Oleh : Lilik Yani
Teringat materi lama sekali. Waktu itu saya berada di kelas Belajar Menulis bersama mbak Minah. Kelas online di WA group dengan peserta sesama darisah yang ingin melebarkan sayap dakwah . Pertemuan pekan kedua setelah diajarkan cara menangkap ide.
Menulis dengan hati, apa maksudnya? Tanya Sang Guru waktu itu. Banyak variasi jawaban yang dituliskan oleh para emak ideologis yang selalu antusias menambah tsaqafah Islam.
"Menulis apa saja yang dirasakan oleh hati" jawab bu Asri penuh semangat
"Menulis dengan mengedepankan etika, menjaga sopan santun, dalam pemilihan kata" jawab bu Zahro tak kalah semangat
"Menulis yang diniatkan untuk ibadah karena Allah," jawab bu Hayati
"Menulis yang setiap prosesnya selalu melibatkan Allah," jawabku ikut partisipasi mengaktifkan kelas.
"Betul, semua jawabannya bagus. Jadi sudah ada gambaran ya, apa itu menulis dengan hati?" kata Sang Guru sebelum melanjutkan materi lebih lanjut.
******
Menulis adalah aktivitas yang menyenangkan jika dilakukan dengan hati riang, ikhlas. Ide atau gagasan yang akan disampaikan bisa tertuang dengan lancar, tanpa hambatan bagaikan air yang mengalir. Tulisan tertata rapi, urut, dan mudah dipahami pembaca.
Apalagi jika diniatkan untuk menolong agama Allah agar keindahan syariat Islam tersebar ke seluruh persada alam. Penulis ingin agar setiap umat Islam tahu apa yang harus dilakukan. Dalam menapaki perjalanan hidup ini tidak merasa bingung, khawatir atau tak tahu arah tujuan.
Maka penulis akan menuangkan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh hatinya, dengan mohon bimbingan Allah. Dengan harapan setiap kata yang disampaikan lewat tulisan itu membawa nilai kebaikan. Bisa menggetarkan hati pembaca, lalu tergerak untuk mengikuti apa yang dituangkan dalam tulisan tersebut.
Menulis dengan hati, selalu melibatkan Allah dalam setiap jengkal prosesnya. Diawali niat lillah menyampaikan kebenaran syariat Islam, lalu didoakan setiap kalimat yang disampaikan agar mudah dicerna pembaca, dipahami kemudian bisa menjadi wasilah terbukanya hidayah. Dengan bukti, hati yang tercerahkan dengan pemahaman tentang Islam yang benar.
Menulis dengan hati, akan sampai ke hati jika Allah mengijinkan. Entah berupa opini dengan analisa yang mencerahkan, kisah hikmah yang melelehkan hati yang keras, cerita fiksi yang digiring dengan deskripsi yang menyentuh hati, atau mungkin hanya sepenggal petikan "quote" yang bisa menggetarkan jiwa.
Apapun bentuk tulisan tidak masalah. Pilihlah sesuai passion, agar bisa menulis dengan nyaman dan menikmati aktivitas itu. Tidak merasa berat, terbebani apalagi sampai tertekan. Bagaimana bisa mengajak ke jalan kebaikan, jika diri Sang Penulis masih ada hambatan atau tekanan?
Menulis dengan hati, karena adanya kepedulian pada umat. Ada perasaan tak rela jika saudara seaqidah akan mendapat siksa karena ketidaktahuan. Sementara kita sudah tahu lebih dulu. Maka Sang Penulis akan merangkai kata yang memikat untuk mengajak umat ke jalan kebenaran. Selalu memohon petunjuk Allah, agar jemari ini mengetikkan kata-kata bermakna dan menjadi wasilah dakwah.
Sahabat pejuang literasi, ada tanggung jawab berat akan setiap kata yang kita tuangkan. Maka libatkan saja Allah, kita akan disuruh menuangkan tentang apa? Agar kata-kata itu ada nilainya. Ada magnet yang bisa menggetarkan hati yang keras, untuk tunduk patuh kepada Rabb-Nya. Karena ada ruh yang mengalir dalam setiap kata yang tertuang.
Sama-sama menulis, dengan tema dan judul yang sama sekalipun. Bisa berbeda pengaruh jika yang satu ditiupkan ruh, yang lain hanya sekedar mencari popularitas, eksistensi diri, kebanggaan diri yang mengarah pada kesombongan, atau hanya karena ingin memenangkan sebuah hadiah perlombaan.
Ruh yang ditiupkan adalah meniatkan setiap aktivitas sebagai ibadah kepada Sang Khaliq. Semua diniatkan ikhlas karena Allah, ditujukan menolong agama Allah. Dengan harapan, semua umat mengenal Islam sebagai agama yang diridloi Allah. Karena semua masalah hanya bisa selesai jika menggunakan Islam sebagai panduan.
Sahabat pejuang pena yang saya cintai karena Allah, mari saling mendoakan. Agar setiap yang kita lakukan tidak sia-sia. Setiap jerih payah yang kita lakukan, berbuah manis berupa pemahaman terhadap syariat Islam dan kebangkitan pemikiran umat. Ada rasa takut jika ada amal perbuatan yang tidak menggunakan landasan Islam. Ada rasa khawatir, jika amal yang dilakukan tidaknmendapat ridlo Allah. Yang ada dalam benak umat adalah rindu Islam kembali memimpin dunia.
Sahabat pejuang pena, mari saling menguatkan. Jika ada teman yang lemah karena merasa sudah lama berjuang tapi belum menampakkan hasil terang. Ajarkan tentang kesabaran, dan tetap husnudzon pada Allah. Bahwa Allah hanyalah menginginkan kebaikan pada hamba-Nya. Jika kejayaan Islam belum kita rasakan. Maka tanyakan kepada masing-masing diri, seberapa besar kontribusi yang kita berikan untuk Islam? Sudah pantaskah diri ini menerima karunia istimewa itu?
Sahabat pejuang literasi, ini sebuah ungkapan, untuk muhasabah diri. Agar ibadah yang kita lakukan ada nilai berarti. Tidak sia-sia lalu lepas diri. Karena kita selalu menyandarkan setiap aktivitas kepada Sang Illahi
Termasuk ketika merangkai kata-kata untuk mencerahkan hati.
Wallahu a'lam bisshowab
Tags
renungan