Oleh: Alma Annadzifatul Qurroh
Setelah dilanda banjir pada awal Januari lalu, kini Ibukota Indonesia kembali harus terendam banjir lagi. Dikutip dari Kompas.com, hujan deras yang mengguyur Jakarta pada Jumat (17/1/2020) malam hingga Sabtu (18/1/2020) pagi membuat sejumlah titik di Ibu Kota dilanda banjir. Menurut pantauan dari akun Twitter TMC Polda Metro Jaya, @TMCPoldaMetro, banjir antara lain terlihat di Jalan Sutomo, Cawang, Jakarta Timur.
Selain itu, titik banjir juga terlihat di Jalan Kemandoran, Jakarta Barat dan kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
Air juga menggenang di sejumlah jalan yang ada di Jakarta. Jalan yang digenangi air antara lain terdapat di depan Universitas Atma Jaya, kawasan Semanggi, Jakarta Pusat. Selain itu, genangan juga terlihat di Jalan Gatot Subroto dekat lampu merah Kuningan arah Semanggi, Jakarta Selatan.
Ini sudah kali kedua Jakarta kembali terendam. Sebelumnya, banjir yang tepat membuka awal tahun 2020, juga menggegerkan Indonesia. Pasalnya, banjir ini berhasil merendam Ibu Kota Indonesia dan wilayah sekitarnya, yakni Bogor, Depok, Tasikmalaya, dan juga Bekasi.
Banjir ini menenggelamkan ratusan rumah dengan ketinggian bervariasi, antara 1-6 meter. Ratusan ribu warga mengungsi ketempat yang lebih aman. Akibat bencana ini, tercatat setidaknya 60 orang meninggal dunia (BNPB,5/01/20).
Hujan deras juga mengakibatkan longsor di wilayah Bogor dan Lebak, Banten. Akibatnya, puluhan desa terisolasi dan ratusan rumah tertimbun tanah.
Di Provinsi Sulawesi Selatan, banjir dan longsor juga mengakibatkan ratusan rumah di empat kecamatan terdampak lumayan parah. Beberapa jalan disana, juga tidak dapat diakses dengan baik.
MasyaAllah, ternyata banyak sekali ya bencana yang telah melanda negeri ini. Apalagi, bencana ini terjadi bertepatan dengan awal bulan pada tahun 2020. Seolah menjadi kado awal tahun yang berbungkus duka.
Sebenarnya hujan deras bukan alasan utama terjadinya seluruh bencana ini. Namun, juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia kepada lingkungan sekitarnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, menyebut ada lima penyebab banjir di Ibu Kota belum juga surut. Yaitu disebabkan oleh terbatasnya kapasitas badan sungai akibat banyaknya pemukiman warga, besarnya volume sampah membuat air sungai cepat meluap karena melebihi kapasitas, saluran air yang banyak tersumbat sampah dan lumpur, penampung-penampung air seperti situ, danau, embung, waduk (SDEW) tak berfungsi dan juga disebabkan oleh daerah resapan air atau ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta yang berkurang.
Sementara itu, banjir bandang dan tanah longsor di Lebak, Banten, diakibatkan oleh perambahan hutan dan penambangan liar.
Tanah longsor yang terjadi di kecamatan Sukajaya, Bogor, menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), disebabkan oleh adanya pemukiman di atas perbukitan. Baik disepanjang jalan, maupun disepanjang aliran sungai (Liputan6.com, 5/1/2020).
Semua aktivitas tadi jelas, adalah penyumbang sebab banjir akibat ulah tangan manusia. Mereka merusak bumi Allah sesuka hati dan sesuai kepentingan mereka. Dan akibatnya, Allah akan memberikan peringatan agar manusia kembali kepada-Nya.
Allah SWT berfirman :
ظهر الفساد في البر و البحر بما كسبت ايدي
الناس ليذيقهم بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون
"Telah tampak kerusakan di daratan dan lautan akibat perbuatan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan (kemaksiatan) mereka itu agar mereka kembali (ke jalan-Nya)."(TQS Ar-Rum:41).
Abu Aliyah, dalam pernyataannya yang dikutip oleh Imam Ibnu Katsir menyatakan bahwa orang yang bermaksiat kepeda Allah maka ia telah merusak bumi.
من عصي اللهفي الارض فقد افسد في الارض
لان صلاح الارض والسماء بطاعة
"Siapa saja yang bermaksiat kepada Allah di bumi, maka sungguh ia telah merusak bumi. Sungguh kebaikan bumi dan langit adalah dengan ketaatan".
Maka, perusakan bumi oleh manusia adalah bentuk kemaksiatan kepada Allah. Yang tentunya akan mendatangkan akibat yang tidak diketahui pasti oleh manusia. Dan perbaikan kerusakan bumi adalah dengan meningkatkan Ketaatan. Berhenti mengerjakan maksiat dan kembali ke jalan Allah. Termasuk kembali memakai aturan-Nya, yang kini dicampakkan bahkan dihinakan.
Sebab, termasuk kemaksiatan dan kezaliman terbesar ialah saat manusia tidak berhukum dengan hukum Allah. Dan hukum Allah tak lagi dijadikan sebagai acuan dan pedoman.
Hukum manusia sudah jelas akan mendatangkan kekacauan dan kehancuran. Fakta sekarang cukup menjadi bukti bahwa hukum ini memang tidak pantas untuk diberlakukan. Kehancuran lambat laun mulai tampak. Baik dari segi ekonomi, maupun pendidikannya. Tak ayal lagi, kita memang harus mencampakkan hukum buatan manusia ini. Dan beralih kepada hukum Allah yang menjaminkan keberkahan. Allah Swt berfirman :
ولو ان اهل القري امنوا واتقوا لفتحنا عليهم بركات من السماء
والارض ولكن كذبوا فاخذناهم بما كانوا يكسبون
"Andai penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan membukakkan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat suci kami) sehingga kami menyiksa mereka sebagai akibat dari apa yang mereka perbuat. (TQS Al-A'raf :96).
Maka dari itu, musibah bencana ini harus disikapi dengan segera kembali pada-Nya, bertobat dari segala dosa dan kemaksiatan dibarengi dengan ketaatan. Termasuk meninggalkan kemaksiatan terbesar yaitu tidak memberlakukan hukum Allah. Tunjukkan bukti keimanan kita dengan memperjuangkan kembali syari'at-Nya melalui tegaknya Daulah Islamiyah 'Ala min hajjinnubuwwah.
Wallahua'lam bish Shawab