Oleh: Enok Badriyah*
(Aktivis Muslimah Karawang)
Baru saja kemarin kita dihebohkan dengan penemuan Ular Cobra yang beranak pinak di pemukiman warga karena terjadinya faktor lingkungan yang tidak seimbang, penggundulan hutan di mana-mana dijadikannya sawah-sawah menjadi sebuah pemukinan warga atau perumahan-peremuhan yang dibangun sampai menghabiskan sawah berhektar-hektar serta pembangunan infrastruktur yang menjulang tinggi.
Sekarang lagi-lagi datang bencana yang tidak asing lagi terdengar di telinga kita, curah hujan yang tak kunjung reda mengakibatkan banjir semakin meluap deras kepemukinan warga, bencana ini sudah tidak mengejutkan warga lagi, khususnya warga Ibu kota Jakarta yang sering terkena dampak banjir.
Bukan hanya kota-kota langganan saja yang terkena banjir seperti Ibu kota Jakarta melainkan banjir yang terjadi sekarang berdampak ke kota-kota yang lainnya seperti Bekasi, Karawang dan kota yang lainnya karena faktor curah hujan yang sangat ekstrim terjadi di tahun sekarang.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyatakan, berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) hujan yang turun di momen pergantian tahun ini adalah yang paling ekstrim selama kurun waktu 24 tahun terakhir.
"Tapi kita bersyukur dalam waktu satu hari ini semua sudah berangsur lebih baik,” ujar Anies saat ditemui sesuai mengunjungi korban banjir di Kampung Pulo, Jakarta Timur, Kamis (2/1). (RMOL.ID, 02/01/2020)
Setelah bencana banjir ini sering terjadi, siapa yang akan patut disalahkan? Manusia, lingkungan atau curah hujan? mari kita lihat ke belakang sebab terjadinya banjir yang terus menerus selalu hadir di sepanjang tahun yang amat meresahkan warga yang tertimpa bencana banjir!.
Banjir yang terjadi di Ibu kota Jakarta dan Kota-kota lainnya disebabkan jelas bukan hanya karena faktor alam atau problem teknis (resapan air, kurang kanal dsb) melainkan karena diakibatkan oleh kecerobohan manusia itu sendiri seperti membangun tata kota dan pembangunan infrastruktur yang tidak melihat dan memperhatikan lingkungan di sekitar.
Pembangunan infrastruktur yang terjadi sekarang tidaklah sulit karena sejatinya kaum kapitalis ingin berorientasi atau menentukan arah untuk memenangkan bisnis, keuntungan yang dicarinya tidak dapat memperhatikan lingkungan yang akan berdampak ke depannya. Masyarakat sekitar yang akan merasakan dampaknya.
Banjir tidak mungkin lepas dari kejahatan perilaku manusia, pembuangan sampah yang sembarangan yang sering terjadi adalah pembuangan sampai pada sungai yang menghambatnya air untuk mengalir dan menyebabkan pencemaran pada lingkungan.
Allah SWT berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(TQS. Ar-Rum 30: Ayat 41)
Komentar yang diberikan masyarakat ke pemerintah adalah sebagai protes yang tak kunjung selesai adanya permasalahan yang terjadi dari tahun ke tahun ini padahal jika sudah terjadi seperti ini jalan satu-satunya adalah kembali kejalan Allah tanpa mereka mengetahui bahwa Alquran sudah lebih dulu tahu tentang kejadian ini.
Di dalam Alquran Allah sudah menjelaskan bahwa terjadinya kerusakan di atas bumi ini yang menyebabkan terjadinya bencana alam seperti banjir tak luput dari kejahilan dan kerakusan yang diperbuat manusia dan Allah membenci orang-orang yang membuat kerusakan di bumi setelah diciptakannya dengan baik.
Allah SWT berfirman:
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًا ۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan."
(TQS. Al-A'raf 7: Ayat 56)
Cara terampuh untuk mengatasi bencana banjir yang satu ini adalah selalu berpegang teguh pada Alquran jadikan Alquran pedoman hidup disetiap kehidupan, belajar dan memahami apa yang Allah perintahkah yang tertera pada Alquran karena sejatinya semua berada dalam kuasa Allah.
Dengan menyadari dengan sistem yang terjadi sekarang yaitu kapitalistik mufsiduna fil ardh (merusak bumi) Islam mempunyai Sistem untuk mewujudkan Khilafah fil ardh (mengelola bumi) menjadikan lingkungan terjaga dengan mengelola dan memperbaiki bumi
Bencana banjir adalah bentuk protes Allah kepada hamba-Nya yang merusak sedemikian banyak yang Allah ciptakan untuknya, banyak manusia sering menyalahkan faktor alam seperti hujan padahal hal yang menyebabkan banjir bukanlah karena faktor alam melainkan karena Allah murka dengan apa yang kita perbuat selama di dunia dengan merusak fasilitas yang Allah berikan untuk hambanya.
Momentum banjir harus dijadikan pembelajaran agar tidak ada lagi kerusakan-kerusakan yang manusia perbuat dijadikannya pengingat agar dilakukan taubat nasional, mengubah pola hidup dan membuang pandangan hidup kapitalisme yang hanya akan merusak alam dan membuat kerusakan di dunia.
Ubah pandangan kapitalisme menjadi pandangan Islam serta mengadopsi Islam agar peraturan hidup lebih baik serta bisa mengelola bumi menjadi baik. Berdoa dan memohon ampunan kepada Allah meminta perlindungan dan keselamatan Allah SWT.
Semoga Allah senantiasa memudahkan jalan kita agar bisa merubah dunia dan selalu memberikan perlindungan kepada setiap hambanya yang sedang terkena bencana disebabkan oleh sistem yang tidak menjaga lingkungannya.
Aamiin allahuma aamiin. Wallahua'lam
*(Aktivis Muslimah Karawang)
Ilustrasi: Graphicriver.net
Tags
Opini