Oleh Aning (Ibu Rumah Tangga)
Bencana kembali melanda. Musibah kembali menyapa. Kali ini dalam wujud banjir yang kembali hadir. Di Jakarta, Bekasi, Tanggerang, Bogor dan beberapa daerah sekitar. Sebagian memicu tanah longsor. Seperti terjadi dibeberapa titik di Kecamatan Sukajaya Bogor. Bencana dinegri ini termasuk banjir dan longsor, tentu bukan sekali-dua kali terjadi. Bahkan sepanjang 2019 saja, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 3.768 kejadian bencana alam terjadi di Indonesia. Diantaranya berupa gempa bumi, gunung meletus, tsunami, banjir, longsor, kebakaran hutan dll. Menurut BNPB, Akibat bencana sepanjang 2019, sebanyak 478 orang meninggal dunia, 109 hilang,6,1 juta jiwa mengungsi dan 3.419 luka-luka. Bencana juga mengakibatkan 73.427 rumah rusak. Termasuk merusak 2.017 fasilitas meliputi 1.121 sekolah, 684 rumah ibadah, 212 fasilitas kesehatan, 274 kantor dan 442 jembatan.
Lalu dalam hal bencana berupa banjir dan longsor, misalnya selain curah hujan yang tinggi, juga ada faktor penyebab lain. Dalam khasus banjir bandang dan tanah longsor di Lebak, Banten, misalnya, penyebabnya antara lain perambahan hutan dan penambangan liar. Adapun banjir dan longsor di Bogor, antara lain di Kecamatan Sukajaya, menurut Mentri Mentri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), selain akibat curah hujan dalam kurun cukup lama, diatas perbukitan disepanjang jalan maupun aliran sungai didaerah tersebut yang berupa bantuan lempung dengan kemiringan 90 derajat sudah banyak dijadikan pemukiman. Sementara itu banjir yang melanda kawasan Jakarta, khususnya disebagian area Tol Jakarta-Cikampek, menurut kemenhub, adalah akibat proyek kereta cepat. Proyek tersebut telah menutupi sejumlah saluran air. Akibatnya air meluap dan menimbulkan banjir. Mengenai permasalahan banjir yang belum selesai dinegri ini, terliat pemerintah tidak memperhatikan kepentingan rakyat. Mereka malah sibuk memperkaya diri, dan menyerahkan pengolahan SDA kepada asing. Ketika pengolahan diserahkan kepada asing tentu mereka hanya mengambil keuntungannya saja. Tidak peduli lingkungan akan rusak. Sehingga rakyat akan merasakan dampaknya. Saat bencana itu terjadi, bantuan kemanusiaan sangat lambat, masih banyak masyarakat yang membutuhkan bantuan logistik, pakaian, makanan, dan tempat tinggal. Kalau ada pun bantuan, untuk mendapatkannya dipersulit. Ini bentuk abainya pemerintah terhadap rakyat.
Dalam islam terjadinya kerusakan didarat dan laut ini dijelaskan dalam surat Ar-Rum:41
"Telah tampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)". Marilah kita membuka mata, hati, dan pikiran kita bahwa islam yang merupakan rahmat untuk seluruh alam mempunyai solusi yang bisa mengatasi banjir dan genangan. Islam dalam naungan negara yaitu khilafah tentu memiliki kebijakan efektif dan efesien. Solusi khilafah dalam upaya mengatasi banjir adalah membangun
bendungan-bendungan untuk menampung surahan air hujan, curahan air sungai dan dll. Memetakan daerah rawan banjir dan melarang penduduk membangun pemukiman didekat daerah tersebut. Pembangunan sungai buatan, kanal, saluran drainase dsb yaitu untuk mengurangi penumpukan volume air dan mengalirkan aliran air membangun sumur-sumur serapan didaerah tertentu. Sosialisasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan kewajiban memelihara lingkungan, kebijakan persyaratan tentang izin membangun pembangunan. Pembangunan yang menyangkut tentang pembukaan pemukiman baru. Penyediaan daerah serapan air, penggunaan tanah dsb itulah sebagai solosi dari masalah banjir yang sering dihadapi masyarakat. Selain beberapa point-point diatas rupanya khilafah juga menyertakan solusi penanganan korban banjir seperti menyediakan tenda, makanan, pengobatan, dan pakaian serta keterlibatan warga sekitar yang berada dikawasan yang terkena bencana banjir. Begitulah solusi islam atasi banjir dan kebijakan khilafah islamiyah ini tidak hanya didasarkan pada kepentingan rasional tetapi juga nash-nash syara.
Tags
Opini