Oleh : Puput Weni
(Aktivis Muslimah Milineal)
Muslim itu ibarat satu tubuh, saat tubuh yang lain sakit maka tubuh yang lain tentu akan merasakan sakit. Ya, kata itu sering terlontar di hadapan kita. Tapi sayang seribu sayang kata-kata yang dalam makna ini seakan hanya kata manis tapi telah basi. Bagaimana tidak saat ini banyak saudara kita dibelahan bumi lainnya sedang di bantai, disakiti dan di usir dari tanah kelahirannya tapi kita hanya diam dan menonton saja. Tak lebih hanya seerti melihat episode demi episode dan anehnya malah bersyukur karena tidk terjadi di kita.
Miris sekali bukan? Seharusnya sebagai makhluk manusia serta melihat dari banyak syiroh yang ada ketika saudara sesma muslim di bantai kita membantu tidak hanya do’perlBerusahaa tapi juga aksi mengusir mereka yang menganggu saudara kita. Mungkin bisa dilakukan dengan menegur si pelaku, menghentikan tindakan si pelaku dan memberikan perlindungan untuk saudara kita. Begitu pula saat saudara muslim dibelahan negara lain yang saat ini Viral seperti di Uyghur, Palestina dan Rohingya. Saat ini meraka mendapatkan persekusi dan tindak kekerasan yang cenderung brutal, pembantaian dari pemerintah setempat. Namun miris, pemerintah di negara-negara mayoritas muslim seakan tak berkutik mengatasi masalah tersebut, ya diam dan diam.
Seperti halnya tindakan persekusi pemerintah china terhadap etnis minoritas muslim Uyghur. PBB yang dirilis Agustus lalu menyebutkan China menahan hampir 1 juta anggota etnis Uyghur di “kamp-kapm pengasingan,” dimana mereka didoktrin “pendidikan politik” oleh pemerintah. Selain itu Pemerintah China telah puluhan tahun diduga mengotrol ruang gerak etnis Uyghur hingga membatasi hak mereka melakukan aktivitas keagamaan (cnnindonesia.com, 19/11/2019).
Tindakan keras pemerintah China terhadap etnis minoritas muslim Uyghur telah mendapat kecaman internasional. Namun beberapa suara yang sebelumnya signifikan, yakni dari negara-negara muslim malah nyaris tak terdengar (tempo.co, 24/12/2018). Di Indonesia banyak anggota dalam pemerintahan yang beragama islam dan banyak ormas islam namum masih diam dan tidak menjamin keberpihakan yang tegas dalam kasus ini. Jakarta, CNN Indonesia-Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj, menjamin tidak ada diskriminasi apalagi kekerasan terhadap etnis Uighur dan minoritas Muslim lainnya di Xinjiang, China.
Berbeda halnya dengan negara kecil di Afrika Barat (Gambia) yang mengambil tindakan tegas dengan menggugat Kekejaman Myanmar terhadap Rohingya ke Mahkamah Internasional. Gambia secara resmi menjadi negara pertama di dunia melaporkan Myanmar yang telah gagal dalam kewajibannya untuk melindungi hak-hak minoritas Muslim Rohingya di bawah konvensi Genosida PBB.
Identitas Islam yang sejarahnya penuh keadilan mengugah semangat untuk membela dan melindungi Rohingya sehingga masyarakat Gambia berani membuat tim legal yang akan terus menyuarakan hak-hak kemanusiaan Rohingya di panggung Internasional. Sebaiknya pemerintah dinegara-negara mayoritas muslim seperti Indonesia, Pakistan, Arab saudi bisa bercermen kepada negara kecil Gambia.
Saat kembali di masa keemasan Islam, ada seorang teladan abadi sepanjang masa. Dia adalah khalifah al-Mu’tasim, Kisah heroik Al-Mu’tashim dicatat dengan tinta emas sejarah Islam dalam kitab al-Kamil fi al-Tarikh karya Ibn Al-Athir. Dimana seorang budak muslimah yang konon berasal dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar. Yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya. Kemudian sang khalifah mengirimkan puluhan ribu pasukan untuk melindungi wanita tersebut.
Peran pemerintah pada dasarnya sebagai pengurus rakyat dan salah satunya adalah menjamin keamanan seluruh umat. Muslim Uyghur, palestina, Rohingya butuh perisai yang dapat menghentikan penindasan yang meraka alami. Ya perisai itu saat ini memang belum ada, maka dari itu ini merupakan tugas kita semua untuk bersama-sama mendirikan perisai itu. Dan sebagaimana kita tau bahwa Rasulullah SAW telah mengatakan dalam bisyarohnya bahwa perisai itu pasti akan datang. Jadi tunggu apa lagi, mari satukan badan, fikiran dan misi perjuangan untuk menyambut bisyaroh itu.