Oleh : Novianti
Dunia perjilbaban dibuat heboh oleh pernyataan seorang tokoh perempuan bahwa jilbab itu tidak wajib. Lantas ada seorang ustadz dengan bangga menuliskan sejarah awal istrinya menanggalkan jilbab sampai memajang fotonya tanpa jilbab. Ini bagian dari upaya dejilbabisasi.
Yang jilbab saja banyak yang ghibah, mending tak usah berjilbab sekalian. Jangan melihat dari tampilan, baik buruk itu tergantung hatinya. Jilbab itu budaya Arab, selamatkan Indonesia dari Arabisasi. Perempuan perlu vitamin D, jilbab menghalangi paparan sinar matahari sehingga terjadi defisiensi vitamin D.
Itulah beberapa alasan yang dikemukakan para pengusung dejilbabisasi. Gerakan yang bisa menimbulkan keraguan pada kalangan muslimah tentang wajibnya berjilbab. Seorang muslimah bisa membatalkan niatnya berjilbab atau bahkan yang awalnya rapat menutup aurat lantas menanggalkan jilbabnya. Na’udzu billahi min dzalika.
Bagi para orang tua yang memiliki anak perempuan menjelang akil baligh harus mulai bersiap-siap. Jangan sampai terpengaruh oleh isu-isu yang memalingkan mereka dari hukum yang benar. Sehingga tatkala sudah akil baligh, mereka belum siap menutup auratnya.
Perintah menutup aurat (berjilbab) datangnya dari Allah, bukan perintah manusia apalagi budaya arab. Perintahnya ada di dalam QS. Al-Ahzab ayat 59:
"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Kemudian perintah berkerudung hingga menutupi dada ada dalam QS. An-Nur ayat 31:
"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (aurat-nya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya....".
Karena hukumnya adalah wajib maka bagi yang mengenakannya mendapat pahala dan bagi yang meninggalkannya mendapat dosa. Konsep dosa dan pahala inilah yang harus dipahami oleh anak perempuan menjelang akil baligh. Sebuah konsep penting yang membedakan antara yang sudah mukallah dan belum. Menjadi perempuan baligh tidak sekedar perubahan fisik dan mengalami haidh. Apalagi rata-rata fase akil baligh manusia lebih panjang dari fase mumayyiz. Sehingga anak perempuan harus disiapkan saat memasuki fase tersebut
Persipan Perempuan Memasuki Akil Baligh
Rasulullah sabdakan:
“Diangkat pena dari tiga (golongan), orang gila yang hilang akalnya hingga sadar, dari orang yang tidur hingga terjaga dan dari anak kecil hingga bermimpi (dewasa).”(HR Abu Dawud)
Memberi nasihat seorang anak menjelang baligh bahwa ia harus senantiasa menjaga perbuatannya, karena setiap amalan seorang mukallaf sudah mulai dihisab oleh Allah SWT. Sudah tidak bisa melakukan sesuka hati karena standar perbuatan bukan perasaan. Hal yang boleh dan tidak harus merujuk pada aturan Allah.
Konsep pahala dan dosa sudah dikenalkan namun mereka harus dimotivasi untuk menyambut masa akil baligh dengan bahagia. Di hadapan Allah, setelah baligh mendapatkan taklif hukum layaknya manusia dewasa dan yang luar biasanya segala pahala akan ia dapatkan secara sempurna bahkan pahala yang berlipat- lipat. Pahala berbagi ilmu, membantu teman, puasa, mengajak pada kebaikan, mendapatkan malam lailatul qodar. Meski masih muda namun timbangan pahala bisa lebih berat dari yang tua.
Yang membuat khawatir saat memasuki akil baligh adalah berbuat dosa. Tapi tidak ada manusia yang terhindar dari dosa dan Allah adalah Maha Penerima taubat. Jangan pernah putus asa dari rahmat Allah.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." ( QS. Az Zumar : 53)
Ayat ini memberikan kabar gembira bagi orang-orang beriman. Allah akan selalu menerima taubat hambaNya selama bukan dosa syirik. Ajak anak menyambut fase barunya dengan sikap syukur dan ikhlas diikuti dengan menyiapkan dirinya mendalami ilmu-ilmu agar masa balighnya penuh prestasi di hadapan Allah. Kenalkan dengan syariat islam dan tekankan bahwa setiap aturan Allah untuk kebaikan manusia. Jangan ada keengganan bahkan kebencian pada hukum Allah.
Hukum terkait pakaian salah satu yang pertama dikenalkan. Hukum terkait pakaian diambil secara tauqifi (seperti apa adanya). Sikap seorang muslimah sami’na wa atho’na, dengar dan dan taat. Wajibnya jilbab bukan karena ada ‘illat adapun hikmah di balik hukum hanya Allah yang Maha Mengetahui.
Illat adalah sesuatu yang karena (keberadaan)nya ada hukum. Dengan kata lain perkara yang memunculkan hukum, berupa tasyri’ (pensyariatan suatu hukum). Jadi, hukum itu disyari’atkan karena adanya ‘illat. ‘Illat adalah dalil, tanda, dan yang memberitahu (adanya) hukum. ‘Illat-lah yang membangkitkan hukum. Maka ‘illat adalah sesuatu yang menjadi penyebab disyariatkannya hukum. Hukum tentang jilbab tidak ada ‘illat sehingga harus diterima apa adanya.
Ada beberapa tips bagi orang tua agar anak perempuan percaya diri menghadapi masa akil baligh:
1. Biasakan anak perempuan sudah berjilbab ketika keluar rumah di usia menjelang baligh, sekitar 8-9 tahun agar sudah terbiasa sehingga tidak ada lagi rasa berat disaat sudah menjadi kewajiban.
2. Buat pertemuan rutin misal sepekan sekali untuk membangun pemahaman utuh tentang aqidah dan syariah. Sehingga muncul ketundukkan dan ketaatan pada semua hukum Allah. Islam itu indah dan tidaklah Allah menurunkan agama Islam untuk menyulitkan manusia. Yakinkan bahwa hanya islam agama yang benar di sisi Allah.
3. Kisahkan para sahabat/shahabiyah tatkala memasuki usia baligh. Dengan islam, siapapun, tanpa melihat fisik, latar belakang, jenis kelamin bisa menjadi mulia. Ada ummu Sulaim, ummu Aiman, Asma binti Abu Bakr, sosok muslimah luar biasa dalam sejarah islam.
4. Libatkan anak dalam komunitas teman-teman selevelnya yang sholehah sehingga mereka tidak merasa sendiri memasuki akil baligh. Teman-teman memberikan pengaruh kuat pada usia-usia di atas 10 tahun. Terkadang mereka lebih mendengarkan teman daripada orang tuanya. Carilah komunitas misal di mesjid atau kajian untuk remaja secara rutin.
5. Tetap bangun komunikasi dan bersabar mendampingi. Hormon-hormon yang mulai bekerja akan mempengaruhi tidak hanya secara fisik tapi juga mental sehingga orang tua harus siap menerima beberapa perubahan. Terkadang ada yang jadi pendiam atau membantah. Buka komunikasi yang sehat. Di usia yang mereka belum sepenuhnya dewasa tapi ingin diakui eksistensinya, perlu orang tua berperan sebagai sahabat untuk mereka. .
6. Mulai kenalkan hukum terkait pergaulan karena rentan terjadi pelanggaran saat syahwat mulai bergejolak. Batasan aurat wajib dijaga, pandangan ditundukkan, kehormatan diutamakan.
7. Libarkan dalam proyek-proyek mulai dari skala kecil untuk mengasah kepekaan akan kondisi umat islam. Mereka harus sadar memiliki tanggung jawab tidak hanya pada diri sendiri dan keluarga tapi harus menjadi agen perubahan di tengah umat.
Anak yang memasuki akil baligh bak seperti busur panah yang siap melesat. Sejauh mana dan kemana busur itu melesat dan diarahkan tergantung pada orang tuanya. Mendidik satu anak perempuan sama dengan mendidik satu generasi. Dari rahim seorang perempuan lahir para pejuang, kualitas umat bergantung pada kualitas perempuan. Karenanya bersungguh-sungguhlah mendidik anak perempuan.