Uighur, Derita Negeri Muslim Tanpa Khilafah




Oleh : Afra Shafaa Graziella
Member Akademi Menulis Kreatif

Bagai anak ayam kehilangan induknya. Begitulah kondisi kaum muslim saat ini, tidak mempunyai pelindung. Meskipun jumlah mereka begitu besar, akan tetapi tidak mampu menghentikan penindasan yang menimpa saudara mereka di beberapa negeri. Berita tentang Uighur kembali mencuat di media sosial dan menjadi salah satu trending topic di Twitter. Berita Uighur menjadi pembicaraan yang berujung desakan agar pemerintah mengambil sikap tegas terhadap Cina. Persekusi, intimidasi, dan berbagai perlakuan tidak manusiawi dialami muslim Uighur yang seakan tiada berujung. 

Berkaitan dengan kekejaman komunis Cina tersebut, para penguasa muslim hanya bisa mengutuk dan mengecam. Bahkan ada yang tidak bersuara sama sekali. Dilansir oleh tempo.co (23/12/2019), tindakan keras pemerintah Cina terhadap etnis minoritas muslim Uighur telah mendapat kecaman internasional. Namun, pemerintah negara-negara yang penduduknya mayoritas muslim, termasuk Malaysia, Pakistan, Arab Saudi dan Indonesia telah menghindari mengangkat masalah ini secara terbuka. Pakistan bahkan membela Cina, dengan mengatakan media milik negara-negara barat telah menjadikan laporan-laporan soal situasi di Uighur "sensasional". 

Pemerintah Indonesia tetap diam mengenai topik ini, sampai minggu lalu ketika masalah ini diangkat di parlemen. "Tentu saja, kami menolak atau ingin mencegah pelanggaran hak asasi manusia," mantan Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla, mengatakan kepada wartawan, Senin lalu (17/12). "Namun, kami tidak ingin campur tangan urusan dalam negeri negara lain," katanya.

Investasi Cina di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara dari 2005 hingga tahun 2018 telah berjumlah AU$144,8 miliar. Sementara di Malaysia dan Indonesia, jumlahnya AU$121,6 miliar dibandingkan periode yang sama, menurut lembaga think tank American Enterprise Institute. Beijing telah banyak berinvestasi di industri minyak dan gas milik negara Arab Saudi dan Irak, serta menjanjikan investasi berkelanjutan di seluruh Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Dr Clarke, pakar kebijakan Cina Michael Clarke, dari Universitas Nasional Australia mengatakan bahwa semua itu untuk menghentikan negara-negara ini secara terbuka mengkritik Beijing.

Turki pernah menentang Cina soal Xinjiang dan tentu tidak dilupakan oleh Cina. Namun, Beijing telah memberikan tawaran untuk mendukung krisis ekonomi tahun ini di Turki, dengan syarat Turki tidak akan memberikan "komentar tidak bertanggung jawab" soal Uighur atau kebijakan etnis di Xinjiang. Sejak saat itu Turki tidak memberikan komentar sama sekali. "Sayangnya, semua itu bermuara pada perhitungan apakah bermanfaat bagi kita serta hubungan kita dengan pihak lain secara lebih luas," kata Dr Clarke.

Tidak hanya itu, sebagaimana dilansir oleh detik.com (06/07/2015), Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menyambut pemberian santunan Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia Xie Feng bagi 500 anak yatim piatu dan santri NU. Said berharap agar Umat Islam di RRT bisa menjaga kondusifitas dengan tak mengusik ranah politik pemerintahan RRT. Ini agar mereka bisa hidup dengan tetap damai.

Demikian pula seperti dikutip dari CNN Indonesia (12/12/2019), Cina disebut berupaya membujuk sejumlah organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, media Indonesia, hingga akademisi agar tak lagi mengkritik dugaan persekusi yang diterima etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang.

Laporan the Wall Street Journal (WSJ) yang ditulis Rabu (11/12), memaparkan Cina mulai menggelontorkan sejumlah bantuan dan donasi terhadap Ormas-Ormas Islam tersebut setelah isu Uighur kembali mencuat ke publik pada 2018 lalu. Saat itu, isu Uighur mencuat usai sejumlah organisasi HAM internasional merilis laporan yang menuding Cina menahan satu juta Uighur di kamp penahanan layaknya kamp konsentrasi di Xinjiang.

Beijing bahkan disebut membiayai puluhan tokoh seperti petinggi NU dan Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), akademisi, dan sejumlah wartawan Indonesia untuk berkunjung ke Xinjiang. Hal itu, papar WSJ, terlihat dari perbedaan pendapat para tokoh senior NU dan Muhammadiyah soal dugaan persekusi Uighur sebelum dan setelah kunjungan ke Xinjiang.

Seharusnya penguasa negeri-negeri muslim tersebut berani mengambil sikap tegas, terutama Indonesia. Setidaknya, sebagaimana yang dilakukan oleh Gambia, negara yang jauh di luar kawasan yakni Afrika. Gambia telah menggugat Myanmar atas genosida muslim minoritas Rohingya. Dikutip dari CNN Indonesia (13/12/2019), sidang audiensi perdana dugaan pelanggaran hak asasi manusia Myanmar terhadap etnis minoritas Rohingya digelar Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) di Belanda pada Kamis (12/12). 

Umat Islam Tidak Berdaya Akibat Nasionalisme dan Cengkeraman Neo Imperialisme

Jumlah muslim dunia tahun 2019 sekitar 1,8 miliar. Namun, jumlahnya yang banyak itu tidak menjadikannya memiliki pengaruh yang kuat dan diperhitungkan di mata dunia. Bagai buih di lautan, mereka sangat banyak tetapi tidak berdaya menghadapi intimidasi dan penindasan para penjajah. Hal itu terjadi karena tidak ada perisai yang menjaga dan melindungi kehormatan dan darah kaum muslim. Rasulullah saw. bersabda:
يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا الْوَهْنُ ؟ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Nyaris tiba saatnya banyak umat yang memperebutkan kalian, seperti orang-orang makan yang memperebutkan hidangannya.” Ada seseorang bertanya, “Apakah karena jumlah kami sedikit pada hari itu?” Beliau menjawab, “Justru jumlah kalian banyak pada hari itu, tetapi ibarat buih di atas air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut kepada kalian dari dada musuh kalian dan menimpakan kepada kalian penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad: 21891 dan Abu Daud: 4297).

Kepada siapa berharap untuk membebaskan kaum muslim yang tertindas seperti Uighur, Palestina, Suriah, Rohingya, Yaman, India, dan negeri lainnya. Apakah PBB bisa diandalkan? Tentu saja tidak. Berulangkali kaum muslim mengalami penindasan dan pembantaian, PBB tak pernah sedikitpun bisa menghentikan itu. Perundingan demi perundingan diadakan, tetapi semua itu sia-sia belaka. Negeri-negeri muslim pun bungkam dan sekedar memberi kecaman.

Andai saja umat Islam bersatu dalam satu kepemimpinan, maka mereka bisa membebaskan saudara-saudara mereka yang ditindas. Akan tetapi, kaum muslim terpecah belah menjadi lebih dari 50 negara. Mereka disekat oleh paham nasionalisme, racun yang dihembuskan oleh kafir penjajah. Dengan dalih tidak bisa mencampuri urusan dalam negeri negara lain, mereka bungkam ketika menyaksikan penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara mereka. 

Selain itu, banyak negeri muslim termasuk Indonesia memilih diam terhadap persoalan Uighur, karena adanya investasi dan bantuan ekonomi dari Cina. Inilah yang disebut sebagai penjajahan gaya baru (neo imperialisme). Indonesia sendiri merupakan negeri yang penduduknya muslim terbesar di dunia. Namun, Indonesia belum juga menyatakan sikap terkait persoalan Uighur, setidaknya memberikan kecaman terhadap kebiadaban komunis Cina. Walaupun, sekedar kecaman dan kutukan memang tiada berarti. 

Parahnya, ada beberapa Ormas di Indonesia yang membela Cina. Dengan mengatakan bahwa kehidupan muslim di Cina berlangsung cukup damai. Ada juga yang mengatakan bahwa muslim Uighurlah yang memberontak pada pemerintah Cina. Wajar saja mereka bersikap seperti itu, karena mereka telah menerima sejumlah bantuan dan donasi dari Cina. Sungguh memalukan, mereka menggadaikan idealisme dan harga diri mereka dengan sangat murah. Demi kesenangan pribadi, mereka tega menikmati dana yang berlumuran darah saudara mereka sendiri.

Khilafah: Perisai Kaum Muslim yang Dirindukan

Islam merupakan ajaran yang diturunkan oleh Allah Swt. untuk menyelesaikan seluruh persoalan manusia tidak terkecuali dalam masalah politik dan pemerintahan. Islam memiliki sistem pemerintahan yang unik dan tak tertandingi sepanjang sejarah peradaban manusia. Sistem ini mampu memberikan perlindungan dan kesejahteraan selama berabad-abad. Sistem yang diwariskan oleh Rasulullah saw. dan dilanjutkan oleh para sahabat dan generasi setelahnya yaitu khilafah. 

Khilafah memberikan perlindungan kepada warga negaranya tanpa membedakan agama, warna kulit, bangsa dan ras. Khilafah akan menyatukan seluruh negeri-negeri Islam di bawah satu kepemimpinan. Pada saat itu juga, khilafah menghapus sekat-sekat nasionalisme yang memecah belah kaum muslim. Negara khilafah juga akan mencabut hegemoni para penjajah di negeri-negeri kaum muslim, sehingga tidak ada lagi intervensi dari manapun. 

Sepanjang penerapannya, khilafah senantiasa menjaga dan melindungi harta, kehormatan, dan darah kaum muslim. Suatu waktu, dimasa kepemimpinan Rasulullah saw., seorang muslimah hendak dilecehkan oleh seorang Yahudi. Tanpa sadar, ujung jilbabnya diikat dan ketika ia bangkit, auratnya pun tersingkap. Muslimah ini spontan berteriak dan seorang laki-laki muslim yang berada di dekatnya membunuh laki-laki Yahudi itu. Orang-orang Yahudi kemudian membalas dengan mengikat laki-laki muslim tersebut lalu membunuhnya.

Kejadian ini membuat Rasulullah saw marah. Rasulullah saw. bersama pasukan kaum muslim berangkat menuju tempat Bani Qainuqa dan mengepung mereka dengan ketat. Yahudi bani Qainuqa ini akhirnya bertekuk lutut dan menyerah setelah dikepung selama 15 hari. Rasulullah saw. memberikan pelajaran bagi Yahudi dengan mengusir sejauh-jauhnya mereka dan tidak boleh tinggal di Madinah.

Hal serupa juga dilakukan oleh Khalifah al-Mu’tashim Billah. Demi menyelamatkan kehormatan seorang muslimah yang dilecehkan oleh Romawi di Amuriah, Mu’tashim memimpin pasukannya yang berbaris dari ibukota hingga Amuriah atau sama dengan jarak Bandung ke Surabaya dengan gagah berani.  Kota Amuriah yang dikuasai oleh imperium Romawi pada saat itu berhasil ditaklukkannya.

Demikianlah pemimpin yang lahir dari sistem kepemimpinan Islam. Tentu saja seluruh kaum muslim saat ini merindukan sosok pemimpin yang memberikan perlindungan di bawah kepemimpinannya. Oleh karena itu, khilafah bukan hanya kewajiban tetapi juga kebutuhan yang harus diperjuangkan oleh seluruh kaum muslim.

Wallahu a’lam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak