Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Muslimah Penulis Sidoarjo
Setiap orang seharusnya punya target, baik berupa tujuan hidup maupun pandangan hidup. Sebab itu menyangkut amal, jika amal tak jelas mau ditargetkan kemana, ya siap-siap saja tak punya hujjah dihadapan Allah.
Maka Islam telah sedemikian rinci menyebutkan langkah-langkah seseorang ketika mencapai target dalam hidupnya. Diantaranya:
1. Sadar dia hidup untuk apa, Allah Ta’ala berfirman, yang artinya:
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).
Jelas sekali ayat diatas mengungkapkan bahwa tidak ada lain tujuan manusia dihidupkan di dunia ini hanyalah untuk menyembah-Ku, Allah SWT, artinya beribadah. Maka segala aktifitas harus dinisbatkan kepada Allah, agar dinilai ibadah. Dan itu butuh ilmu supaya kita tahu mana hal yang boleh atau tidak.
2. Beramal Solih sesuai SOPnya Allah
Setelah sadar, bahwa hidup untuk beribadah maka kita dituntut untuk konsisten mewujudkan. Itulah bukti bahwa kita paham dan sadar penuh dengan apa yang kita yakini. Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya membutuhkan amal nyata. Artinya juga telah tertanam mabda atau ideologi dalam benak kita. Itu hal yang sangat penting dimiliki oleh kaum Muslim.
Sebab mabdalah yang mampu menjamin setiap manusia bisa berjalan selamat di tengah kancah kehidupan ini. Kebayang dulu saat masih Nasrani, setekun dan setaat apapun dalam ibadah tetap tak berpengaruh kepada perubahan yang lebih baik.
Sebab agama Nasrani memang bukan ideologi, buktinya sebagian besar bangsa Eropa memeluknya namun tak pernah mempersatukan mereka. Jika mereka hari ini bersekutu semata itu karena semangat kapitalisme.
Tak pernah ada pemisahan antara beriman dan beramal salih, sebagaiman firman Allah, " Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.” (QS. Maryam Ayat 60).
3. Bersiap dikritik sebagai Evaluasi
Tidak ada satupun amal yang sempurna selain semuanya adalah proses. Sebab kita masih di dunia, masih banyak kemungkinan salah dan ada perubahan. Maka, sebagai orang yang telah berjalan di point 1 dan 2 akan berharap bertemu dengan point' ke-3 ini. Ini guna menyempurnakan proses perubahannya.
Namun kadang setan menikung dijalan ini sehingga memunculkan konflik dan bawa tidak pada tempatnya. Marah dan bahkan gondok ketika dievaluasi. Padahal, tak mungkin orang langsung berbuat benar tanpa sebelumnya berbuat salah.
Analoginya jika kita membangun sebidang tembok maka kritik adalah semen penutupnya. Kritik menutup celah kerusakan, kritik memperindah bangunan dan memperluas daya guna sebuah bidang tadi. BayangKan tak akan banyak barang bisa diletakkan jika satu bidang tadi tak rata.
Bahkan ada yang ekstrim hingga keluar dari jamaah hanya karena tak sependapat, karena kritik pedas yang seakan mematikan ide dan kreatifitasnya. Mengapa tak mencoba mengembalikan kepada target awal? berpikir positip adalah jalan terbaik, lapang dada menerima kritik, toh kritik tak buat rematik, tapi malah buat target makin epik dan penuh daya tarik.
Meringankan langkah menggapainya. Apalagi jika kita menyikapinya sebagai suplemen dikala jatuh atau futur. Kritik bernilai ibadah bagi yang melakukan dan yang menerima, sebab muaranya adalah lillahi taala.
Dan point penting yang lain adalah sampaikan kritik dengan ahsan, agar kritik setengah kripik namun tak pedas. Bagaimana kita seharusnya menyampaikan kritik dan saran tersebut. Supaya orang yang dikritik tidak merasa direndahkan, dilecehkan ataupun disakiti perasaanya.
Sekaligus saran yang kita berikan bisa diterima dengan baik tanpa ada kesan menggurui ataupun mengecilkan orang yang kita beri saran. Kita bisa mencontoh bagaimana Allah mengabadikan dalam Alquran saat Ibrahim mengkritik ayahnya. Kisah tersebut terdapat dalam surat Maryam [19]: 41- 45 yang artinya:
“Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi . Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya: "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?"
"Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah".
"Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan". Wallahu a'lam bish-showab.
Tags
Motivasi