Perempuan, Keluarga dan Generasi
Berbicara perempuan setiap orang, agama dan budaya akan berbeda-beda menilainya. Seperti menurut pandangan budaya Hindu seorang perempuan tak jauh beda dengan seorang budak, menurut budaya Yunani menilai perempuan tidak lebih seperti barang belian yang dimiliki oleh suaminya setelah dibeli oleh walinya dan menurut budaya Romawi perempuan hanya dianggap sebagai objek seksual oleh kaum pria. Ya. Seperti itulah setiap budaya menilainya. Sedangkan menurut filosofi Eropa perempuan adalah titisan iblis.
Pemaparan pertama yang disampaikan oleh Ustadzah Ummu Handzalah dalam kajian bulanan oleh Komunitas Forum Muslimah Cikampek, bekerja sama dengan MT Al Huda yang bertempat di Masjid Al Huda Cikampek, Karawang. Acara yang dilaksanakan pada hari Ahad, 12 Januari 2020 dihadiri lebih dari 120 orang.
Acara dimulai pukul 09.00 WIB dengan dipandu oleh Ustazah Sholihat sebagai MC. Acara semakin khidmat dengan dibacakannya ayat suci Al Quran oleh Ukhti Ara.
Seluruh peserta pun semakin antusias ketika pemateri Ustazah Ummu Handzalah mulai memaparkan materinya lagi.
Lantas seperti apa perempuan dalam pandangan Islam?
Beliau memaparkan bahwa Islam sangat memuliakan perempuan melalui syariat-Nya yang disesuaikan dengan fitrahnya, maka pantaslah surga ada di telapak kaki perempuan (Ibu) karena Ibu yang mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh dan mendidik dengan penuh kasih sayang bersama ayah, Ibu adalah sekolah pertama (Madrasatul ‘ula).
Bahkan Rasulullah pun memerintahkan kita tuk berbakti kepada seorang Ibu dengan menyebutnya tiga kali setelah itu baru ayah.
Seperti itulah Islam memuliakannya, tapi fakta saat ini banyak para perempuan jauh dari fitrahnya. Merebaknya budaya materialistis dan individualistis, eksploitasi perempuan sebagai mesin pencetak uang. Budaya permisif (serba bebas) dan hedonis, pergaulan bebas anak atau sebagian masyarakat jauh dari agama, kurang bahkan tidak mencintai agama.
Kenapa hal itu bisa terjadi? Disebabkan Jauh dari syariat Islam kaffah
1. Pendidikan sekuler (pemisahan agama dari kehidupan)
Agama hanya dipakai untuk yang berkaitan dengan ibadah semata ketika menjalani aktivitas kehidupan agama dijauhkan.
2. Kebebasan (liberalisme)
Bebas berpendapat, berprilaku, beragama dll, mengakibatkan rakyat tak punya batasan dalam perbuatannya. Maka wajarlah kemaksiatan merajalela karena mereka menganggap ini kebebasan dia.
Ketika agama tidak berperan dalam kehidupan dan menjung nilai kebebasan maka tatanan kehidupan akan hancur karena tak ada aturan yang mengatur.
Lantas apa yang harus kita lakukan?
1. Kembali pada syariat Allah secara kaaffah
2. Amak mar ma’ruf nahyi munkar (berdakwah)
3. Menegakkan pilar ketaqwaan
Baik secara invidu, masyarakat dan negara. Negaralah yang banyak berperan dalam menjaga ketakwaan setiap individu dan yang bisa memberikan sangsi tegas apa bila ada setiap individu maupun masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap syariat Islam.
Ketika syariat Islam diterapkan secara kaafah maka secara praktis menjaga perempuan, keluarga dan akan menghasilkan generasi yang bertakwa.
Demikianlah pemaparan kajian bulanan kali ini. Dan dilanjukan sesi tanya jawab.
Selesai sesi tersebut acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Ustazah Neng Sri. Selepas itu maka berakhir pula acara kajian bulanan ini tepat pukul 11.30 WIB.
Reporter Yuyun Suminah
Tags
Reportase