Oleh : Rina Tresna Sari, S.Pd.i
Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis Kreatif
Beberapa hari belakangan, marak bermunculan kerajaan-kerajaan fiktif di Indonesia seperti Kerajaan Agung Sejagat di Purworejo, Sunda Empire-Earth Empire (SE-EE) di Bandung, hingga Kesultanan Selacau Patrakusumah di Tasikmalaya.
Sebagaimana dilansir oleh detiknews.com (18/01/2020), Belakangan ini muncul kerajaan-kerajaan fiktif dalam waktu berdekatan di Indonesia. Sebut saja Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire-Earth Empire. Lebih gilanya lagi, kerajaan-kerajaan ini langsung punya banyak pengikut.
Sejarawan Anhar Gonggong menilai fenomena kemunculan kerajaan baru ini sebagai sebuah kegilaan. Karena menurutnya, satu-satunya kerajaan yang diakui dalam konteks Republik Indonesia saat ini hanya Yogyakarta. Karenanya, eksistensi kerajaan selain Yogyakarta hanya untuk kepentingan dirinya.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan kemunculan Sunda Empire juga menunjukkan banyak orang stres saat ini. Menciptakan ilusi-ilusi yang sering kali romantisme-romantisme sejarah ini. Dan, ternyata ada orang yang percaya juga menjadi pengikutnya. (cnnindonesia, 17/1/2020)
Banyak orang tertarik dan bergabung dalam kerajaan baru karena sedang mengalami kebuntuan mencari jalan keluar persoalan hidup, yang akhirnya gampang tergiur tawaran tidak rasional. Hingga dimanfaatkan oleh kalangan tertentu untuk mencari untung materi dari para pengikutnya.
Di tengah fenomena kemunculan kerajaan-kerajaan baru, pemerintah tidak mengambil tindakan tegas dan antisipatif meskipun kasusnya berulang hingga meresahkan masyarakat dan sudah banyak korban kerugian harta. Pemerintah sebenarnya sudah memberikan solusi dengan penangkapan beberapa oknum tersebut, namun solusi ini belum solutif, karena yang dilakukan berikutnya hanya sebatas melakukan penelusuran pada kerajaan abal-abal saja tidak mengusut sumber penyebab, mengapa masyarakat banyak yang stres dan tidak waras.
Lahirnya masyarakat stres dan tidak waras menunjukkan bahwa sistem kapitalisme sekuler telah terbukti gagal menyejahterakan rakyat. Setelah ‘berprestasi’ mengisap keuntungan dari rakyat lewat kebijakan yang liberal, sekarang juga ‘sukses’ menyuburkan masyarakat stres.
Menurunnya kepercayaan publik kepada pemerintah, membuat rakyat rindu sistem baru. Sebuah sistem yang para penguasanya bekerja keras untuk memikirkan urusan rakyatnya. Rakyat rindu dengan penguasa yang peka kepada mereka. Rakyat juga rindu penguasa yang punya langkah riil untuk menyejahterakan tanpa pencitraan. Rakyat butuh tata kehidupan yang mampu menyembuhkan. Sebuah sistem kehidupan yang lahir dari Al khaliq yaitu Khilafah Islamiyah yang telah terbukti selama 1.300 tahun menyejahterakan, memberikan keadilan serta mewujudkan masyarakat yang bertakwa dan beriman.
Khalifah sebagai pemimpin umat akan membekali umat dengan bekal ilmu dan pembentukan mental yang sehat dan kuat, ditopang dengan pembentukan sikap dan nafsiyah yang mantap, sehingga kehidupan masyarakat di era khilafah jauh dari kehidupan hedonistik, materialistis apalagi penuh mistik, yang akan membuat mereka stres.
Wallahu a'lam bishshawaab.
Tags
Opini