Memperbaiki Kualitas Diri, Bersiap Menjadi Ibu Generasi



Oleh : Ririn Muawwanah

Kita sering mendengar tentang kecerdasan Imam Syafi'i,  kealiman Sufyan Ats Tsauri,  kezuhudan Hasan Al Basri dan kesabaran Anas bin Malik.  Tapi apakah kita pernah terpikir seperti apa sosok seorang ibu yang telah mampu melahirkan generasi terbaik ini,  dikenang hingga lintas zaman?

Memang benar dan tak dapat dipungkiri,  wanita memiliki peran besar dalam mencetak generasi terbaik. Jika ada lelaki yang menjadi ulama,  tokoh ternama atau kesatria,  tentulah hal ini tak lepas dari sentuhan kasih penuh cinta dari seorang ibu. 

Ibu adalah madrasah pertama sebelum anak mengenyam pendidikan disekolah manapun, bahkan sebelum anak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Maka keuletan, kesabaran dan keshalihan seorang ibu sangat menentukan pendidikan yang akan diberikan kepada buah hati kelak.

Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling pertama dan utama bagi manusia. Sejatinya, ibu yang ideal tidak hanya sekedar dapat mengandung kemudian melahirkan, namun seorang ibu juga harus mampu mendidik dan memperjuangkan kesalihan sang anak dalam asuhannya. 

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."

Hadits ini sudah seharusnya menyadarkan para  wanita terhadap  perannya sebagai pendidik generasi wa bil khusus buah hatinya kelak,  bahkan jauh sebelum wanita tersebut menikah dan menjadi ibu.  Tentu kesadaran ini akan sangat berguna untuk menempa dan mempersiapkan diri seorang wanita untuk memiliki karakter pendidik generasi salih,  generasi penjaga dan pembela Islam yang terpercaya. 

Bersiap sebagai pendidik tentu saja tak menghabiskan waktu dengan tiduran,  santuy-santuy manja, bermain media sosial yang unfaedah. Bersiap menjadi ibu untuk mendidik generasi terbaik artinya kita siap disibukan dengan belajar keilmuan, melatih kesabaran,  mendidik diri untuk ulet dalam mendidik, keikhlasan menjadi warna dominan dalam dirinya. Hari demi harinya tidak disibukkan oleh kesibukan yang tak berlandaskan  meraih keridhoan Allah swt. 

Sebelum terlahirnya seorang anak dari rahim seorang wanita dan kemudian bersiap untuk mendidik buah hati. Sudah semestinya seorang wanita terbiasa bergelut dalam kebaikan,  bersatu dalam kebaikan, termasuk di dalamnya mengurus-urusan umat; melibatkan diri dalam dakwah Islam.

Kini tahun telah berganti, saatnya kita merenung dan bermuhasabah diri. Karena waktu tak pernah mau menanti,  waktu akan terus berganti. Kondisi demi kondisi terus beralih, zaman telah berpindah, gagasan baru terus bermuculan dan sejarah-sejarah baru telah terukir; baik prestasi maupun sebaliknya telah tercatat baik dalam sejarah atau memori kita masing-masing.  

Pertanyaannya, apakah kita akan tetap akan melangkah ke depan dengan kualitas diri yang sama? Sebagai muslimah,  yang sejatinya Islam telah mendudukkannya sebagai pendidik generasi,  sudah seharusnya kita 'berprogres dan berproses' untuk lebih baik lagi dalam mengejar rida Allah swt dalam setiap langkah dan aktivitas kita ke depannya; kita tak akan bergerak kecuali hanya untuk meraih rida Allah swt. 

Seorang wanita yang terbiasa beramal salih,  berbuat baik dan senantiasa fokus untuk meraih rida Allah swt akan mudah menurunkan sifat dan karakter tsb kepada buah hatinya kelak. Maka sungguh,  tak ada salahnya jika kita mengintip dan kemudian merenungi seruan Allah swt berikut ini :
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran : 104)

Mari kita fokus pada seruan amar ma'ruf nahi munkar; di mana Allah swt telah memerintahkan kepada kita secara jelas untuk baik dan bertakwa tidak hanya sebagai personal,  namun juga jamaah (dalam masyarakat). Dan sungguh,  kebaikan itu tak dapat kita raih seorang diri. 

Jika saat ini kita telah mampu melangkah kearah yang lebih baik,  bukankah tentu ada orang yang sebelumnya menyeru kita? Maka,  kini saatnya kitalah menjadi wasilah kebaikan tsb,  sebelum menjadi wasilah kebaikan untuk buah hati kita.

Maka dari itu,  melatih diri untuk mendidik dengan ikhlas dan sabar tak harus selalu menunggu menikah,  hamil dan memiliki seorang anak. Namun,  sejatinya persiapan itu kita persiapkan sedini mungkin. Dengan melibatkan diri dalam aktivitas dakwah;  yang baik secara langsung atau tidak langsung mampu menjaga diri kita dan lingkungan kita dari perbuatan tercela. 

Semoga dengan amalan kita yang sedikit ini kelak mampu melayakkan diri kita menjadi seorang ibu dari salah seorang generasi terbaik yang mampu menjaga dan membela Islam. Dengan kontribusi kecil ini pula,  kelak kita mampu menjadi contoh tauladan untuk anak-anak kita kelak. Karena sekalipun ibu disebut sebagai madrasatul ula,  tetap saja pendidikan tak dapat dilepaskan dari kurikulum,  peletak kurikulum, pembuat kebijakan pendidikan dan seterusnya.

 Dan kita sadari bersama bahwasanya wadah terbaik untuk ibu mendidik generasi terbaik adalah dalam sistem khilafah Islam, yang mengatur seluruh kehidupan manusia dengan syariat Islam.  Bukan berlandaskan pada hawa nafsu belaka! Tak lupa, Allah telah menjanjikan surga untuk orang-orang yang senantiasa menyibukkan diri dalam taat dan mengajak dalam ketaatan. 

Seperti firman Allah swt dalam QS At Taubah ayat 11:

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Alquran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." 
Wallahu'alam Bisshowwab ---

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak