban Islam dan kaum Muslim di masa depan.

Melalui Bisyarah Rasulullah Saw. inilah kaum Muslim berjuang dan menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban dunia. Sampai luas kekuasaan  Islam 2/3 dunia. Wibawa umat Islam mencapai kegemilangan sampai Daulah Turki Usmani dan sampai akhirnya runtuh pada tanggal 3 maret 1924. 

Salah satu Bisyarah yang menginspirasi kaum muslim adalah bisyarah Rasulullah Saw. yang disampaikan oleh Abdullah bin Amru kepada para sahabat. "ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah saw untuk menulis, tiba-tiba beliau saw ditanya tentang kota manakah yang akan ditaklukkan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma? Rasulullah saw menjawab, "Kota Heraklius ditaklukkan terlebih dahulu (maksudnya Konstantinopel)." (HR. Ahmad)

"kalian pasti akan membebaskan konsantinopel, sehebat-hebat amir (panglima perang) adalah amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya." (HR. Ahmad). Ini adalah sebuah kabar gembira bagi kaum muslim bahwa dua pilar peradaban Barat yaitu imperium Romawi (Roma) dan ibu kota imperium Romawi Timur (Byzantium) yang akan dibebaskan oleh kaum Muslim.

Bisyarah Rasulullah Saw. menjadi penyemangat dan motivasi para tentara Islam melakukan penaklukan. Tercatat dalam sejarah bahwa Abu Ayyub Al-Anshari (674) pada masa khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan adalah orang yang pertama kali merealisasikan janji Allah tersebut, namun karena kondisi fisik beliau tidak mampu memenuhinya, namun beliau meminta agar jasadnya dimakamkamkan di sisi tembok benteng konstantinopel di wilayah Goldern Horn Bay (Teluk Tanduk Emas). 

Kemudian, Khalifah sulaiman (717) masa kekhalifaan Umayyah, Khalifah Harun Ar-Rasyid (802) masa kekhalifaan Abbasiyah, Sultan Bayazid I (1395) dan Sultan Murad II (1422) pada masa kesultanan Utsmaniyah dalam usaha penaklukan Konstantinopel, namun Allah belum mengizinkan kaum muslim untuk memenangkan pertempuran tersebut.

Konstantinopel merupakan kota terbesar dan terkaya di dunia selama Kekaisaran Romawi, dikarenakan posisi strategisnya  yang berada di jalur utama perdagangan antara Laut Aegean dan Laut Hitam. Keindahan selalu terpancar dari mata pengunjung dan pedagang terutama Haqia Sophia yang menjadi landmark kota Konstantinopel.

Penaklukan konstantinopel

Sultan Muhammad II bin Murad II, yang lebih dikenal dengan Muhammad Al-Fatih (sang penakluk) yang berhasil mewujudkan bisyarah Rasulullah saw tentang penaklukan kota Konstantinopel. Dimana sejak kecil telah dididik oleh ulama besar pilihan khususnya Syaikh Aaq Syamsuddin yang tidak hanya menanamkan kemampuan beragama namun beliau juga membentuk mental pejuang dan pembebas serta membekalinya dengan kisah para penakluk pada diri Muhammad Al-Fatih. Oleh karena itu, di umur sekitar 17 tahun Al-Fatih telah menguasai tujuh bahasa dan telah memimpin ibukota Kesultanan Utsmani di Adrianopel (Edirne) dan sangat matang dalam politik sejak berusia 12 tahun.

Cita-cita besar yang ingin menaklukkan Konstantinopel tentu butuh strategi yang sangat besar dan memerlukan perencanaan baik, oleh karena itu, ia membentuk dan mengumpulkan pasukan elit yang dinamakan Janissaries. Pasukan tersebut dilatih dengan ilmu agama, fisik, taktik dan segala yang dibutuhkan oleh tentara. Pendidikan ini dilakukan sejak dini  dan khusus dipersiapkan untuk membebaskan konstantinopel.

Selain itu Al-fatih sangat memahami keadaan geopolitik dan memiliki system pertahanan yang sangat maju pada zamannya, tercatat pasukan Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, dan Pasuka Salib yang telah mencoba menaklukkan kota ini namun gagal. Ia menyadari bahwa tidak bisa menkalukkan konstantinopel dan mengatasi tembok pertahanan yang berlapis-lapis dan tebal dengan cara yang biasa, hingga Al-fatih bertemu dengan Orban yang mampu membuat meriam  dengan berat 18,2 ton dan panjang 8,2 meter dengan kapasitas yang diinginkan.

Setelah mempersiapkan meriam, Al-Fatih juga mempersiapkan 250.000 pasukan yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu dari Sebelah Selatan 400 kapal perang menyerang melalui Laut Marmara, pasukan darat membawa 68 meriam dengan 1 meriam dengan nama "The Muhammed's Greats Gun" yang dikawal 400 tentara dan ditarik oleh 60 sapi jantan, serta para penasihat.

Peperangan pun dimulai, di bagian selatan konstantinopel, ternyata 400 kapal dari pasukan kaum muslim sangat mudah ditaklukkan oleh pasukan konstantinopel dan menyerang lewat dalam serangan laut. Sedangkan dari sebelah barat konstantinopel yaitu pasukan utama Al-Fatih dengan kekuatan meriam ternyata hanya mampu ditembakkan 3 jam sekali untuk menghancurkan pertahanan, sehingga itu memberi kesempatan besar bagi tentara konstantinopel untuk segera memperbaiki kerusakan pada tembok pertahanan. Segala daya dilakukan tetap saja konstantinopel merupakan kota pertahanan terbaik yang tidak mudah ditaklukkan.

Akhirnya, pada 20 april 1453 Al- fatih dan para pasukannya melakukan suatu cara yang tidak terbayangkan kecuali oleh orang yang beriman, Al-Fatih kemudian memerintahakan pasukannya untuk membabat hutan di perbukitan Galata dan menjadikan gelondongan yang telah dilumasi minyak hewan berjajar laksana pengganati rel agar mudah ditarik oleh manusia dan kuda. Alhasil, 72 kapal pindah dari selat Bosphorus menuju Teluk tanduk hanya dengan waktu semalam, Allahu Akbar

".... Serahkan kekaisaranmu, kota Konstantinopel. Aku bersumpah bahwa tentaraku tidak akan mengancam nyawa, harta dan kehormatan mereka. Mereka yang ingin terus tinggal  dan hidup dengan amat sejahtera di konstantinopel, bebas berbuat demikian. Dan siapa yang ingin meninggalkan kota ini dengan aman sejahtera juga dipersilahkan" isi surat berupa tawaran Al-Fatih kepada Kaisar Byzantium, Constantine XI Palaiologos.

Tawaran ditolak, pengepungan konstantinopel terus berlanjut hingga kemenangan semakin dekat. Hingga pada tanggal 29 Mei 1453 bertepatan dengan tanggal 20 Jumadil Ula, serangan terakhir dilancarkan, dan sebelum Ashar, diiringi kibaran bendera Al-Liwa dan Ar-Raya, yaitu bendera putih dan hitam bertuliskan kalimat tauhid, Muhammad Al-Fatih mulai menginjakkan kakinya di gerbang masuk Konstantinopel. 

"Alhamdulillah!, semoga Allah merahmati para syuhada', memberikan kemuliaan kepada mujahidin, serta kebanggan dan syukur buat rakyatku"

Berakhirlah pengepungan dan penaklukkan selama 54 hari lamanya, serta penantian selama 825 tahun oleh kaum muslimin melalui bisyarah Rasulullah melalui tangan pemuda Muhammad Al-Fatih.

Muhammad Al Fatih membuktikan diri akan janji Rasulullah Saw. Inilah yang dinamakan kekuatan keyakinan dari janji Allah dan bisyarah Rasulullah. Realisasinya akan pasti terjadi. Tapi persoalan ditangan siapa janji akan terlaksana. Di perjuangan kitakah atau masal yang lain?.

Hari ini Umat Islam pada titik terendah sepanjang sejarah peradaban Islam. Umat Islam tercerai berai dalam 51 negara. Masalah demi masalah silih berganti menimpa Islam karena umat Islam tidak mempunyai Junnah. Junnah yang akan di genggam oleh Khalifah. Khalifah akan mengembalikan Umat Islam seperti dahulu.

Masih ada 1 Bisyarah Rasulullah Saw. yang belum teralisasi. Maka Umat Islam harus bersatu satu kepemimpinan. Bersatu dalam institusi Politik Islam yaitu Khilafah Islam sehingga penaklukan Roma selanjutnya bisa diwujudkan. Allahu Akbar!!!

Wallahu a'lam bish shawab


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak