By: Messy
Aku tahu, jalan hijrah ini tak selamanya lurus dan mulus. Tak jarang kita akan menempuh jalan yang terjal dan berliku. Tak jarang pula dihiasi dengan kerikil-kerikil tajam. Semua itu pasti akan mewarnai perjalanan hijrah kita.
Tak jarang dari kita yang memilih untuk mundur dari perjalanan ini. Padahal masih setengah perjalanan, belum tuntas hingga tujuan. Tapi, sudah memutuskan untuk berbalik arah. Dengan beragam alasan, salah satunya kehabisan bekal semangat dalam menghadapi kerikil tantangan.
Tak jarang pula yang memilih untuk berhenti sejenak di tempat pemberhentian. Sekedar mempompa semangat untuk melanjutkan perjalanan. Sebab semakin jauh perjalanan. Maka akan semakin tajam pula kerikil yang harus ditempuh. Dipastikan akan banyak bekal semangat yang terkuras.
Tak jarang pula yang memilih untuk tetap melanjutkan perjalanan meski dengan cara yang tertatih-tatih. Tak mau berhenti sejenak meski bekal semangat sudah tekuras. Hanya semata mengandalkan sisa bekal semangat saja Perjalanan harus tetap dilanjutkan, apapun yang akan menghadang.
Jangan pernah berbalik arah, ketika kita sudah beradan di jalan yang Allah ridhoi. Kapan perlu berlarilah. Jika sulit, maka berlari kecillah. Jika kita merasa lelah, berjalanlah. Jika itu tetap tidak mampu, merangkaklah.
Namun, jangan pernah berhenti dan berbalik arah? Tak cukupkah surga menjadi hadiah untuk perjalanan kita? Bukankah yang kita cari didunia ini, hidup mulia dan mati masuk surga? Jika kita sudah mendapatkan jaminan tiket surga langsung dari pemilik surga. Kenapa masih ragu untuk memilih perjalanan hijrah ini?
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa." (QS Ali Imran: 135)
Lelah boleh, tapi jangan pernah berbalik arah.
Hati yang lillah, tak pernah lelah.
Tapan, 7 Januari 2020
#Hijrah
#IstiqamahSampaiMati
#kompaknulis
#opey2020bersamarevowriter
#revowriter
#opey2020day07