Zaman Edan, Sing Ra Edan Ora Keduman



@ M Azzam Al Fatih

+62, negeri yang kaya raya akan sumber daya alamnya. Tanahnya yang subur cocok untuk lahan pertanian, baik yang di pegunungan maupun di daratan. Perut bumi yang kaya akan sumber minyak, emas, dan batu bara menambah kekayaan yang melimpah. Begitu juga lautan yang luas kaya akan ikan menambah kekayaan negeri ini. Itulah Indonesia, negeri yang terkenal dengan kekayaannya.   Namun, kini termasuk negeri miskin di dunia dengan menempati peringkat 10 bahkan di benua Asia saja termasuk negara miskin https://www.moneysmart.id/negara-termiskin-di-asia/, Miris sekali.

Carut marutnya ekonomi yang sedang mendera negeri ini tampaknya tidak ada ujungnya. Bertambahnya beban utang luar negri berikut bunga Riba yang mencekik leher menyebabkan nafas perekonomian semakin memburuk. Di mana beban hutang luar negeri mencapai 5.608 triliun https://amp.kompas.com/money/read/2019/10/15/124400226/utang-luar-negeri-ri-naik-88-persen-jadi-rp-5608-triliun.

Carut marut ekonomi negeri +62 juga dipertegas dengan berbagai perusahaan milik Negara yang mengalami kerugian dan menanggung hutang cukup tinggi misalnya, perusahaan penerbangan Garuda Indonesia dengan menanggung hutang 12,6 triliyun.
https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20191218105140-92-457965/garuda-indonesia-cari-duit-rp126-triliun-buat-bayar-utang. Lalu PLN yang menanggung hutang sebesar 94 triliyun.
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/ptr7mm383. Kemudian perusahaan yang baru saja kolaps, perusahaan Jiwasraya yang bergerak bidang asuransi ini diambang jatuh dengan beban hutang negara mencapai 13,7 triliyun. https://www.google.com/amp/s/bisnis.tempo.co/amp/1285259/jiwasraya-gagal-investasi-saham-negara-rugi-rp-137-triliun. Dan masih ada beberapa perusahaan milik negara yang sedang jatuh dengan beban hutang yang juga tinggi.

Kondisi ekonomi tersebut tentu akan berdampak buruk bagi rakyat, baik bidang kesehatan, kesejahteraan, pendidikan maupun bidang lainya. Maka tak heran jika angka kejahatan semakin meningkat seperti perampokan, pencurian, pembunuhan, dan sebagainya.

Perlu diketahui bahwa angka kemiskinan dan pengangguran yang tinggi akibat ekonomi yang buruk.  Dalam catatan BPS ( badan pusat statistik) angka pengangguran per Agustus 2019 naik menjadi 705 juta jiwa orang yang tidak memiliki pekerjaan alias nganggur. Angka ini naik sekitar 3,3% yang tadinya 682 juta jiwa, yang didominasi lulusan SMA dan SMK. Seperti yang diungkapkan oleh BPK soebardi, selaku kepala BPS.

Anehnya, rezim sang pemangku kewajiban atas hancurnya ekonomi berlepas tangan dari tanggung jawab dengan mengabaikan begitu saja dan lebih sibuk dalam urusan memanipulasi agama dengan terus membuat framing jahat radikal dan terorisme. Menebar fitnah terhadap para aktivis dakwah, mempersekusi para ulama dan ajaran Islam. Padahal sangat jelas permasalahan ekonomi di negeri +62 sudah mengkhawatirkan.

Di saat rakyat menjerit lantaran terjepit ekonomi. Penguasa justru tertawa gembira berbagi jabatan.
Di saat rakyat terbaring sakit lantaran kelaparan, pejabat justru pergi jalan - jalan keluar negeri. Dan di saat rakyat banting tulang mencukupi kebutuhan hidup justru mereka duduk manis bersama dengan si tuan sang pemegang nyawa para pengkhianat negeri.

Miris, miris, sangat miris sekali melihat rezim anti Islam ini terus memperagakan senjata mumpung, mumpung edan Sik ra edan ora keduman. Yang Dalam bahasa Indonesia gila, yang tidak gila tidak kebagian. Sebuah ungkapan yang sangat tepat di sematkan terhadap rezim ini. Pasalnya mereka berebut harta kekayaan negara demi kepentingan  pribadi. Tanpa memikirkan kondisi keuangan negeri yang kalang kabut. Sebagaimana kita ketahui bahwa angka korupsi di negeri ini semakin naik, dari tingkat kabupaten, gubernur, wakil rakyat, menteri hingga para hakim dan jaksa. Mereka berebut bak sekelompok kucing berebut Kepala ikan asin. Hingga mengukuhkan edannya dengan memperlemah KPK agar menggarong uang negara sebanyak - banyaknya tanpa terjerat hukum.

Edan, Sik ra edan ora keduman memang sedang terjadi di negeri antah berantah ini. Waras, tapi sebenarnya dia gila. gila - gilaan melakukan perilaku yang bukan sifat manusia, demi eksistensi menjadi penjilat dan menyenangkan para aseng, mereka melakukan segala upaya kepada siapa  yang dianggap mengganggu makar buruknya. Demi duit rela mengemis, demi fulus rela menusuk rakyat. Kita ingat bagaiman rezim melanggar hukum dengan mencabut BHP Hizbut Tahrir Indonesia tanpa alasan yang jelas. Yang sebelumnya berbagai upaya telah mereka lakukan dengan menciptakan berbagai kegaduhan agar HTI terkena delik hukum. yang semuanya nihil, karena HTI yang dakwahnya non kekerasan namun tegas terhadap kemungkaran sama sekali tidak terpancing oleh propaganda rezim. HTI dibungkam dikarenakan paling depan dalam mengoreksi penguasa dengan membongkar makar jahat Aseng dengan penjilat - penjilatnya.  Di anggap sebagai penghalang para asing dan aseng menggarong kekayaan negeri ini. Edan kan?.

Edan, Sik ra edan ora keduman. Inilah serugi - ruginya orang. Demi nafsu yang sesaat dan demi dunia yang menipu, dia rela mengorbankan kenikmatan surga yang Allah SWT janjikan. Bahkan demi nafsulah dia rela menjadi budak iblis.

Namun, ada sebagian orang yang tidak edan, meski tidak mendapatkan apa yang mereka perebutkan. Dialah orang menggunakan aqal sehatnya untuk memilih tunduk pada aturan Allah SWT di tengah - tengah keterasingan. Dia bersabar atas ujian dari perilaku rezim yang terus memperkusinya. Istiqomah ditengah - tengah masyarakat yang  memilih tunduk kepada rezim meski terpaksa. Dan dia pun tetap Istiqomah untuk memperjuangkan hukum Allah SWT agar diterapkan secara kaffah dalam bingkai kepemimpinan dalam Islam.

Akhir kata, berbahagialah bagi orang yang waras ditengah - tengah hiruk pikuknya orang edan, yang terus menggoda, menekan, dan meneror. Berbahagialah dan berbahagialah,  Karena inilah pilihan terbaik untuk menentukan hari esuk yang panjang yaitu akhirat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak