Oleh : Ratna Kurniawati
Baru baru ini publik kembali digegerkan dengan munculnya Keraton Agung Sejagat (KAS) yang dipimpin oleh seorang Raja yang disebut sebagai Sinuhun Totok Santosa Hadiningrat di Purworejo, Jawa Tengah. Sinuhun Totok Santosa Hadiningrat didampingi seorang Ratu bernama Kanjeng Ratu Dyah Gitarja. Keduanya mengklaim KAS memiliki 450 anggota dan telah mendapat pengakuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Mengapa Kerajaan Agung Sejagat (KAS) muncul di Purworejo, Jawa Tengah?
Menurut sejarawan JJ Rizal secara historis, dulunya Purworejo memang merupakan kawasan raja-raja. Purworejo juga merupakan basis awal dari peperangan pangeran Diponegoro. Namun, fenomena seperti ini, bisa muncul kapan aja dan dimana saja. Seperti contohnya, di Sumatera juga ada dan mengaku sebagai bagian dari kerajaan Sriwijaya.
Bukan fenomena baru
Munculnya Keraton Agung Sejagat memang bukanlah hal baru di Indonesia. Pada tahun 1950-an, muncul juga seorang yang mengaku sebagai raja yang bernama Idrus dan permaisurinya bernama Markonah. Keduanya mengaku sebagai pemimpin tertinggi suku anak dalam dari rimba belantara Jambi. Pasangan tersebut juga sempat di undang beberapa pejabat publik dan sempat menipu Presiden Soekarno. Fenomena munculnya kerajaan baru di tengah-tengah masyarakat bisa diterjemahkan sebagai krisis. Krisis disini dalam artian negara tidak bisa memberikan kehadirannya di tengah masyarakat, sehingga mereka mencari solusi dan alternatif lain.
Islam adalah solusi
Aliran kepercayaan jelaslah bukan agama karena pada dasarnya agama yang diakui di Indonesia hanya ada lima agama dan ini sudah jelas menjadi pengaburan definisi agama yang membawa bahaya bagi kaum muslimin dan generasi Islam karena jelas ini bertentangan dengan aqidah Islam. Juga berdampak pada menyuburkan perbuatan-perbuatan musyrik bahkan atheis ini adalah bentuk legalisasi liberalisasi agama.
Dalam Islam, aliran kepercayaan sudah jelas bertentangan dengan syariat Islam dan aqidah Islam. Islam adalah agama yang jelas yang datangnya dari Sang Khalik dengan segala aturannya yang tertuang dalam Al-Quran dan As-Sunnah, dan siapa-siapa yang mengingkari aturan Al-Quran dan As-Sunnah termasuk ke dalam Kemusyrikan (yang percaya kepada selain Allah) adalah termasuk dosa besar.