Bangga Maksiat Tapi Malu Untuk Taat



By : Messy

Bangga maksiat tapi malu untuk taat. Sejenis virus penyakit yang kini tengah mengerogoti tubuh milenial. Nampaknya kian hari, kian menjadi-jadi.

Virus penyakit ini, tak boleh dibiarkan berkembang begitu saja. Sebab, sangat berbahaya dan dikhawatirkan akan kembali menelan korban.

Anehnya, ketika virus kemaksiatan sudah menjadi tren. Seolah-olah itu dibolehkan ditengah masyarakat. Bahkan dianggap suatu prestasi yang perlu diacungi jempol.

Pacaran, umbar aurat, nonton konser, nonton drakor, aktivitas iktilat dan sebagainya mendapatkan sambutan yang positif dari kaum milenial. 

Terbukti dengan banyaknya followers yang mengikuti akun tersebut. Bahkan tak jarang aktivitas tersebut dipraktekkan langsung oleh kaum milenial.

Tanpa ada rasa malu dan gengsi sedikitpun. Bahkan semua itu dianggap sebagai suatu kebanggaan dan prestasi. Sebab, yang menjadi tren adalah kemaksiatan. Meskipun itu tren yang negatif.

Tapi, ketika yang menjadi tren adalah jilbab syar'i, ta'aruf, kajian, baca buku Islami dan sebagainya mendapatkan sambutan miring. Tak jarang diikuti dengan isu-isu negatif. Meskipun itu tren yang positif.

Terkadang kaum milenial yang sudah tersentuh dengan hijrah juga malu untuk menunjukkan  identitas keislamannya. Dengan alasan takut dibully dan dijauhi oleh teman-teman yang tak pro dengan Islam.

Tentu hal aneh, kenapa kaum milenial begitu bangga melakukan kemaksiatan tapi malu untuk taat? Lantas, ada apa dengan kaum milenial hari ini? Apa penyebab hal ini bisa terjadi?

Hal ini terjadi sebagai buah dari penerapan sistem kapitalis-demokrasi yang menuhankan asas sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Agama tidak boleh dibawa dalam kehidupan.

Sehingga manusia harus membuat aturan sendiri didalam kehidupan. Aturan yang dibuat pun jauh dari nilai-nilai agama Islam. Maka tak salah, lahirlah generasi muda yang tak paham dengan agamanya sendiri.

Beruntung jika dididik oleh lingkungan yang paham agama. Setidaknya, ada bekal yang bisa diharapkan. Itupun juga tak bisa menjamin memberikan pengaruh positif bagi kaum milineal.

Bayangkan, jika tak memiliki bekal pendidikan agama sama sekali. Apa yang akan terjadi?
Yang terjadi adalah kaum milenial yang bangga melakukan kemaksiatan dan malu melakukan ketaatan.

Padahal Allah memerintahkan kita untuk menjadi baik. Karena baik itu baik. Sekecil apapun ketaatan akan dibalas dengan pahala. Dan sekecil apapun kemaksiatan akan dibalas dengan siksa.

"Maka bagisiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan bagisiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (QS Al-Zalzalah: 7-8)

Jadi, mau milih taat atau maksiat?
Memiliki pahala atau siksa?

Tapan, 6 Januari 2020

#TaatBahagiaMaksiatSengsara
#kompaknulis
#opey2020bersamarevowriter
#revowriter
#opey2020day06

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak