By: Messy
Ada sebagian orang yang cukup sensitif mendengar istilah "Hidayah". Miris memang, tapi itulah kenyataannya sekarang. Ketika ditanyakan mengenai hidayah. Ada yang berdalih, "Nanti gue hijrah ketika gue udah tua saja, udah punya masa depan ya cerah". Ada pula yang berdalih, "Gue belum dapat hidayah Allah, hijrah nanti ajalah."
Kita seakan mengira bahwa hidayah Allah ibarat sebuah game. Bisa kita atur dengan sesuka hati. Ketika butuh, kita ambil. Ketika belum butuh, di pending saja dulu, nanti dilanjutkan lagi. Seakan kita lupa bahwa hidayah Allah hanya diberikan pada orang tertentu saja. Artinya, tak semua orang bisa mencicipi indahnya nikmat hidayah.
"Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah pada orang yang dikehendaki." (QS Al-Qashah: 56)
Kita seakan mengira bahwa hidayah Allah hanya diberikan pada kalangan tua saja. Maka kita berdalih bahwa perkara berhijrah harus menunggu usia tua dulu. Sehingga usia muda hanya dihabiskan untuk bermaksiat dan berfoya-foya kepada Allah. Astagfirullah.
Kita seakan mengira bahwa hidayah Allah datang dengan sendirinya, tanpa perlu dicari dan dijemput. Padahal sudah Allah tegaskan dalam Al-Qur'an bahwa Allah tidak akan mengubah suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri yang mengubah dirinya.
Kita seakan mengira bahwa malaikat Izrail hanya menjemput nyawa kalangan tua saja. Sehingga tak mau berbenah diri pada usia muda. Padahal sudah Allah tegaskan dalam Al-Qur'an bahwa setiap yang bernyawa pasti merasakan mati. Tanpa memandang usia tua atau usia muda. Sebab ajal tentang nomor cabut bukan nomor urut.
Detik ini, kita dengan pongah membunuh hidayah Allah. Dengan berdalih menunggu usia tua untuk berbenah. Seakan mengira bahwa hidayah Allah bisa datang dua kali pada orang yang sama. Padahal belum tentu sama sekali. Bayangkan dan rasakan, jika pada hari akhir nanti ketika Allah tanya, "Usia mudamu, engkau habiskan untuk apa?" Apa yang harus kita jawab?
"Usia mudaku, aku habiskan untuk maksiat dan membunuh hidayah Allah". Apakah jawaban seperti ini yang akan kita jawab? Jika benar demikian, sungguh, kita termasuk orang-orang yang menyesal nantinya. Nauzubillah.
Semoga aku, kamu dan kita tidak termasuk orang-orang yang menyesal nantinya. Semoga kita adalah orang-orang yang selalu berbenah diri setiap saatnya dan termasuk golongan orang yang beruntung. Aamiin.
Tapan, 8 Januari 2020
#MenjemputHidayah
#IstiqamahSampaiMati
#YukHijrah
#YukNgaji
#kompaknulis
#opey2020bersamarevowriter
#revowriter
#opey2020day08