Kerajaan Warteg Bahagia, Bukti Kegagalan Negara

Ulfatun Ni'mah S Si
Pemerhati Kebijakan Publik






Belum juga pemerintah tuntas menangani kerajaan Sunda Empire. Telah muncul Kerajaan baru yaitu Kerajaan Warteg Bahagia ( KWB) di Depok. Dideklarasikan di Depok, oleh Agus Riyadi. Fenomena kerajaan ini muncul setelah Sunda Empire. Tapi mereka mengaku berbeda dengan kerajaan-kerajaan yang muncul sebelumnya (TEMPO.CO, 26/1/2020)



Agus sang raja mengatakan, KWB memiliki tugas untuk memberdayakan dan memberikan kenyamanan untuk masa depan yang cerah bagi anak bangsa. Konsep KWB diyakini tidak bertolak belakang dengan konsep dan sejarah NKRI, namun justru memperkuat negara khususnya pada bidang ekonomi.


Salah satu pembantu Agus, yaitu Menteri Komunikasi Kerajaan Warteg Bahagia, Ahmad Dwi Saputro mengatakan, kerajaan ini berdiri atas dasar keprihatinan dengan banyaknya bermunculan kerajaan yang mengangkat isu tentang kebangsaan.


Ahmad mengatakan, saat ini warteg dipandang sebagai ekonomi paling bawah dan kalah bersaing dengan kuliner asing yang terus menjamur. Ia berharap, dengan berdirinya kerajaan ini, kuliner Indonesia semakin maju dan mampu bersaing dengan kuliner dunia dan sekaligus mengajak insan kuliner Indonesia terutama pengusaha warteg untuk bersatu padu dalam satu kerajaan, yaitu kerajaan warteg bahagia.


Apakah betul Kerajaan Warteg Bahagia didirikan memang untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat? atau hanya bentuk ungkapan kekecewaan rakyat terhadap negara yang gagal menciptakan kesejahteraan rakyat?


Fenomena munculnya kerajaan-kerajaan baru dilatar belakangi berbagai motif, baik motif ekonomi maupun politik, yang pada hakikatnya untuk mencari keuntungan dari para pengikutnya.


Banyaknya orang tertarik dan bergabung dalam kerajaan baru karena memang mereka sedang mengalami kebuntuan solusi dari setiap masalah kehidupan. Alhasil gampang tergiur tawaran perubahan, meskipun diujungnya hanya dimanfaatkan oleh pihak tertentu.


Bila kemunculan Kerajaan Warteg Bahagia murni karena motif ekonomi. Ini menunjukkan kegagalan Pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan rakyat. Sekaligus bentuk kekecewaan yang sangat menumpuk kepada penguasa yang membuat kehidupan sudah cukup pelik, dengan memberlakukan kebijakan yang mencekik.


Sistem ekonomi Kapitalis juga melahirkan kebijakan lebih berpihak kepada asing. Rakyat dijadikan tumbal keganasan penguasa, korporat dan swasta di dalamnya. Alhasil sistem ini tidak hanya menyuburkan rakyat miskin tapi juga rakyat stress dan tidak waras dalam menata kehidupan perekonomiannya.


Disisi lain kegagalan penguasa dalam menjalankan fungsi kepemimpinan berakar dari konsep yang rapuh, berbasis pada asas yang salah dan batil. Sehingga banyak kebijakan anti Islam yang lahir diatasnya, wajar bila kondisi semakin membuat rakyat kian sekarat.


Islam memandang bahwa kewajiban mensejahterakan ekonomi umat menjadi kewajiban negara. Bukan diserahkan pada individu ataupun lembaga, baik lembaga di dalam negara ataupun swasta.


Sebagaimana Rasulullah saw bersabda: " Seorang Imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya, dan ia akan diminta pertanggung jawaban atas rakyat." ( HR. Bukhari dan Muslim).


"Tidak ada seorang hamba yang dijadikan Allah mengatur rakyat, kemudian dia mati dalam keadaan menipu rakyatnya (tidak menunaikan hak rakyatnya), kecuali Allah akan haramkan dia (langsung masuk) surga." (HR. Muslim)


Dalam suatu riwayat, Rasulullah Saw pernah mencium tangan Sa'ad bin Mu'adz begitu melihat tangan Sa'ad yang kasar karena bekerja keras. Beliau bersabda, " ini lah dua tangan yang dicintai Allah dan rasul-Nya.

Negara juga wajib mendorong para pria untuk bekerja dan sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan. Imam Ghazali rahimakumullah menyatakan, wajib atas Waliyul amri(Pemerintah) memberi sarana-sarana pekerjaan kepada para pencari kerja.


Negara wajib menanggung kebutuhan pokok rakyatnya, yang sudah tidak mampu bekerja dan kerabatnya juga yang hidup nya tidak melebihi standar. Negara mendorong rakyatnya yang hidup di atas standar, untuk menanggung nafkah kerabatnya yang tidak mampu. Dan mengalihkannya kepada negara jika memang tak ada kerabat yang dimaksud.


Beginilah Islam mengatur kesejahteraan dalam Islam yang sangat terperinci. Setiap pemenuhan kebutuhan pokok individu rakyatnya menjadi jaminan negara. Dengan tetap menjaga dan memelihara aqidah rakyatnya sehingga memiliki keimanan yang kuat, menjadikan Islam sebagai landasan berfikirnya dan solusi bagi setiap permasalahan kehidupannya. Dengan demikian menjadi individu yang kuat, waras dan tangguh dalam menghadapi permasalahan hidupnya.


Walhasil bila kehidupan kembali kepada Islam, niscaya sebuah tatanan kehidupan sehat dan sejahtera akan bisa diwujudkan. Wallahu'alam bish-showab.

Goresan Pena Dakwah

ibu rumah tangga yang ingin melejitkan potensi menulis, berbagi jariyah aksara demi kemuliaan diri dan kejayaan Islam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak