Oleh : Rengga Lutfiyanti
“Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.”
Lirik di atas merupakan sebuah penggalan lagu Kolam Susu yang di bawakan oleh grup band Koes Plus. Lagu tersebut menggambarkan tentang kekayaan alam Indonesia. Ya, Indonesia merupakan negeri yang terkenal akan kekayaan sumber daya alamnya. Sehingga tidak heran jika Indonesia menjadi pusat perhatian dunia. Bahkan, dahulu ketika Indonesia dijajah juga karena kekayaan alamnya.
Belum lama ini, masyarakat Indonesia dibuat resah dengan keberadaan kapal coast guard milik China di laut Natuna. Terlebih keluar pernyataan klaim dari China bahwa laut Natuna adalah milik China. Tentu hal tersebut membuat geram masyarakat Indonesia. Sebab sudah sangat jelas bahwa laut Natuna masih berada dalam batas wilayah laut Indonesia berdasarkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
Laut Natuna adalah perairan yang terbentang dari Kepulauan Natuna hingga Kepulauan Lingga di Provinsi Kepulauan Riau. Natuna terkenal dengan pengahasil minyak dan gas. Cadangan minyak bumi Natuna diperkirakan mencapai 1.400.386.470 barel. Sedangkan gas bumi 112.356.680.000 barel (wikipedia). Selain itu laut Natuna juga menyimpan beragam potensi hasil laut. Mulai dari cumi-cumi, lobster, kepiting, hingga rajungan.
Seperti yang diungkapkan oleh Plt. Dirjen Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan Aryo Hanggono, “ Natuna ya, di sana ada cumi-cumi, lobster, kepiting, hingga rajungan. Dan di datanya itu, potensi per tahunnya lobter ada 1.1421 ton, kepiting 2.318 ton, rajungan 9.117 ton.” (detik.com, 05/01/2020). Melihat besarnya kekayaan alam laut Natuna sehingga wajar saja banyak kapal asing yang mengintai Natuna. Termasuk salah satunya China.
Namun, sampai saat ini belum ada tindakan tegas dari pemerintah Indonesia kepada China. Pemerintah Indonesia hanya melayangkan protes terhadap masuknya kapal coast guard dan kapal-kapal nelayan China ke ZEE Indonesia di Natuna. Tetapi protes tersebut tidak ditanggapi serius oleh pemerintah China. Guru Besar hukum Intenasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana menilai hal tersebut dikarenakan China memang tidak menganggap adanya ZEE Indonesia di Natuna Utara (rmol.id, 02/01/2020).
Pemerintah terkesan lembek dan santai dalam menghadapi tindakan China. Hal ini tak lepas dari peran China yang telah memiliki banyak budi baik terhadap Indonesia. Yaitu dengan memberikan investasi yang besar terhadap indonesia. Sehingga Indonesia sangat bergantung pada China. Namun, tidak seharusnya hal ini menjadikan Pemerintah bersikap lunak terhadap China. Karena jika terus dibiarkan, bukan tidak mungkin jika China akan bertindak sewenang-wenang terhadap Indonesia.
Kurangnya penjagaan dan perhatian Pemerintah terhadap daerah perbatasan juga bisa menjadi penyebab banyaknya kapal asing yang sering masuk ke wilayah perairan Indonesia. Oleh karena itu penting sekali adanya penjagaan yang ketat di wilayah perbatasan, untuk menjaga wilayah kedaulatan Indonesia. Seperti halnya Islam yang mengajarkan untuk menjaga wilayah perbatasan. Dalam Islam menjaga perbatasan hukumnya adalah wajib. Jika kaum muslimin tidak ada satupun yang menjaga daerah perbatasan negara mereka, baik tentara atau sipil, maka seluruh kaum muslimin berdosa. Allah Swt berfirman, “ Dan persiapkanlah olehmu segala macam kekuatan apa saja yang kamu miliki dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk menggetarkan musuh-musuh Allah dan musuh-musuhmu” (QS. al-Anfal: 60).
Dan itu semua bisa terlaksanakan dengan baik jika kita menggunakan sistem pemerintahan Islam. Sebab dalam Islam sistem keamanan dan stabilitas dalam negeri memiliki peran yang sangat penting. Pada masa kejayaan Islam, Islam tidak hanya mampu menciptakan stabilitas keamanan melalui kekuatan militer hingga disegani dunia, tetapi juga mampu menguasai hampir 3/4 dunia dan memberikan keamanan. Seperti yang kita ketahui, bahwa Islam pernah menjadi sebuah peradaban yang agung di bawah naungan Khilafah.
Wallahu a’lam bishshawab.