Oleh : Lilik Yani
Setiap detik perjalanan hidup adalah sebuah pertandingan
Mau tidak mau, kita harus terlibat di dalamnya
Ada musuh yang terus mengintai setiap langkah
Terserah kita mau pilih menang atau kalah
********
Sahabat literasi, bagaimana kabarnya hari ini? Masihkah ada semangat untuk mengisi hari? Atau menyerah kalah lalu berhenti. Ahh, itu bukan pejuang sejati
Sahabat, mari kita nikmati detik demi detik karunia Allah yang istimewa ini. Karunia waktu adalah jatah hidup yang seharusnya kita perhatikan penuh hati-hati. Jangan suka mengabaikan nikmat luar biasa ini. Jangan membiarkan waktu berjalan tanpa ada amal sholeh yang menyertai.
Yach, waktu terus berjalan tak bisa kita kendalikan. Apakah kita manfaatkan dengan amal kebaikan atau kita biarkan berjalan tanpa ada jejak kebaikan? Waktu tak mau menunggu kita untuk istirahat minum kopi bersama teman, atau berleha-leha sebentar. Waktu akan terus berputar menunaikan amanah Sang Penguasa alam. Waktu hanya berhenti jika Rabb Sang pengendali waktu menyuruhnya berhenti.
Sahabat, dalam setiap detik milik kita, berisi pilihan-pilihan. Apakah kita akan mengerjakan perintah Allah atau mengabaikan? Apakah memilih jalan ketaatan atau terlena di jalan menggiurkan yang membawa ke arah kesesatan? Semua adalah pilihan.
"Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketaqwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu) dan sungguh rugi orang yang mengotorinya." (TQS Asy-Syams : 8-10
Sahabat, Allah tidak membiarkan hambaNya berjalan sendirian tanpa pedoman. Allah menurunkan al-Qur'an sebagai pedoman dan petunjuk bagi hambaNya dalam menapaki setiap perjalanan hidupnya. Agar hambaNya selamat dan tidak salah arah.
"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa." (TQS Al Baqarah : 2).
Selain pedoman, Allah juga sudah memberikan teladan terbaik dengan mengutus hamba terbaiknya Rasulullah Muhammad Saw sebagai uswatun hasanah.
"Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (TQS Al Ahzab : 21)
Sahabat, ada banyak pilihan tersaji dalam setiap detik yang kita hadapi. Apakah mau menjalankan amal-amal kebaikan, mengikuti hawa nafsu yang mengarah kesesatan, atau membiarkan waktu berjalan dalam kekosongan?
Semua sudah tahu, jika menjalankan kebaikan yang dilandasi niat (ikhlas karena Allah dan mengikuti teladan Rasulullah, maka akan berbuah pahala dan ridlo Allah. Jika mengabaikan perintah, atau melanggar perintah Allah maka akan mendapat sanksi berupa adzab Allah. Jika memilih diam, tak melakukan apa-apa, alias membiarkan waktu sia-sia, tetap akan menghadapi hisab di hadapan Allah. Diam bukan berarti aman. Karena dalam diam ada pertanggungjawaban.
Sahabat, sebagai orang beriman dan bertaqwa, sudah seharusnya hanya memilih jalan kebaikan. Tetapi ada musuh yang tak rela kita mendapat kemenangan. Maka segala daya upaya akan dikerahkan demi menghalangi kita menuju terminal kebahagiaan.
Musuh itu akan menghalangi kita dari segala arah. Musuh akan datang dari arah depan, belakang, kiri dan kanan. Luarbiasa perjuangan sang musuh yang tak tampak dalam pandangan itu untuk mencari teman, agar kita seperti mereka yang berada dalam kesesatan. Astaghfirullah.
Yach, setan tak rela kita berada dalam jalan kebenaran. Maka segala daya dikerahkan agar kita malas menjalankan kebaikan dan tersesat jalan, tidak sampai ke jalan Allah. Maka dari itu, kita perbanyak mohon perlindungan kepada Allah. Agar niat dan hati kita selalu terjaga dalam keimanan dan keselamatan.
Sahabat literasi, ada banyak agenda yang bisa kita lakukan untuk mengisi detik hidup. Diantaranya menulis untuk mengajak umat ke jalan kebenaran. Menulis untuk menjadi wasilah dakwah, selain dakwah dengan lesan. Menulis untuk menceritakan keindahan Islam agar menyebar ke seluruh alam.
Menulis bisa menjadi pilihan untuk kita agendakan mengisi detik hidup. Agar waktu tidak sia-sia dan bisa berbuah pahala jariyah, maka luruskan niat dari awal. Bahwa menulis yang kita lakukan untuk menolong agama Allah, agar syariat Islam diketahui seluruh umat, dipahami dan suatu saat umat yang akan meminta syariat Islam ditetapkan sebagai landasan hidupnya. Seluruh aktivitas hidupnya, di setiap lini kehidupan semua menggunakan standar Islam.
