Menulis di Jam Cinderella





Oleh : Lilik Yani

Menulis yang nyaman itu jika berada di tempat nyaman, suasana nyaman, kondisi tubuh nyaman, suasana hati nyaman, juga waktu yang tidak terburu-buru. Masalahnya menunggu kondisi ideal itu tidak mudah. Karena aktivitas kita tidak sekedar menulis. 
Bagi anak muda atau pasangan yang belum memiliki anak, mungkin agak luang waktunya sehingga bisa memilih waktu lebih flexible untuk menulis. Tapi emak-emak dengan beberapa anak yang harus mendapat perhatian semua, juga kewajiban sebagai ibu manajer rumah tangga, pengemban dakwah, bahkan ada yang masih menjadi ibu pekerja. Maka bisa dibayangkan repotnya. Tetapi karena ada komitmen untuk melebarkan sayap dakwah melalui dakwah literasi, maka sang bunda tangguh akan memanage waktu dengan optimal.

Tapi ya gitu, para emak baru bisa mengerjakan tambahan dakwah itu saat anak-anak sudah terlelap dalam mimpi indahnya. Hanya saja, tubuh emak pun terkadang sudah tak berdaya karena seharian tak ada jeda, banyak agenda yang berkesinambungan.

Ehm, tentunya padat agenda tidak setiap hari ya, Mak. Agenda rutin seputar anak dan keluarga sih tetap setiap hari, tapi agenda luar masih bisa diatur jadwalnya. Jadi jika memungkinkan, saat anak-anak istirahat siang, ketika tubuh emak masih bisa diajak kompromi, maka hindari jam cinderella untuk menulis.

Jam cinderella, apaan tuh? Ehm, itu lho istilah dari para pejuang pena yang suka mengerjakan tugas menulisnya di waktu jelang deadline. Dengan alasan siang jadwal agenda padat merayap, atau memang merasa enjoy mengerjakan di jam menegangkan itu. Karena adrenalin akan terpacu, sehingga ide dan gagasan keluar lancar bak air mengalir, dan eng ing eng tugas menulis done.

Walau jam cinderella sering menjadi idola, sebenarnya kurang bagus bagi kesehatan. Karena mengerjakan sambil berkejaran dengan deadline akan  mempercepat detak jantung kita. Selain itu hasilnya tidak optimal, biasanya banyak typo karena mengetik terburu-buru. 

Dan jam cinderella adalah saat orang-orang pada umumnya sudah terlelap tidur. Jadi secara umum, tubuh kita pun juga perlu istirahat. Badan menuntut untuk direbahkan. Mata menuntut untuk ditidurkan. Hati dan pikiran juga meminta diistirahatkan sejenak. Hingga bangun dalam keadaan fresh semuanya.

Ehm, atau mungkin emak-emak bisa mensiasati ya? Habis sholat Isya, saat anak-anak beranjak tidur,maka emak ikut mengistirahatkan badan dan tidur duluan. Baru jelang tengah malam bangun untuk menulis. 

Masalahnya apa ada jaminan mudah bangun, Mak? Saat tubuh sudah lelah, direbahkan di kasur empuk, jika belum cukup lama terkadang berat untuk bangun. Alarm alami biasanya ubtuk qiyamulalil antara jam 2 sampai jam 3 ya? Kita bisa bangun otomatis, tapi masalahnya komitmen posting tulisan harian sudah lewat karena sudah ganti hari.

Untuk itulah, saran saya untuk menunaikan komitmen menulis setiap hari, seperti OPEy ini. Jangan memilih jam cinderella. Pengalaman banyak teman OPEy yang kebablasan tidur, bangun lewat deadline. Ada yang sudah selesai menulis, tinggal posting ketiduran karena sangat mengantuk. Terbangun saat sudah melewati deadline.

Bahkan ada yang mempunyai pengalaman seperti saya, tinggal memposting tulisan, saat meng-copy tulisan, bukan klik salin tapi tempel. Apa yang terjadi? Tulisan yang sudah disiapkan rapi tinggal posting, lenyap tak bertun. Karena apa? Kapasitas daya mata tinggal 5 watt sehingga agak kabur dan terjadilah tragedi yang bisa membuat tangisan bombay. 

Maka dari itu, jika memungkinkan, pilihlah waktu yang aman. Dari 24 jam nikmat pemberian Allah, luangkan 1-2 jam untuk memperlebar sayap dakwah, melalui wasilah dakwah literasi. Dimana bisa dikerjakan ketika kita luang. Bebas tapi harus diagendakan. Jika tak bisa langsung 2 jam, maka bisa dicicil, poin per poin. Adanya kerangka tulisan, sangat membantu. Tidak hilang ide yang akan disampaikan, walau menulisnya tidak sekali duduk. Karena banyaknya agenda lain yang harus mendapat penanganan secara adil sesuai porsinya.

Sahabat, kembalikan niat di awal, jika menulis kita ditujuakan untuk dakwah, menyampaikan ajaran Islam maka, sesibuk apapun kita akan mengupayakan bisa menunaikan komitmen itu. Kecuali memang sangat urgen dan alasan syar'i lainnya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak