Oleh: Fety Andriani S.Si
Cuitan pesepak bola Arsenal Mesut Oezil tentang kebengisan otoritas Cina atas muslim Uighur dan diamnya negeri-negeri muslim menyaksikan penyiksaan atas saudaranya masih hangat diperbincangkan. Di setiap lini media massa baik media cetak, situs berita online maupun media sosial masih dipenuhi dengan berbagai tulisan mengenai muslim Uighur.
Keimanan muslim Uighur diusik, ibadahnya dikoyak. Rezim brutal Cina dengan leluasa melakukan penyiksaan mental dan fisik. Muslim Uighur dimasukkan ke dalam camp dan dipaksa untuk murtad. Para muslimah dipaksa aborsi, dipisah dari keluarganya dan dipaksa menikah dengan lelaki kafir. Bahkan pada Desember 2013 lalu Radio Free Asia telah memberitakan bahwa otoritas Cina telah mengaborsi bayi dari 4 orang muslimah Uighur. Salah satu di antaranya sedang mengandung 9 bulan. Hal itu dilakukan karena mereka melanggar kebijakan satu anak yang ditetapkan di Cina sejak 1970-an. Nampak nyata Cina bernafsu menghilangkan entitas musim Uighur. Pemurtadan secara masif dilakukan dan regenarasi dihambat semaksimal mungkin.
Namun demikian muslim yang berjumlah sekitar 2 miliar ini tak mampu berbuat apa-apa. Berharap itu adalah mimpi buruk namun tidak bisa bangun dari mimpi buruk itu. Berharap malam segera berlalu digantikan mentari pagi. Hanya mampu berdoa, mengecam dan mengirim kutukan tidak lebih dari itu.
Sebagian muslim di Indonesia berkecil hati dengan sikap diam nya pemerintah atas kasus yang menimpa saudara nya di uighur. Namun yang mengherankan adalah pernyataan yang keluar dari ketua umum salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia.
Detik com- Ketua umum PBNU, Said Aqil Siradj berharap agar Umat Islam di RRT bisa menjaga kondusifitas dengan tak mengusik ranah politik pemerintahan RRT. Ini agar mereka bisa hidup dengan tetap damai. "Saya berharap kepada umat Islam RRT, beribadahlah dengan tenang jangan masuk wilayah politik. Cukup diberi kebebasan beribadah dengan baik, jangan ngutik-utik politik di RRC," imbau Said di Kantor PBNU, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (6/7/2015).
Berkenaan dengan pernyataan ketua umum PBNU tersebut muncul berita yang mengaitkan hal tersebut dengan dana yang digelontorkan oleh Cina untuk sejumlah organisasi Islam di Indonesia.
CNN Indonesia -- China disebut berupaya membujuk sejumlah organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, media Indonesia, hingga akademisi agar tak lagi mengkritik dugaan persekusi yang diterima etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang. Laporan the Wall Street Journal (WSJ) yang ditulis Rabu (11/12), memaparkan China mulai menggelontorkan sejumlah bantuan dan donasi terhadap ormas-ormas Islam tersebut setelah isu Uighur kembali mencuat ke publik pada 2018 lalu.
Fakta ini menambah pilu duka muslim Uighur. Sudahlah disiksa, negeri-negeri muslim berdiam diri, kini ormas Islam dari negeri muslim terbesar menuduhnya sebagai pengganggu politik Cina.
Tidak hanya Uighur, namun negeri muslim lainnya seperti Palestina, Suriah, Rohingya dan Kashmir juga dirundung persoalan serupa. Muslim hidup di bawah pemerintah kafir anti Islam dan penguasa muslim hipokrit yang menjadi cukong kafir imperialis. Tak heran muslim selalu menjadi mangsa bagi kepentingan musuh-musuh Islam.
Sebagai negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia seharusnya Indonesia menunjukkan kepedulian lebih atas permasalahan muslim. Namun Indonesia tidak berdaya untuk memberikan perlindungan bahkan untuk muslim Rohingya yang masih dalam kawasan Asia Tenggara.
CNNIndonesi.com- Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) menggelar sidang audiensi perdana dugaan pelanggaran hak asasi manusia Myanmar terhadap etnis minoritas Rohingya di Belanda pada Kamis (12/12). Sidang itu berlangsung atas gugatan Gambia.
Bila Gambia yang merupakan negeri kecil yang jauh di Afrika Barat menunjukkan protes dan menggugat kekejamanan Myanmar atas Rohingya melalui lembaga dunia, seharusnya Indonesia, Malaysia, Brunei dan negara muslim lainnya tergugah untuk lebih getol membela dan melindungi Rohingya.
Jangankan melindungi muslim Uighur, untuk melindungi muslim Rohingya Indonesia tidak mampu berbuat banyak. Posisi Indonesia sebagai pemimpin Asean maupun posisinya sebagai dewan keamanan tidak memiliki pengaruh atas pembelaannya. Muslim Rohingya yang hendak mengungsi dan menyelamatkan diri dari kebrutalan Buddhis Myanmar akhirnya terkatung-katung di tengah laut lepas selama berbulan-bulan. Bahkan dengan kejinya menolak pengungsi Rohingya dengan alasan negara sudah terlalu banyak masalah. Jangan import masalah, cukup sembako dan pacul saja yang di import. Sungguh pilu nasib umat Islam saat ini. Umat yang satu tubuh telah terkoyak, terpecah belah menyebabkan kesengsaraan akut.
Sudah saatnya muslim menyadari bahwasanya tidak cukup hanya berdoa, mengecam atau mengirim kutukan namun menyadari bahwasanya keberadaan negara sebagai pelindung adalah mutlak. Benarlah kata imam Al Ghazali bahwa agama ibarat pondasi dan negara adalah penjaga, sesuatu tanpa pondasi akan rubuh dan sesuatu tanpa penjaga akan hilang. Bila hadir sebuah negara yang berlandaskan aqidah Islam maka agama, jiwa, keturunan, kehormatan dan negara itu sendiri akan terjaga.
Dalam kasus muslim Uighur negara khilafah akan menekan Cina untuk membebaskan muslim Uighur dari kamp konsentrasi. Namun jika pemerintah Cina menolak maka khilafah akan mengerahkan seluruh perangkat dan sarana serta daya upaya baik politik, ekonomi bahkan militer untuk melindungi muslim Uighur dari penindasan dan menjaga kehormatannya. Negara tidak lagi memandang batas-batas bangsa, dimana pun dan berapa pun yang harus dikerahkan. Karena negara khilafah menempatkan kehormatan muslim pada posisi yang tinggi daripada sekedar kepentingan ekonomi.
Sebagaimana yang pernah dicatat oleh sejarah, Khilafah Islam di zaman Al-Walid bin 'Abdul Malik menaklukkan wilayah Asia Tengah termasuk Cina di bawah panglima Qutaibah bin Muslim pada tahun 705 M. Sungguh umat menantikan kedatangan Qutaibah yang kedua yang akan menundukkan rezim bengis Cina.
Oleh karenanya, wahai kaum muslimin jika benar cinta pada saudaramu maka saatnya memperjuangkan khilafah yang akan menjadi perisai baginya. Hingga tidak ada lagi yang berani menindas kaum muslimin. Wahai umat terbaik, bangkitlah. Saudaramu menantikaan Qutaibah-nya yang hilang. Wahai kaum muslimin perjuangkanlah khilafah, agar hidup menjadi berkah dengan syariat, agar umat terjaga akidah dan jiwanya, agar engkau mendapatkan kemuliaan dari hadist Rasulullah bahwa khilafah akan tegak kembali.
ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
Takbir!
Wallahu'alam bishshawab