Oleh: Ummu Dinar
Kota Metropolitan kembali dilanda banjir. Hujan yang turun sejak akhir Desember itu telah menggenangi Ibukota. Telah banyak kerusakan yang terjadi dimana-mana Mulai dari rumah, jalan, pusat perbelanjaan dan beberapa fasilitas umum. Bahkan beberapa mobil mewah pun ikut terseret sejauh 5-6 kilometer.
"Jumlah korban jiwa akibat banjir dan longsor yang melanda Jakarta, Banten dan Jawa Barat bertambah menjadi 60 orang dua orang masih dinyatakan hilang" kata Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Pada Minggu (05/01), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini, yang ditinjak lanjuti oleh BNPB dengan mengeluarkan imbauan khususnya bagi warga di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan sekitarnya. Bahwa kedepan masih ada potensi hujan ekstrim. Bagi warga yang terkena banjir untuk tetap berada di pengungsian.
Memang bukan hal yang baru banjir melanda Ibukota, karena bencana ini hampir terjadi setiap tahun. Ahli tata kota, Waluyo Sakarsono menjelaskan, sudah ada rencana tata air Jakarta sejak zaman Belanda. Tahun 1923, rencana itu disusun oleh Prof W.J Blommestein1949, Lembaga komando proyek banjir tahun 1960, Master plan pengendalian banjir tahun 1973, Proyek pantura tahun 1995, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2005, Rencana Tata Ruang Provinsi DKI tahun 2030.
Berdasarkan analisis terhadap rencana-rencana tata air tersebut, permasalah banjir Jakarta itu disebabkan oleh besarnya curah hujan di wilayah tersebut, topografi dan wujud wilayah yang dilalui banjir kiriman sebelum air sampai dan melanda Jakarta serta kesiapan sarana dan prasarana pengendali air di Jakarta. Ketiga hal ini akan semakin parah apabila ditambah dengan kondisi air pasang naik di pantai utara Jakarta.
Anehnya, persoalan itu tak bisa diselesaikan dan terus menerus berulang. Ganti gubernur berkali-kali Jakarta tetap tak berubah. Apabila banjir yang melanda adalah masalah teknis, seharusnya masalah ini bisa diselesaikan. Misalnya dengan membangun bendungan baru, pompa baru, kanal baru dll.
Namun banjir terus terjadi berulang dan semakin parah. Berarti harus ada hal mendasar yang harus dibenahi, yaitu menyangkut ideologi. Mengapa sampai sejauh ini? Karena ideologi Kapitalisme yang diterapkan hampir diseluruh dunia nyatanya semakin berdampak buruk bagi lingkungan maupun peradaban manusia.
Sistem Kapitalisne yang diterapkan di negeri ini telah membuat sistem tata ruang yang dibuat tidak dipatuhi, kemiskinan yang membuat orang menempati sepadan sungai, keserakahan para kapital yang membuat daerah hulu di gunduli sistem anggaran yang minim sehingga tidak sesuai untuk mengatasi bencana serta pejabat yang tidak kompeten dan abai menguasai infrastruktur dan sebagainya.
Sistem non teknis yang saling terkait dan berhulu pada pemikiran mendasar bahwa semua ini agar diserahkan kepada mekanisme pasar dan proses demokratis. inilah yang disebut sebagai masalah ideologi.
Agar Musibah Menjadi Berkah
Bagi orang yang beriman musibah apapun termasuk banjir sudah ditetapkan oleh Allah Swt sebagai Qadha'. Kita wajib menerima semua ini dengan rida. Sebagai qadha' musibah itu tak terhindarkan sehingga bagaimanapum harus dihadapi dengan sabar. Dibalik musibah pasti terkandung hikmah yang luar biasa. Rasulullah Saw telah bersabda apabila musibah itu dihadapi dengan doa dan sabar niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik di dunia dan akhirat.
Bisa jadi musibah yang terjadi akibat dosa manusia. Bisa juga merupakan konsekuensi atas kemaksiatan dalam bentuk fasad atau kerusakan yang diperbuat oleh manusia di muka bumi. Di Indonesia kemaksiatan itu begitu ketara terlihat, dari yang kecil hingga besar terjadi di mana-mana mulai individu, kelompok hingga negara.
Begitu tenangnya penguasa di negeri ini melaksanakan hukum-hukum kufur disemua bidang, baik ekonomi, politik, pemerintahan, sosial budaya tanpa takut kepada Allah Swt.
Oleh karena itu kerusakan akibat kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia harus dihentikan. Jalannya dengan taubatan nasuha, yakni menyesalinya dan memohon ampun serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Lebih dari itu ikhtiar yang harus dilakukan adalah berhenti menerapkan hukum buatan manusia. Membuang dan mencampakkan ideologi Kapitalisme yang telah membawa bencana bagi negeri ini. Dan menggantinya dengan ideologi Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam. "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan".
Wallahu a'lam bishshawab