Oleh: Emi Kartini
Ibu Rumah Tangga
Banjir lagi, Lagi-lagi selalu terulang setiap tahun tak luput korban pun berjatuhan, sepertinya ini adalah hal yang biasa tak ada yang bisa dilakukan hanya saling menyalahkan semua ingin terlihat benar, atau berkelit dengan dalih ini adalah bencana faktor alam.
Mungkin ada benarnya ini adalah bencana atau faktor alam tapi tentu ada pemicunya bukan hanya bencana dan faktor alam, jika kita telusuri dan kita kaji lagi tentu ini ada penyebabnya dan itu jelas terlihat, contohnya saja karena tata kota dan pembangunan properti yang jor joran tanpa mengindahkan tanah rawa, sawah dan cekungan danau semua di babat dan di empat, di tambah pembangunan infrastruktur struktur yang yang diserahkan pada kemauan kapitalis yang memenangkan bisnis tanpa memperhatikan lingkungan
Semua terjadi karena kesalahan negara yang mengadopsi kapitalisme dengan negara korporasi yang mengokohkan penjajahan, yang memfokuskan pembangunan pada aspek non strategis,yang memfokuskan pada pembangunan properti dan infrastruktur saja tanpa mengindahkan efek dari pembangunan tersebut.
Lain halnya dengan Islam, Islam tak akan pernah menyerahkan pembangunan properti dan infrastrukturnya kepada asing dan tak akan pernah sekalipun memberikan ijin kepada asing untuk mendirikan bangunan demi kepentingan mereka, begitu pun tata ruang kota akan dibangun sedemikian rupa agar tidak terjadi kepadatan tempat hunian yang membuat tidak nyaman untuk dilihat, begitu pula dengan saluran air yang dibuat sesuai kebutuhan.
Penyelesaian tidak cukup hanya perbaikan teknis tapi harus menyentuh perubahan ideologis . Dengan menyadari sistem kapitalistik mufsiduna fil ardh, sedangkan pemberlakuan Islam akan mewujudkan khilafah fil ardh.
Karenanya momentum banjir harus menjadi pengingat agar dilakukan taubat nasional, untuk mengubah pola hidup dan membuang pandangan hidup kapitalisme serta kembali kepada khilafah.
Karena hanya khilafah yang mampu menjadikan Islam rahmatan Lil alamiin.
Wallahualam Bi Shawwab.