The Glory of Islamic Education



Oleh: Putri Nurul Hapsari
( pelajar SMP negeri 56 Bandung)

     Asyik !!! Ujian udah usaiii!!! Sebentar lagi liburan akan tiba, Horee !Gimana nih guys ujiannya ? bisakah ? semoga nilai ujian kita pada memuaskan, Aamiin   . 
Kalian pernah gak sih ngerasain  bosen buat belajar dan sekolah . Setiap hari kita harus bangun pagi, di sekolah ngerjain tugas, terus pulang sore di rumah kita harus ngerjain PR . Dan tanpa sadar kita melakukan itu berulang-ulang . 

    Di sistem pendidikan sekuler saat ini kita di sekolah dituntut belajar sekitar 6-7 jam dengan berbagai mata pelajaran, belum lagi ada kegiatan sekolah seperti ekstrakulikuler, ditambah tugas PR yang begitu numpuk . Sistem pendidikan seperti ini membuat para siswa kelelahan dan tidak produktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar . Kurang lebih ada 12 mata pelajaran yang wajib dikuasai para siswa, padahal fasilitas para siswa untuk belajar belum memadai dan belum terpenuhi oleh negara .  pendidikan yang begitu mahal, membuat rakyat tercekik dan menderita . Pendidikan saat ini sangat berbeda jauh dengan pendidikan pada masa kejayaan Islam .

     Pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid dan putranya Al Ma'mun, dinasti Abbasiyah ini mendirikan perpustakaan dunia yang luasnya sekitar 10 ha. Dan diberi nama perpustakaan Baitul Hikmah. Pada masa itu sistem pendidikan sangat maju. Karena para pemuda sangat bersemangat dalam menuntut ilmu. Pada pendidikan dasar ada yang namanya kuthab yang disana diajarkan modal awal pendidikan yakni membaca dan menulis. Kemudian ditingkat selanjutnya ada yang namanya halaqoh yakni murid duduk mengelilingi gurunya dan berdiskusi untuk mengkaji berbagai ilmu pengetahuan. Mereka sangat takut jika tertinggal dari yang lain dalam belajar, para mahasiswa belajar siang dan malam, sehingga walaupun malam hari kota itu sangat ramai, ramai karena dipenuhi pelajar yang haus akan ilmu pengetahuan. Dan karena inilah Baghdad kemudian dijuluki negeri 1001 malam. Membayangkan nya saja terasa amat menyenangkan. Semua orang yang haus akan ilmu pengetahuan, terobati dahaganya dengan banyaknya ilmuan yang mengajarkan keahliannya

     Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah Al-Quran, pokok-pokok agama Islam, membaca, menulis, kissah (riwayat), berhitung dan pokok-pokok nahwu dan sharaf. Dalam kasus-kasus lain dikhususkan untuk membaca Al-Quran dan mengajarkan sebagian pokok-pokok agama. Sedangkan untuk anak-anak penguasa dan amir-amir, kurikulum tingkat rendah sedikit berbeda, di istana-istana biasanya ditegaskan pengajaran Khitabah, sejarah, cara-cara bergaul, disamping ilmu-ilmu pokok seperti Al-Quran.

     Setelah usai menempuh tingkat dasar (rendah), siswa bebas memilih bidang studi yang ingin didalami ditingkat menengah (lanjutan). Umumnya rencana pengajaran pada tingkat ini adalah Al-Quran, bahasa Arab,dan kesusasteraan, fiqhi, tafsir, hadis, nahwu, sharaf, ilmu alam, dan kedokteran dan lain-lain .  

     Ciri utama murid tingkat dasar adalah mereka diharuskan belajar membaca dan menulis. Bahan pengajaran biasanya syair-syair, bukan Al-Quran karena kalau memakai Al-Quran dikhawatirkan mereka membuat kesalahan yang akan menodai kemuliaan Al-Quran. Pada pendidikan tingkat dasar, siswa yang telah mengenal tulis baca, selanjutnya diperkenankan belajar Al-Quran dan menghafalnya dengan baik.

     Belajar ditingkat dasar tidak ditentukan lamanya, melainkan tergantung kepada kemampuan anak-anak. Mereka yang cerdas akan cepat selesai, sedangkan mereka yang kurang cerdas dan malas tentu terlambat belajarnya. Sebagai peserta didik, mereka mempunyai tujuan utama untuk belajar dan mereka menghabiskan sebahagian hidup mereka untuk belajar, dan mereka mempunyai hubungan erat dengan guru mereka. Guru mengetahui pribadi tiap-tiap pelajar yang berguru kepadanya. Di samping guru memperhatikan tingkah laku anak didiknya, dia juga memperhatikan kemampuan si murid dalam belajar. Serta guru sering memberi petunjuk kepada anak didiknya tentang pelajaran apa yang cocok baginya.
Begitu mengesankan hubungan guru dengan murid pada masa kejayaan Islam.    
     Hubungan guru dan murid tidak hanya sebatas yang berkaitan dengan transmisi keilmuan dan pembentukan perilaku si peserta didik, tetapi juga guru memberikan dukungan moral moril kepada peserta didik. Kebanyakan pelajar-pelajar tidak puas dengan pengetahuan yang ia peroleh dari guru-gurunya, dan ia akan belajar lagi kepada guru lainnya, bahkan bila dikota tempat si murid tinggal tidak ada guru yang ia kehendaki, ia akan ke kota lain belajar kepada guru-guru yang ia inginkan sampai merasa cukup.
     Keren banget pastinya pendidikan pada masa kejayaan Islam. Jadi mana yang kita pilih guys?  memilih pendidikan sistem Sekuler saat ini yang begitu menekan siswa ? atau pendidikan Sistem yang begitu gemilang ? Yuk berjuang menentukan pilihan kita.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak