Pembohongan Publik Terungkap

Oleh : Novy Lestari

Indonesia adalah negara demokrasi. Dimana rakyat memegang peranan tertinggi bagi terpilihnya suatu pemimpin di negara ini. Dalam pemerintahan ini memberikan izin bagi rakyatnya untuk bebas memilih pemimpin sesuai hati nurani masing-masing tanpa adanya campur tangan dari suap menyuap. Memberikan kebebasan penuh bagi rakyat untuk menjadikan suatu pemimpin terpilih dengan standar suara terbanyak yang akan menang dalam pemilihan. Sudah berlalu pemilihan presiden dengan dilantiknya “Jokowi Ma’ruf sebagai presiden dan wakil presiden periode 2019-2024, kembali digegerkan dengan pernyataan Said Aqil bahwa di menit 17.45 video,  Said Aqil mengatakan, "Ketika Pilpres suara kita dimanfaatkan. Tapi ketika selesai, kita ditinggal."
Pernyataan ini tidak sembarang keluar dari suara orang biasa. Beliau adalah Ketua Umum PBNU dimana partai ini menjadi peran penting suara terbanyak dalam pilpres yang lalu dalam mendukung salah satu pasangan pilpres. Tidak disangka bahwa peraihan suara tersebut banyak mengagetkan sejumlah jajaran pengurus PBNU termasuk Rizal Ramli.
"Pemimpin-pemimpin formal NU membuat NU menjadi kecil dengan menjadikannya sekadar kendaraan sewaan, bahkan bersedia pakai plat merah. Padahal akar NU adalah plat hitam, organisasi masyarakat yg berjuang untuk keadilan dan kemakmuran rakyat," tulis Rizal akun Twitter @RamliRizal.  [dzk] 
Sejatinya ormas PBNU adalah ormas yang menuntun ummat dalam rangka amal ma’ruf nahi munkar. Yang selalu mengedepankan kepentingan ummat untuk mensejahterakan dalam rangka ummat yang islami. Tetapi ini berbalik arah dengan tujuan awal tersebut. Bagaimana tidak? Menjadi pertanyaan besar selanjutnya adalah Pidato Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj yang menagih kredit murah Rp1,5 triliun ke Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, berbuntut panjang.
Hal ini ditanggapi oleh Muhammad Said Didu mantan sekretaris Kementrian BUMN Melalui akun Twitternya, Said Didu mengatakan, ada hal prinsip yang harus diiketahui publik terkait janji Sri Mulyani kepada PBNU.
Ia mempertanyakan kewenangan Menkeu bagi-bagi uang kepada ormas. Jika sumber keuangan dari APBN, apa dasar hukumnya? Jika sumbernya perbankan, berarti Menkeu mengintervensi bank.
“Jika demi suara, berarti Menkeu sudah berpolitik,” tegas Said Didu, Sabtu (28/12/2019).
Sudah jelas bukan hal yang rahasia lagi bahwasannya suara rakyat bisa dibeli dengan materi. Sudah membohongi publik dengan cara kotor memberikan dana yang tergolong besar untuk suatu ormas yang sangat dipercaya rakyat bisa mengayomi ummat. Pengakuan ini langsung diutarakan Ketua Umum PBNU dalam piadatonya tersebut. Sistem ini ternyata melanggengkan para ormas untuk menutup rapat-rapat dengan sebuah materi. 

Ormas islam yang hakiki adalah ormas yang bertujuan dalam rangka mengurusi urusan ummat. Berpegang teguh pada aturan yang terkandung dalam Al-quran dan Sunnah. Serta tidak bekerjasama dengan rezim yang bertindak curang dalam pemilihan umum sekalipun. Akan menjadi barisan terdepan jika melihat kemungkaran dan sesegera mungkin menanamkan kema’rufan karena itu adalah menjadi orang yang  beruntung. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Imran 104 yang artinya :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”
Ummat membutuhkan bahu untuk mengeluh kesahkan kehidupannya. Ummat butuh ormas yang selalu tulus dalam perjuangannya dalam memperjuangkan hak ummat yang seharusnya. Dan itu seharusnya ada pada ormas. Dengan mengarap ridho allah lah imbalan yang setimpal atas perjuangan ormas yang hakiki. Bukanlah dana suntikan yang mampu membisukan banyak mulut untuk mengungkap kebenaran. Ingat bahsawannya kita akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat.
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. Qiyamah: 36)
Hendaknya kita berhati-hati dalam berucap & berbuat, karena semua pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Ta’ala di akhirat.
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan & hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra’: 36)
Dan balasan yang disediakan oleh Allah Ta’ala di akhirat kelak sesuai dgn amalnya di dunia. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala,
“Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi & (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk & tempat kediaman mereka ialah Jahanam & itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (QS. Ar-Ra’du:18)
Allahualam bisawab. Maha benar Allah dengan segala firmanNya

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak