Oleh : Eri
Etnis muslim di Uighur telah kehilangan suara. Jeritannya tak lagi didengar. Merana dalam penindasan dan penganiayaan yang mengakibatkan jutaan muslim menjadi korban. Derita muslim Uighur tengah memanggil dunia. Namun disayangkan, banyak negara muslim seolah-olah bisu dan mereka bungkam atas kebengisan rezim Cina.
Para pengamat mengatakan pemerintah negara-negara Muslim memang tidak dimasukkan ke dalam satu kategori, namun, ada sejumlah kesamaan utama di balik kebisuan mereka, yakni pertimbangan politik, ekonomi dan kebijakan luar negeri. Pakar kebijakan Cina Michael Clarke, dari Universitas Nasional Australia, mengatakan kepada ABC bahwa kekuatan ekonomi China dan takut mendapat balasan menjadi faktor besar dalam politik komunitas Muslim. (tempo.com 24/12/2018)
Lagi dan lagi, dunia tak bergeming dengan kondisi kaum muslim Uighur. Menelisik lebih jauh, semua terjadi karena Cina melakukan piutang dagang kepada negara-negara yang ikut serta dalam proyek BRI (Belt Road Initiative). Menyebabkan negara yang menerima hutang tak berkutik untuk menghentikan kezaliman pemerintah Cina terhadap kaum muslim Uighur, termasuk Indonesia.
Mencuatnya isu Uighur, memicu sejumlah organisasi internasional melontarkan kritikan maupun kencaman terhadap pemerintah Cina. Agar sentimen tidak semakin buruk, pemerintah Cina turut mengundang jurnalis berbagai media untuk meliput dan melihat sendiri keadaan di Uighur. Selain itu, mereka membujuk sejumlah organisasi Islam untuk meredam kritikan publik atas persekusi etnis muslim Uighur.
Beijing bahkan disebut membiayai puluhan tokoh seperti petinggi NU dan Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), akademisi, dan sejumlah wartawan Indonesia untuk berkunjung ke Xinjiang. Beijing berdalih kamp-kamp itu merupakan kamp pelatihan vokasi untuk memberdayakan dan menjauhkan etnis Uighur dari paham ekstremisme. (cnnindonesia.com 12/12/2019)
Pemerintah Cina berpendapat tujuan dari program itu adalah penanggulangan serta pemberantasan paham ekstrimisme agama maupun terorisme. Sikap pemerintah Cina tak pernah berubah sejak kasus pelanggaran HAM ini menyeruak ke permukaan, mereka menyangkal secara tegas. Tentu saja, pelanggaran HAM yang disematkan kepada Cina dapat merusak reputasinya dan mengganggu arus inventasi dalam proyek BRI.
Melihat fakta yang terjadi pada kaum muslim Uighur mulai dari penyiksaan, kelaparan dan kematian. Wajib bagi seorang muslim menolong muslim lainnya. Allah swt berfirman, "(Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan” [QS Al Anfal : 72]. Termasuk kasus kaum muslim Uighur, saatnya dunia bergerak menolong mereka. Derita muslim Uighur merupakan penderitaan muslim seluruh dunia. Tidak cukup dengan sekedar kencaman dan diplomasi.
Seharusnya kaum muslim sadar, masalah ini tidak akan selesai secara tuntas dan dapat terjadi kepada kaum muslim lainnya. Sebab tidak ada benteng yang melindungi mereka dari kezaliman kaum kuffar. Diperparah dengan terpecah belahnya persatuan umat saat ini yang melemahkan kekuatan mereka.
Terbukti buruknya sistem kapitalis-demokrasi yang menjunjung tinggi nilai HAM, ternyata tidak mampu menyelamatkan warga etnis muslim Uighur. Hanya Islam yang dapat melindungi serta membebaskan umat dari kesengsaraan, tidak hanya Uighur tetapi Rohingya, Palestina, Yaman bahkan umat Islam diseluruh dunia. Menyatukan umat dibawah satu kepemimpinan yang menerapkan syariat Islam serta mampu membebaskan umat dari kezaliman. Waallahu a'lam bis shawwab.
Tags
Opini