Sahabat, yuk terus lanjutkan perjuangan. Menulis untuk menolong agama Allah. Jaga terus niatmu, karena ada banyak musuh menyelinap. Musuh tak mau kita selamat ke jalan kebenaran. Musuh tak ingin kita menyebarkan kebaikan. Musuh akan terus menghalangi setiap langkah kita, agar kita berhenti menyampaikan keindahan Islam.
Musuh ingin kita berhenti, kawan. Musuh sangat senang jika banyak peserta tumbang. Lalu bisikan-bisikan mesra akan mengalun indah menyusuri hati kita. Menyuruh kita berhenti menyudahi pertandingan. "Berhenti saja, capek. Istirahat dulu sambil cari ide baru. Kalau sudah tumbang tak mungkin menang. Untuk apa diteruskan? Ikut episode berikutnya saja". Demikian bisikan-bisikan lawan yang melemahkan.
Sahabat, jika menulis jadi sarana dakwah. Apapun aral melintang, tetap lanjutkan perjuangan. Tumbang karena lupa memposting bukan sebuah kesalahan yang disengaja. Kehabisan ide bukan alasan untuk menyudahi pertandingan. Kepadatan agenda, kesibukan keluarga, rasa capek badan, dan semacamnya bukan alasan untuk menghentikan perjuangan.
Selagi nyawa masih menempel di badan. Senyampang masih diberi kesempatan, mari bangkit dan lanjutkan perjuangan. Kembali lakukan yang terbaik, sampaikan gagasan yang mencerahkan umat.Tak perlu sibuk dengan hitungan dan pengawasan orang. Tak usah takut penilaian manusia. Mulai saja kapanpun bisa. Ketika kesibukanmu sudah reda, ketika rasa sakit badanmu sudah pulih. Allah sangat paham kondisi kita.
Lakukan seberapa bisa, semaksimal mungkin. Karena nilai kebaikannya akan kembali kepada kita. Allah tak pernah menganiaya hambaNya. Hakekat setiap amal perbuatan, maka akan kembali pada pelakunya.
Sahabat, Allah melihat proses yang dilakukan setiap hambaNya. Tidak perlu minder melihat karya sahabat lain yang memukau dan cemerlang. Sementara karya kita masih sederhana. Tak perlulah menilai diri dengan recehan atau semacamnya. Bagaimana mungkin bisa membangkitkan umat jika menilai karya sendiri dengan recehan. Tanamkan mental bahwa "Aku adalah Sang Juara. Aku adalah Sang Pemenang."
Jika masih ada para pemula dengan karya sederhana, tetaplah percaya diri bahwa kalian berniat membagikan informasi Islam, untuk menolong agama Allah. Sambil terus upgrade diri agar bisa seperti sahabat lain yang karyanya sudah bersinar. Itulah mental Sang Juara (Pemenang).
Bagi yang pernah tumbang, atau belum melangkah sama sekali ke arena pertandingan, yuk segera bangkit untuk memulai dari awal. Tak masalah ketinggalan, asalkan terus istiqomah mengejar. Bukan berhenti menyudahi pertandingan.
Katakan bahwa aku adalah Sang Pemenang.
Tanamkan mental Sang Pemenang dalam diri. Karena sudah berhasil mengalahkan segala rintangan dan belenggu diri. Rasa minder, tidak percaya diri, kemalasan, ketakutan, kekhawatiran, dan segala rasa yang menjadi penghalang perjuangan dakwah. Katakan bahwa Aku adalah Sang Pemenang. Karena sudah berhasil menaklukkan musuh yang sangat perkasa kekuasaannya.
Sahabat para pejuang agama Allah, mari saling memotivasi sesama pejuang. Tujuan kita sama, ingin membangkitkan pemikiran umat dengan menyampaikan syariat Islam yang benar itu seperti apa? Kemudian memahamkan umat agar kembali ke jalan Allah. Menjadikan Islam sebagai pedoman atau standart hidup, di seluruh aktivitas kehidupan. Kita semua menginginkan agar Islam kembali memimpin dunia.
Jika tujuan sama, mari saling menguatkan dan mendukung sesama para pejuang. Agar terbentuk barisan dakwah yang kuat, solit, dan pantang ditembus lawan. Libatkan Allah dalam setiap perjuangan. Tanamkan mental Sang Pemenang dalam setiap hati para pejuang yang tetap konsisten melakukan perjuangan. Lalu katakan bahwa Aku adalah Sang Pemenang. Agar semangat terus bergelora dalam jiwa para pejuang.
Wallahu a'lam bisshawab