Oleh : Zahida Arrosyida
Mengawali tahun 2020 masyarakat Indonesia seperti biasa mendapat kejutan kado awal tahun dari pemerintah. Kado yang membuat rakyat jelata kembali terkejut dan hanya bisa mengelus dada merasakan kehidupan yang makin sulit dan sempit.
Ironis..atas nama rakyat, pemerintah telah melakukan kezaliman terhadap rakyat. Bagaimana tidak miris, di saat 260 juta rakyat akan dicabut subsidi listrik, BBM,pupuk dan gas melon pada saat yang sama lima perusahaan sawit berskala besar mendapatkan subsidi dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dengan total mencapai Rp7,5 triliun sepanjang Januari—September 2017.
Lima perusahaan sawit itu terdiri dari Wilmar Group, Darmex Agro Group, Musim Mas, First Resources, dan Louis Dreyfus Company (LDC). Berdasarkan data yang diperoleh CNNIndonesia.com, Wilmar Group mendapatkan nilai subsidi terbesar, yakni Rp4,16 triliun.
Harapan rakyat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan sejahtera paska terpilihnya pemimpin yang baru ternyata hanya isapan jempol.
Banyak peristiwa politik,sosial dan ekonomi yang terjadi menunjukkan satu hal, bahwa negeri ini masih terus dibelit masalah. Indonesia masih jauh dari harapan. Bahkan Indonesia makin liberal, makin terjajah.
Pencabutan berbagai subsidi untuk rakyat sebenarnya adalah cara paling mudah bagi pemerintah untuk "menyelamatkan" APBN. Tak peduli bahwa cara termudah itu menyengsarakan rakyat. Padahal masih ada cara lain, semisal meningkatkan efisiensi anggaran di setiap kementerian dan badan atau lembaga negara, mengurangi pemborosan, menutup kebocoran anggaran, menghentikan pengalokasian subsidi bunga obligasi rekap yang mencapai Rp 60 triliun per tahun sampai tahun 2033 dan sebagainya.
Lebih dari itu alasan sesungguhnya pencabutan subsidi pada rakyat ini adalah untuk menjalankan skenario Memorandum of Economic and Financial Policies atau LOL dengan IMF tahun 2000. Juga untuk memenuhi apa yang disyaratkan bagi pemberian hutang Bank Dunia seperti tercantum dalam Indonesia Country Assistance Strategy tahun 2001.
Melihat realitas ini semoga kita makin sadar bahwa demokrasi adalah sistem kehidupan yang rusak dan merusak. Demokrasi penuh dengan tipudaya, menyengsarakan rakyat dan menistakan agama (Islam).
Demokrasi dalam teorinya adalah sistem yang memberikan ruang kepada kehendak rakyat. Namun dalam kenyataannya itu hanya menjadi jalan bagi segelintir elit politik-yang berselingkuh dengan pemilik modal-untuk berkuasa pada ujungnya rakyatlah yang akan menjadi korban.
Allah telah memberikan peringatan kepada kita, yang sekaligus menjadi teguran keras bagi siapa saja yang lebih menghendaki hukum jahililyah daripada hukum Allah untuk mengatur kehidupan mereka :
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?"
(QS : Al Maidah; 50).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan di dalam tafsirnya, bahwa Allah SWT telah mengingkari siapa saja yang keluar dari hukum Allah SWT yang meliputi segala kebaikan dan mencegah segala keburukan; dia berpaling pada pandangan-pandangan, kecenderungan hawa nafsu dan bermacam istilah yang dibuat oleh manusia tanpa sandaran berupa syariat Allah SWT seperti yang dilakukan oleh orang-orang jahililyah. Mereka memutuskan perkara serta memerintah dengan kesesatan dan kebodohan yang mereka buat dengan pandangan hawa nafsu mereka.
Jika kita ingin lepas dari berbagai persoalan terus membelit negeri ini, kita harus memilih sistem yang baik dan pemimpin yang amanah. Sistem yang baik hanya bisa terwujud dari sistem yang berasal dari Pencipta Kehidupan. Itulah syariah Islam. Adapun pemimpin yang amanah adalah yang mau tunduk pada sistem yang berasal dari Pencipta Kehidupan tersebut.
Firman Allah :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
(QS : Al A'raaf; 96).
Kehidupan yang sejahtera, berlimpah dengan keberkahan merupakan janji Allah. Janji Allah adalah pasti. Syarat yang Allah tetapkan agar janji Allah terpenuhi adalah mewujudkan keimanan dan ketaqwaan penduduk negeri. Wujud riilnya tidak lain adalah dengan menerapkan Islam secara totalitas dibawah sistem Khilafah 'ala minhaj an-nubuwwah.