Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel




Oleh: Zahra Azzahi

Member AMK




Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].


Kabar gembira akan adanya seorang pemuda pemberani yang akan menaklukkan Konstantinopel telah Rasulullah Saw kabarkan kepada para sahabat. Konstantinopel adalah kota dengan peradaban yang maju, didalamnya ada pagar-pagar yang tinggi menjulang menara pengintai yang kokoh, serdadu Bizantium di setiap penjuru kota dan memiliki benteng alam berupa tiga lautan yang mengelilinginya, yaitu Selat Basphorus, Laut Marmara, dan Tanduk Emas. Ketiganya di kelilingi oleh rantai besar sehingga sangat sulit bagi kapal musuh untuk leluasa masuk ke dalamnya. 


Seorang Sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, "mana yang lebih dulu ditaklukkan, Konstantinopel atau Roma?" Beliau menjawab:

" Kota Heraklius di taklukkan lebih dulu, yaitu Konstantinopel." (HR Ahmad, ad-Darimi dan al-Hakim).

Sabda Rasulullah Saw ini memotivasi para Khalifah untuk merealisasikannya. Upaya penaklukan Konstantinopel telah dimulai sejak Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan (668-669 M).


Namun, kuatnya pertahanan musuh membuat usaha kaum muslimin yang dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah belum mampu menaklukkan kota tersebut. Meski begitu upaya untuk menaklukkan Konstantinopel tidak pernah berhenti, perjuangan terus dilakukan oleh para Khalifah pada masa Kekhalifahan Abbasiyah dan diteruskan hingga ke generasi Khilafah Ustmaniyah, yakni Bayazid 1 (795-805 H/1393-1401 M) dan Sultan Murad ll (1422 M).


Setelah delapan abad berlalu, Allah SWT mengabulkan impian kaum muslimin sekaligus memenuhi sabda Rasulullah Saw, melalui Sultan Muhammad Al-Fatih, pemimpin ketujuh dari Khilafah Ustmaniyah. Sejarah mencatat bahwa Muhammad Al-Fatih adalah seorang yang salih, sejak baligh, beliau  tidak pernah meninggalkan kewajibannya dan senantiasa memperbanyak amalan sunnah.


Setelah diangkat menjadi sultan, Al-Fatih melanjutkan tradisi para pendahulunya untuk menaklukkan Konstantinopel. Dengan strategi perang yang tak pernah di duga oleh musuh, Al- Fatih memimpin 250.000 pasukan yang memiliki kemampuan tempur tingkat tinggi dan nilai-nilai tauhid serta ruh jihad yang kuat, akhirnya pada 20 Jumadil Ula 857 H (29 Mei 1453 M) Konstantinopel berhasil dibebaskan oleh pasukan Islam. (Ali Muhammad ash-Shalabi, Ad-Dawlah al-'Ustmaniyah: 'Awamil an-Nuhudh wa Asbab as-Suquth, hlm. 87-107).


Apa yang dilakukan kaum muslimin saat itu menunjukkan adanya keyakinan yang kuat terhadap apa yang disampaikan Rasulullah Saw, hal itu dibuktikan dengan kesungguhan mereka untuk menjemput janji beliau. Meski berulangkali gagal, para Khalifah dari generasi ke generasi terus berupaya membuktikan janji Nabi Saw, hingga membuahkan hasil melalui seorang anak muda pemberani bernama Muhammad, yang kemudian di sebut sebagai Al-Fatih, yang artinya sang penakluk.


Janji Nabi Saw tentang penaklukan Konstantinopel telah diwujudkan oleh Muhammad Al-Fatih, selanjutnya melalui hadist sohih beliau mengisyaratkan berikutnya Kota Roma yang akan ditaklukkan. Setelah tujuh abad berlalu hingga sekarang kaum muslimin belum berhasil membebaskan Kota Roma, hal ini terjadi karena saat ini kaum muslim tidak memiliki pemimpin yang mampu mempersatukan umat. Sebagaimana janji Allah akan surga yang akan diraih setelah melalui ikhtiar yang sungguh-sungguh dari para hambanya. Maka saat ini kejayaan Islam dan persatuan kaum muslimin pun harus di perjuangkan dengan sungguh-sungguh,  karena kemenangan tidak datang dengan sendirinya, melainkan melalui proses dan perjuangan yang panjang, yang kadang kala harus mengorbankan harta, jiwa, dan raga.


Wallahu'alam bishawab









Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak