Oleh: Neneng Sriwidianti
Pengisi Majelis Taklim dan member AMK
Harapan hidup sejahtera penuh keberkahan yang Allah janjikan hingga kini belum terwujud. Sebaliknya, hidup di alam demokrasi yang meniadakan hukum Allah dalam kehidupan semakin membuat masyrakat hidup sengsara. Berbagai persoalan terus mengemuka. Rakyat semakin terzalimi dengan berbagai kebijakan yang diterapkan hari ini. Merindukan ”Baldatun Toyyibatun wa Rabbun Ghafur”, negeri yang diberkahi seperti jauh panggang dari api, hanya ilusi.
Padahal gambaran negeri yang diberkahi dilukiskan al-Qur’an yang mulia:
“Sungguh, bagi kaum Saba ada tanda (kebesaran Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), ”Makanlah olehmu dari rezeki yang dianugerahkan Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”. (TQS. Saba’: 15)
Saba adalah sebuah kabilah yang sangat terkenal di semenanjung Yaman. Saba adalah sebuah negeri yang sangat terkenal ketaatannya kepada Allah Swt. Ahli tafsir Qatadah, menggambarkan negeri Saba ini: ”Seorang wanita berjalan di bawah pepohonan, membawa keranjang di atas kepala, keranjang tersebut penuh dengan buah-buahan yang sangat enak dan harum baunya tanpa harus memanjat”. Keistimewaan lain penduduk Saba, di sana tidak pernah melihat hewan-hewan berbahaya seperti nyamuk dan kalajengking. MasyaAllah sebuah negeri yang diberkahi karena ketaatannya kepada Allah, sampai Allah mengabadikan kisahnya di dalam Al-Qur’an.
Namun, ketika negeri Saba itu tidak lagi taat dan melakukan kemaksiatan. Berpaling dari aturan-aturan-Nya, maka Allah tumpahkan kepada negeri Saba banjir yang sangat besar. Tidak ada lagi yang tersisa dari kemakmuran negeri tersebut kecuali ditumbuhi oleh pohon Asl dan Sidr (nama lain pohon bidara) yang rasanya sangat pahit.
Seharusnya kita mengambil pelajaran dan hikmah dari kaum Saba. Ketika Indonesia mengingikan negerinya menjadi ”Baldatun Toyyibatun wa Rabbun Ghafur”, maka harus beriman dan bertakwa kepada Allah. Menerapkan seluruh aturan Allah secara kafah. Pasti berkah itu akan didapatkan baik dari langit maupun dari bumi.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (TQS. Al-A’raf: 96)
Wahai penguasa, apakah kalian menunggu azab datang seperti yang menimpa kaum Saba? Harapan masa depan lebih baik dan keberkahan hidup bagi bangsa ini hanya bisa kita gantungkan pada berlakunya kembali syariah secara kafah. InsyaAllah Indonesia berkah dengan syariah kafah. Wallahu a’lam bishshawab.