Diplomasi Lunak Jalan Pembunuh Muslim Uyghur yang Sekarat



Oleh : Sri Mulyati 

Mahasiswi S1 Tarbiyah


Indonesia dan dunia sesungguhnya di kagetkan dengan isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan oleh pemerintah Cina terhadap etnis Uyghur di Xianjiang, Cina.  Kamp konsentrasi menjadi sebuah tempat yang sangat mengerikan.  Disana siapa saja orang yang berakidah Islam yang  taat kepada aturan yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta sebagai konsekuensi keimanan akan mengalami siksaan yang cukup berat. Mereka tidak dapat menjalankan apa yang mereka yakini sebagai bukti keimanan. Berbeda dengan kondisi umat Islam yang ada di Indonesia  bebas aktif melakukan kegiatan ibadah dengan rasa aman dan tenang . 

Anehnya, sikap pemerintah Indonesia yang bersikap lunak terhadap kasus tersebut. Hal ini seperti yang dilansir CNNIndonesia.com Indonesia (20/12/2019). Hasil pertemuan Menkopolhukam Mahfud MD dengan Duta Besar Cina untuk Indonesia, Xiao Qian mengenai etnis Uiyghur di Xianjiang, Cina. Mahfud MD mengatakan: ” Diplomasi kita itu diplomasi lunak aja, kita tidak ikut mencampuri, kita melihat secara objektif.” Ujar Mahfud.

Pernyataan Mahfud MD telah membuat luka kaum muslimin. Karena, pada dasarnya sikap dan pernyataan ini tidak pantas diucapkan oleh seorang pemangku kekuasaan di Indonesia. Mengingat, ia sebagai seorang muslim yang sama memiliki akidah Islam seperti halnya etnis Uiyghur disana. Dimanakah rasa peraudaraan kita? Pemerintah beralibi sudah melakukan diplomasi lunak untuk membatasi mengatasi krisis Uiyghur. Istilah diplomasi lunak dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain adalah dua racun yang mampu membunuh ukhuwah Islamiyah  seorang muslim. 

Allah Swt berfirman :

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ

“Sesungguhnya sesama muslim itu bersaudara......” (QS.Al-Hujurat [49]: 10

Dan Hadits Rasulullah Saw dalam sabdanya:

“Persaudaraan dalam Islam adalah sebagaimana layaknya satu tubuh, jika salah satu bagiannya merasakan sakit, maka seluruh tubuh akan merasakannya.” (HR.ath-Thabari). 


Perbincangan antara Dubes Cina  dan Menteri Polhukam ini, telah membunuh ukhuwah Islamiyah  yang seharusnya terjalin. Membiarkan saudara kita merasakan kedzaliman dan penyiksaan yang luar biasa. Melalui media kita mampu mengakses berita yang bertebaran mengenai kondisi muslim Uiyghur. Tidak sedikit jurnalis dunia pun ikut melakukan penelitian dan observasi dan menggambarkan kondisi mereka. Bahkan, 22 negara mengecam hal ini, termasuk Amerika Serikat yang memberikan kecaman terhadap Isu ini walaupun bukan termasuk negeri muslim. Ataupun fakta-fakta hasil wawancara saksi hidup asli orang Uiyghur yang berhasil kabur. Kemudian, mereka membeberkan penyiksaan, diskriminasi, doktrin-doktrin sesat, pelanggaran HAM yang menimpa mereka.


 Diplomasi lunak tidak akan pernah menyelesaikan persoalan uiyghur . Pernyataan diplomasi lunak dan menyatakan muslim Uiyghur disana baik-baik saja merupakan sikap yang menggambarkan ketidak pedulian dan hilangnya rasa empati kepada mereka. Hal ini bukan cerminan seorang muslim yang baik, dan bertolak belakang dengan ayat Al-Qur’an dan Hadis yang telah penulis sebutkan. Ikut mencampuri mereka dalam hal ini karena terdorong bahwa mereka adalah saudara kita dan memiliki kedudukan yang sama baik muslim Indonesia, muslim Uiyghur dan muslim di seluruh dunia.

Untuk mengembalikan hak-hak  mereka dan menyatukan kaum muslimin di seluruh dunia adalah dengan penerapan syariah secara kaffah. Penerapan secara sempurna yang dapat mendorong individu, masyarakat, dan negara untuk mengirimkan sumbangan moril, materil bahkan pasukan militer  terbaik untuk menolong dan membersihkan persoalan hingga ke akar-akarnya. 

Sikap seorang muslim yang menyadari bahwa  muslim uiyghur sebagai saudara seiman dan seakidah tentu tidak membiarkan dan bersikap acuh tak acuh, ketika mereka menjerit dan sekarat atas perlakuan pemerintah Cina kafir yang merenggut hak-hak mereka. Untuk melepaskan penderitaan mereka hanya satu yaitu dengan penerapan Islam secara kaffah. 

Dapat kita buktikan dalam sejarah bagaimana seorang Khalifah pada masa itu yang bernama Al-Mu´tashim Billah yang sukses menaklukan kota Amuriah,kota terpenting Imperium Romawi.

Penaklukan ini terjadi disebabkan karena telah sampai berita tentang seorang wanita keturunan Fathimah r.a di tawan oleh penguasa Amuriyah,salah seorang raja Romawi yang menyiksa dan menistakan wanita ini hingga menjerit dan meminta pertolongan.

Tidak lama kemudian,berita ini sampai kepada khalifah ketika itu khalifah sedang berada di atas tempat tidurnya.

Ia segera bangkit dari tempat tidurnya dan memenuhi panggilan wanita tersebut.

Setelah itu, Khalifah segera mengerahkan pasukan puluhan ribu pasukan kaum muslimin menuju kota Amuriah.

Maka,terjadilah peperangan sengit. Dan kota Amuriahpun berhasil di taklukan.

Sekitar 30 ribu tentaranya terbunuh dan sebagiannya di tawan.

Imperium Romawi pun dapat di runtuhkan.


Begitu sikap Khalifah yang tak berpikir panjang langsung bergegegas menolong wanita tersebut demi kehormatan dan kemuliaan wanita ini secara khusus dan kemuliaan umat Islam secara umum.


Gambaran seperti Khalifah Al-Mu´tashim Billah ini lah yang mampu menyelamatkan saudara kita di Uiyghur.

Namun sayang sikap pemimpin yang seperti ini hanya berada di sistem yang menerapkan seluruh aturan Islam secara Kaffah  bukan sistem yang mererapkan sesuai dengan kepentingan dan hawa nafsu belaka.


 Wallahu a'lam bishshawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak