Oleh: Lilis Suryani
Gaung pembebasan Konstantinopel dan Roma mulai menggema sejak Nabi Muhammad SAW mengabarkan berita gembira kepada umat Islam, tentang penaklukan dua kota tersebut. Salah seorang sahabat nabi, Abu Qubail bercerita"ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin Al Ash dia ditanya 'kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma?' Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya kemudian dia mengeluarkan kitab. Lalu ia berkata ' ketika sedang menulis di sekitar Rasulullah, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dahulu: Konstantinopel ataukah Roma? Nabi menjawab kota Heraklius dibuka lebih dahulu yaitu Konstatinopel".
Keyakinan terhadap janji-janji nabi menjadi motivasi yang tinggi bagi kaum muslim untuk merealisasikannya. Sebab,seluruh janji nabi itu pasti benar karena merupakan wahyu Ilahi.
Sejarah mencatat bahwa upaya serius penaklukan Konstantinopel telah berlangsung sejak masa Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan (668-669M). Perjuangan berikutnya terus diwarisi oleh Daulah Abbasyah. Namun, mengalami kegagalan. Usaha membebaskan Konstatinopel pun tetap diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia timur terutama kerajaan Saljuk sampai ke generasi Daulah Turki Utsmaniyah. Hingga setelah delapan abad berlalu, Allah mengabulkan impian umat Islam melalui kepemimpinan Sultan Muhammad Al Fatih yang berhasil membebaskan Konstatinopel pada 20 Jumadil ula 857H (29 Mei 1453). Al Fatih merupakan pemimpin ke tujuh dari Daulah Utsmaniyah. Sejarah menceritakan bahwa beliau adalah seorang pemuda yang salih. Ia tak pernah meninggalkan kewajibannya dan senantiasa memperbanyak amalan sunnah. Setelah diangkat menjadi raja, Al Fatih langsung melanjutkan transisi para pendahulunya untuk terjun langsung dalam penaklukan Konstantinopel.
Selain mengerahkan pasukan yang sangat banyak (250.000 personel). Al Fatih juga memperkuat pelatihan pasukan dengan berbagai seni tempur dan ketangkasan bersenjata. Juga menanamkan nilai-nilai tauhid yang tinggi, sehingga pasukannya benar-benar memiliki ruh jihad yang kuat.
Setelah penaklukan Konstantinopel, saat ini kita tengah menantikan terwujudnya kembali janji Nabi mengenai penaklukan kota Roma sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits. Rasulullah SAW tidak secara tegas menyebutkan kapan pembebasan Roma terjadi dan siapa pemimpinnya seperti halnya pembebasan Konstatinopel. Akan tetapi yang pasti adalah pembebasan Roma tidak akan terjadi sebelum umat Islam mempunyai kekuatan yang sangat besar. Dan hal tersebut hanya akan terwujud dalam sebuah negara super power yang berlandaskan pada syariat Islam, yaitu Khilafah 'ala minhaj nubuwwah.
Hanya Khilafah yang akan mengkondisikan setiap generasi muslim menjadi generasi yang tangguh. Generasi cemerlang yang memurnikan ketaatannya hanya kepada Allah SWT yang senantiasa menghiasi kehidupannya dengan jihad dan dakwah. Sehingga akan mampu mewujudkan janji Nabi sebagaimana Muhammad Al Fatih yang membebaskan Konstantinopel.