Oleh Ratna Nurmawati (Muslimah Peduli Umat)
Suku Uyghur adalah salah satu suku minoritas resmi di Republik Rakyat Tiongkok, China.
Selama lebih dari 200 tahun, Uyghur dan China terkurung dalam kekacauan politik, dimana suku Uyghur berjuang untuk mempertahankan kawasan saat kekuasaan China meluas kesebelah barat.
Rezim komunis China khawatir, kekuatan muslim Uyghur yang berkembang cepat secara ekonomi dan politik akan mengancam kekuasaan partai tunggalnya.
Selama Revolusi Kebudayaan pimpinan Mao Zedong tahun 1960-an dan 1970-an, agama dilarang dan karenanya masjid - masjid dan Alquran dihancurkan.
Tindakan keras pemerintan China terhadap etnis minoritas Muslim Uyghur telah mendapat kecaman Internasional. Namun beberapa suara yang sebenarnya signifikan, yakni dari negara - negara muslim malah nyaris tak terdengar.
Ada sejumlah kesamaan dibalik kebisuan mereka, yakni pertimbangan politik, ekonomi dan kebijakan luar negeri.
PBB memperkirakan sekitar satu juta warga dari etnis Uyghur, kazakh dan minoritas lainnya diduga telah ditahan di Xianjiang barat laut china sejak 2017.
Etnis minoritas ini telah ditahan di kamp - kamp dimana mereka mendapat "pendidikan ulang" dan menjadi sasaran indoktrinasi politik, termasuk dipaksa belajar bahasa yang berbeda dan melepaskan keyakinan mereka. Para tahanan dipaksa untuk menjahit pakaian untuk di ekspor keperusahaaan pakaian olahraga milik AS.
Indonesia punya peranan yang signifikan, karena Indonesia punya hubungan yang baik dengan China. Indonesia sebagai negara muslim terbesar didunia, anggota dewan keamanan PBB, memiliki potensi yang kuat untuk mendorong pemerintah China membuka informasi atas apa yang menimpa etnis Uyghur di provinsi Xianjiang.
Hanya saja, belum adanya sikap resmi pemerintah atas permasalahan ini dikarenakan menghindari balasan dari pemerintah China yang justru akan merugikan ekonomi Indonesia. Ini melihat besarnya investasi China yang ditanam didalam negeri.
Inilah gambaran hipokrit wajah hak asasi manusia "HAM" yang di agung - agungkan dunia. Bila itu terkait dengan dunia islam dan pembantaian kaum muslimin oleh negara - negara " teroris hakiki ", maka dunia seakan bisu termasuk media - media mainstream.
Inilah kondisi kaum muslimin ketika tidak ada kepemimpinan islam yang melindungi dan menjamin keamanan dari berbagai gangguan dan ancaman dunia luar.
Uyghur telah lama menjerit meminta tolong kepada kaum muslim, mereka ingin diselamatkan. Karena itu wajib bagi kaum muslim diseluruh dunia, termasuk pemerintah dan rakyat Indonesia melindungi mereka, memelihara keimanan dan keislaman mereka, sekaligus mencegah mereka dari kekufuran yang dipaksakan kepada mereka.
Semua penderitaan kaum muslim ini semakin meneguhkan kesimpulan tetang betapa butuhnya umat terhadap Khilafah. Sebab Khilafah adalah perisai pelindung sejati umat islam khususnya dan rakyat umumnya.
Kekuatan ini dibangun karena pondasi pribadi (Kholifah) dan negara (Khilafah) nya sama, yaitu akidah islam. Karena akidah islam inilah, kaum muslim siap menang dan mati syahid.
Semoga kali ini, semua penderitaan kaum muslim diseluruh dunia khususnya muslim Uyghur, menyadarkan kita semua bahwa Khilafah sudah saatnya hadir kembali. Saatnya Khilafah Rasyidah 'ala Minhajin Nubuwwah yang kedua ditegakkan dimuka bumi. Allahu Akbar....
Tags
Opini