#Day16Part2Postingan1
By: Messy
Secara etimologi (bahasa), dakwah berasal dari bahasa Arab dakwah, merupakan bentuk masdar dari kata kerja da’a, yad’u, da’wah, berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Kata dakwah juga berarti doa (al-du’a), yakni harapan, permohonan kepada Allah SWT atau seruan (al-nida). Doa atau seruan pada sesuatu berarti dorongan atau ajakan untuk mencapai sesuatu itu (al-du’a ila al-syai’ al-hatsts ‘ala qasdihi).
Sedangkan dakwah secara terminologi (istilah), dakwah dipandang sebagai seruan dan ajakan kepada manusia menuju kebaikan, petunjuk, serta amar ma’ruf (perintah yang baik) dan nahi munkar (mencegah kemungkaran) untuk mendapatkan kebahagiaan dunia maupun akhirat.
Berdasarkan Pengertian Diatas Maka dakwah dapat disimpulkan bahwa:
1.Dakwah adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam.
2.Dakwah adalah suatu proses penyampaian ajaran Islam yang dilakukan secara sadar dan sengaja.
3.Dakwah adalah suatu aktivitas yang pelaksanaannya bisa dilakukan dengan berbagai cara atau metode.
4.Dakwah adalah kegiatan yang direncanakan dengan tujuan mencari kebahagiaan hidup dengan dasar keridhaan Allah.
5.Dakwah adalah untuk peningkatan pemahaman keagamaan untuk mengubah pandangan hidup, sikap batin dan perilaku umat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syariat untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat
Dakwah hukumnya wajib bagi setiap muslim yaitu mengajak manusia menuju kebaikan dan mencegah melakukan kemaksiatan. Allah tegaskan dalam QS Al-Imran:104
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Kini, sudah banyak muslim yang sadar akan pentingnya aktivitas dakwah. Sehingga mereka menceburkan diri didalamnya. Namun sayang seribu, meski pengemban dakwah banyak tapi kenapa nashrullah atau pertolongan Allah belum datang? Apa yang salah dengan kita?
Mengapa kemenangan dakwah tak kunjung datang, padahal gerakan dakwah ini semakin lama semakin matang? Mengapa nashrullah tak kunjung turun, padahal perjuangan dakwah ini sudah berjalan puluhan tahun? Pertanyaan-pertanyaan di atas sebetulnya wajar, bahkan harus selalu menjadi bahan tafakur dan renungan setiap pengemban dakwah. Dengan itu kita akan selalu bersikap kritis terhadap setiap pelanggaran hukum syara yang dilakukan oleh jamaah.
Namun, sudah selayaknya pertanyaan-pertanyaan itu juga memunculkan sikap kritis terhadap diri sendiri. Sudahkah kita menjadi pengemban dakwah sejati sebagaimana Rasulullah saw. dan para Sahabatnya? Sebab, jangan-jangan tertundanya nashrullah dan tak kunjung tegaknya Khilafah adalah karena kualitas keimanan maupun ketakwaan kita yang masih sangat jauh dibandingkan dengan generasi Islam dahulu.
Jadi, mengapa nashrullah tak kunjung turun, kemenangan tak kunjung datang dan Khilafah tak kunjung tegak? Boleh jadi, semua itu berpangkal pada kemaksiatan kita, bukan karena ketidaksahihan fikrah dan thariqah dakwah kita. Mungkin karena selama ini kita pun bermaksiat kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Mungkin selama ini kita belum bisa menjaga kejernihan akal-pikiran kita, belum bisa memelihara kebersihan hati kita dari penyakit riya, ujub, sombong, ambisi jabatan, belum mampu melindungi pandangan kita dari hal-hal yang haram, belum sanggup menjaga lisan kita dari ucapan-ucapan yang tidak berguna, dan belum dapat mengendalikan anggota tubuh kita dari perilaku maksiat.
Mungkin selama ini kita juga sering melalaikan akad, mengkhianati amanah (terutama amanah dakwah) serta melanggar janji dan sumpah (terutama untuk taat dan patuh pada qiyadah atas nama Allah). Jika semua itu yang memang menjadi faktor mengapa nashrullah, kemenangan dan Khilafah tak kunjung segera terwujud, maka tidak ada cara lain selain kita harus segera bertobat nasuha.
Kembali kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan segala kesucian jiwa-raga. Contoh implikasi internalisasi telah ada pada seorang pengemban dakwah diantaranya adalah memastikan terjasadnya fikrah yang telah diperoleh : fikrah harus bersih (an-niqaa’) & suci (ash-shifaa’) bisa diperoleh dengan merefresh mafhum, fokus pada permasalahan akar bukan permasalahan cabang, komitmen terhadap target yang telah dirumuskan dari permasalahan akar, tiap ada problem mengembalikan pada fikrah.
Hal-hal yang dapat mempercepat pertolongan Allah datang, antara lain:
1. Bertakwa kepada Allah
Untuk selalu bertaqwa kepada Allah Ta’ala dalam setiap keadaan. Karena sesungguhnya bertaqwa kepada allah adalah persiapan yang paling utama untuk menghadapi musuh dan segala tipu dayanya dalam peperangan.
2. Meninggalkan maksiat
Umar bin Khattab melanjutkan, Saya memerintahkan kepadamu dan para pasukan yang bersamamu untuk benar-benar menyadari dari perbuatan maksiat yang bersumber dari diri kalian sendiri dan diri musuh-musuh kalian.
Sesungguhnya dosa para pasukan lebih aku takuti daripada musuh mereka, sesungguhnya kaum muslimin hanya akan ditolong karena sebab perbuatan maksiat musuh-musuh mereka kepada Allah Ta’ala. Andaikan bukan karena itu maka tidak akan ada lagi kekuatan bagi kaum muslimin.
Karena sesungguhnya jumlah kita tidak seperti jumlah mereka. Dan persiapan kita tidak seperti persiapan mereka. Maka jika kita sama-sama berbuat maksiat, niscaya mereka menang atas kita dalam hal kekuatan.
Jika kita tidak mendapatkan pertolongan dengan kekuatan kita atas mereka. Kita tidak akan bisa mengalahkan mereka dengan kekuatan yang kita miliki.
Ketahuilah oleh kalian bahwasanya penjagaan Allah (para malaikat) itu di atas kalian selama kalian dalam perjalanan, mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. Maka malulah pada mereka, jangan berbuat maksiat kepada Allah Ta’ala sedang kalian di jalan-Nya.
3. Meminta pertolongan kepada Allah
Mintalah kalian pertolongan kepada Allah Ta’ala untuk diri kalian sendiri. Sebagaimana kalian minta kemenangan terhadap musuh-musuh kalian.
Senantiasa kita sebagai pengemban dakwah untuk selalu muhasabah diri. Dengan menjauhi melakukan kemaksiatan. Sebab, kemaksiatan bisa menjadi penyebab terhalangnya pertolongan Allah untuk datang. Senantiasa untuk berdakwah sehingga umat tersadar dan ingin menerapkan sistem Islam secara kaffah. Ingat, pertolongan Allah pasti akan tiba. Bisa jadi, kegagalan demi kegagalan perjuangan kita adalah proses “seleksi alam” dari Allah. Apakah kita berjuang karena-Nya atau berjuang karena dunia semata. Wallahu A’lam bi Shawab
Bukittinggi, 16 Januari 2020
#kompaknulis
#opey2020bersamarevowriter