Oleh : Ummu Qutuz
(Umahat & member AMK)
Sungguh ironi keadaan perilaku penguasa negeri ini. Di satu sisi, pemerintah melalui Kementrian Agama berencana menghapus materi Jihad dan Khilafah dari kurikulum madrasah, karena dianggap sebagai biang radikalisme yang mengancam keutuhan bangsa dan negara. Di sisi lain, melalui Kementrian Agama pula, Sekretaris Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam (Sesdirjen Bimas Islam) Tarmizi Tohar akan menggenjot pengumpulan zakat yang menjadi tugas Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Tarmizi mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi zakat sebesar RP.217 Triliun. Namun dari tahun ke tahun pengumpulan zakat Baznas tak pernah bisa mencapai atau mendekati angka tersebut, "Saya mengulas sedikit, 2017 itu potensi zakat RP.217 Triliun. Sekarang (2019) baru terkumpul RP.9 Triliun, sekitar 3% baru terkumpul. Jadi pengurus ke depannya harus bekerja keras untuk meraih ini", kata Tarmizi saat ditemui di kantor Kemenag, Jakarta (CNN INDINESIA 3/12/2019).
Sikap mendua(ambiguy) pemerintah ini adalah suatu hal yang wajar, karena negeri ini menganut faham Sekulerisme, Kapitalisme, Liberalisme yang menghasilkan sikap pragmatis dalam kehidupan. Ketika sesuatu itu menguntungkan dan mendatangkan mafaat berupa materi maka hal itu akan diambilnya. Itulah watak asli sistem kapitalis.
Begitu pula dengan ajaran Islam, ajaran Khilafah dan Jihad akan dicampakan bahkan dikriminalisasi ketika ajaran tersebut dianggap intoleransi merusak kebinekaan mengancam NKRI. Tapi jika itu berhubungan dengan dana mereka keruk sebesar-besarnya seperti dana haji dan zakat.
Mereka (para penguasa) berupaya untuk menutup-nutupi kebenaran dengan menghilangkan materi Jihad dan Khilafah dari kurikulum madrasah. Hal ini merupakan bentuk kemungkaran yang sangat nyata. Allah telah mengharamkan tindakan tersebut, seperti Firman-Nya yang berbunyi,
"Sungguh orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk yang tidak kami turunkan, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-kitab, mereka itu dilaknati oleh Allah dan dilaknati pula oleh semua makhluk yang dapat melaknat" (TQS. al- Baqarah (2) : 159)
Mereka tidak takut dengan kutukan Allah yang ditimpakan kepada orang-orang yang zalim "yaitu orang -orang yang menghalangi manusia dari jalan Allah yang menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok dan mereka mengingkari kehidupan akhirat" (TQS. al-A'raf (7) : 45)
Allahumma Fasyad naa..
Wallahu 'alam bi ash shawab