Banjir, Musibah dan Muhasabah



Oleh : Verawati S.Pd
(Praktisi Pendidikan dan Pengarus Opini Islam)

Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun. Turut bela sungkawa yang mendalam bagi korban bencana banjir yang melanda beberapa wilayah di tanah air khususnya wilayah Jabodetabek. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jumat malam, 3 Januari 2020 mengumumkan bahwa sebanyak 46 orang. BNPB juga mencatat satu orang hilang di Kabupaten Lebak. Data yang terkumpul hingga Jumat, pukul 23.00 WIB tersebut juga mencatat jumlah pengungsi 173.064 orang yang merupakan bagian dari 39.627  keluarga. Semoga para korban meninggal diterima amal ibadahnya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran. Serta bagi korban yang kebanjiran rumahnya semoga diberikan kesabaran dan kemudahan.

Hujan yang turun tanggal 1 januari 2020 memang tergolong cukup tinggi dan terjadi merata di seluruh wilayah Jabodetabek. Beberapa wilayah yang biasanya tidak mengalami banjir, pada tahun ini menjadi banjir. Seperti beberapa wilayang Tangerang Selatan. Hal ini terjadi lantaran ada salah satu danau yang mengalami jebol. Begitupula di wilayah Beksi dan kota-kota lainnya. Banjir datang begitu cepat dan mendadak. 

Dilansir oleh media metro.tempo.co 4 januari 2020. Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi mengatakan banjir kali ini terparah sepanjang sejarah. "Dalam sejarahnya Bekasi belum pernah seperti ini, banjir merata," kata Rahmat Effendi. Ada dua penyebab banjir di Bekasi. Pertama karena curah hujan yang tinggi. Dampaknya banjir di permukiman warga di luar bantaran Kali Bekasi. Kondisinya merata, hampir tersebar di seluruh kecamatan. Sedangkan, banjir kedua disebabkan meluapnya Kali Bekasi karena kiriman air dari Bogor melalui Kali Cikeas dan Cileungsi.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan beberapa wilayah di Indonesia sudah memasuki kondisi jenuh. Oleh sebab itu, masyarakat diminta untuk mewaspadai potensi banjir yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi. Khususnya cuaca dalam dua pekan ke depan yaitu 5-10 Januari 2020 patut diwaspadai.

Hujan adalah  sunatullah, alam dan manusia dan makluk hidup lainnya sangat membutuhkanya. Maka datangnya hujan merupakan suatu anugerah dan berkah dari Allah SWT. Ditambah Indonesia termasuk negara tropis. Maka hujan lebat adalah sesuatu yang biasa. Puluhan tahun lalu hujan lebat sering terjadi namun tidak menimbulkan banjir. Namun saat ini, Sehari hujan, banjir dimana-mana. Lantas  apa sebab terjadinya bencana banjir ini? Barangkali banjir ini menjadi petunjuk untuk kita supaya melakukan muhasbah ( menghisab atau menghitung) keadaan kita saat ini.

Banjir  terjadi bisa disebabkan beberapa hal. Pertama, rusaknya lingkungan alam. Banyaknya hutan yang sudah rusak bahkang hilang akibat penebangan liar dan alih fungsi hutan. Di kota-kota Kawasan yang menjadi penyerapan air sudah dijadikan perumahan dan mol-mol besar. Banyak sekali bangunan-bangunan atau proyek-proyek yang tidak memikirkan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).  Hal ini terjadi  akibat tangan-tangan rakus manusia. Mereka adalah para kapitalis ( pemilik modal ). Dengan slogan “dengan modal sekecil-kecilnya menghasilkan sebesar-besarnya keuntungan”. Mereka mengabaikan kelestarian alam dan lingkungan.

Sistem kapitalisme pula yang membuat para penguasa menyerahkan pengaturan tata ruang kita kepada pihak pasar (swasta). Ini bisa kita lihat bagaimana para depeloper hunian membangun perumahan. Mereka begitu mudah mendapatkan lahan-lahan strategis. Padahal lahan tersebut adalah daerah serapan air atau kawasan lindung. Pantai Indah Kapuk misalnya dan masih banyak lainnya. 

Kedua, banjir itu datang bisa jadi peringatan untuk kita. Bahwa kerusakan yang terjadi atas kesalahan manusia. Maka sudah selayaknya untuk kembali kepada -Nya. Bertaubat dan menjalankan seluruh syariah-Nya dalam seluruh aspek kehidupan.

Semoga taubat kita diterima oleh Allah Swt.

Wallahualam bi shoab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak