Sayap-sayap Patah Penguasa Muslim terhadap Penderitaan Muslim Uighur



Oleh Alin FM
Praktisi Multimedia dan Penulis
  
Cuitan Pesepak Bola Mesut Ozil tengah menjadi sorotan. Ozil menulis di akun twitternya mengenai muslim Uighur di Xinjiang China. Mesut Ozil melontarkan kritik pada pemerintahan China yang dianggap bersikap tak adil pada minoritas Uighur.

Mesut Ozil menuliskan:

Wahai Turkistan Timur...
Luka berdarah umat...
Komunitas Mujahid dan Mujahidin yang menentang penganiayaan...
Orang-orang beriman yang berperang melawan mereka yang memaksa meninggalkan Islam...
Alquran sedang dibakar...
Madrasah dilarang ...
Sarjana agama dibunuh satu per satu ...
Saudara-saudara dipaksa masuk ke kamp. Sebagai gantinya, pria China ditempatkan di keluarga mereka ...
Perempuan dipaksa menikah dengan pria Zink ...
Terlepas dari semua ini...
Umat Muhammad tidak bisa berkata-kata ...
Suaranya tidak terdengar ...
Muslim tidak dapat mengklaim...
Tidak tahu bahwa kekejaman Riza adalah kekejaman ...
Hazrat Ali berkata: Jika anda tidak bisa menghentikan penganiayaan, beritahu dia!
Bahkan di media dan negara Barat, ini telah menjadi agenda selama berbulan-bulan dan berminggu-minggu.
Tidakkah mereka tahu bahwa diamnya saudara-saudari Muslim agar tidak disiksa oleh para penindas yang akan diingat oleh saudara-saudari kita di masa-masa pahit ini.
Ya Rabi, bantu saudara dan saudari kami di Turkistan Timur
Tentu saja, Allah adalah sang Maha Baik

#TheGoodestFridayEastTurkey

Mesut Ozil 

Cuitan Ozil ini membuat China geram dan berdampak pada Arsenal. Laga Arsenal VS Manchester City pun dibatalkan. Pertandingan harusnya ditayangkan di CCTV namun digantikan dengan pertandingan rerun klub lain.

Ozil adalah warga Jerman keturunan Turki, melontarkan cuitan mengenai perlakuan China terhadap minoritas Muslim di kawasan Xinjiang sekaligus mengritik  negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim lantaran bungkam soal dugaan penyiksaan Muslim Uighur

Muslim Uighur tengah menjerit. Ratusan ribu sampai 1 juta muslim uighur ditahan tanpa diadili di wilayah Xinjiang, China barat. Ketika pihak berwenang China melanjutkan penindasan brutal di Xinjiang dimana menghilangkan identitas muslim dan atribut Islam telah menjadi salah satu target utama. Masjid-masjid di Kashgar dan Urumqi kini sepi bahkan dialih-fungsikan. Tahanan di kamp-kamp diperintahkan untuk mengingkari adanya  Tuhan dan tunduk kepada Partai Komunis China. Namun mengherankan, tak terlihat satupun Penguasa negeri Muslim yang mengerahkan pasukannya untuk melindungi saudaranya dari kebengisan komunis China atau setidaknya mengecam penindasan Pemerintahan China terhadap Muslim Uighur yang teraniaya saat ini.

Tidak ada Penguasa negeri Muslim yang membuat pernyataan publik untuk mengecam terjadinya tindakan pelanggaran HAM Pemerintah China  terhadap warga Muslim Uighur. Banyak tokoh agama yang mengaku berbicara atas nama iman terdiam menghadapi kekuatan politik dan ekonomi China.

China telah menjadi mitra dagang utama setiap negara mayoritas Muslim termasuk Indonesia. Banyak dari mereka adalah anggota Bank Investasi Infrastruktur Asia yang dipimpin China atau berpartisipasi dalam Inisiatif Sabuk dan Jalan dagang OBOR China. Strategi geoekonomi China telah menghasilkan pengaruh politik. Saat ini, Xinjiang kembali memainkan peran kunci dalam perdagangan internasional. Wilayah yang berbatasan dengan tujuh negara ini, ditetapkan sebagai pintu gerbang utama program “Belt and Road” Presiden Xi Jinping yang ambisius.

Di Asia Tenggara, China adalah pasar utama untuk komoditas seperti kelapa sawit dan batu bara. Timur Tengah mendapat keuntungan dari China karena China importir terbesar minyak dunia dan penggunaan gas alamnya meningkat pesat.

Wilayah tetangga dekat Xinjiang, seperti Pakistan, Afghanistan, dan Kazakhstan, menghadapi situasi yang sangat sulit. Konflik dan Penganiayaan juga tengah berlangsung pada muslim Pakistan, Afghanistan dan Kazakhstan. Kondisi penguasa tetangga Xinjian tidak jauh berbeda dengan penguasa negeri muslim lain. Penguasanya mempunyai hubungan ekonomi dan geopolitik yang erat dengan China, negara-negara tetangga pun  enggan untuk angkat bicara. Pakistan menganggap China sebagai penyeimbang vital untuk melawan India.
Bagaimana dengan negara Turki? negara terdemokratis dengan kepemimpinannya serta masyarakat luasnya menyadari penganiayaan Uighur di Turkestan Timur. Tetapi otoriterisme Turki yang semakin lama berkembang telah menyebabkan Turki semakin menganggap China sebagai sekutu yang memungkinkan untuk melawan Barat. Sejak Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengunjungi China tahun lalu dan mengatakan negaranya akan menghapuskan “laporan media anti-China,” perhatian yang diberikan kepada orang-orang Uighur menjadi lebih sedikit.

Walaupun ada tanda-tanda harapan untuk krisis kemanusiaan muslim Uighur. Profil China semakin berkembang, dan lebih banyak negara mayoritas Muslim menjadi tergantung pada kekuatan ekonomi China. Pada tahun 2018 lalu, pinjaman sebesar $23 miliar telah dijanjikan untuk negara-negara Arab. Kemungkinan tanggapan penguasa negeri Muslim terhadap krisis hak asasi manusia Uighur semakin kecil.

Ada Dua negara di mana mungkin ada harapan terhadap nasib muslim uighur adalah Indonesia dan Malaysia adalah dua negara demokrasi yang mayoritas penduduk Muslim. Keduanya memiliki pers yang relatif bebas, memiliki masyarakat sipil yang aktif sosial media dan secara geografis dekat dengan China sehingga memberi negara raksasa itu lebih banyak kehadiran dalam kesadaran publik tetapi tetap saja bungkam atas penderitaan muslim uighur.

Sikap pemerintahan Presiden Joko Widodo yang hingga kini masih 'bungkam' atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis minoritas Uighur di Xinjiang adalah berkaitan dengan urusan ekonomi menurut pernyataan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC). Menurut analisis mereka, salah satu faktor utama adalah dugaan ketergantungan Indonesia terhadap modal dari China yang cukup besar. "China adalah mitra dagang terbesar dan juga investor kedua terbesar" Indonesia.(https://m.cnnindonesia.com/internasional/20190621163906-106-405340/riset-indonesia-diam-soal-uighur-karena-investasi-china)

Penguasa negeri-negeri muslim saat ini bagai burung dengan sayap patah. Tak mampu terbang dengan semestinya. Sayap-sayap patahnya tidak bisa merengkuh cinta untuk melindungi saudara-saudaranya sesama muslim. Sayapnya patah karena perjanjian ekonomi melalui investasi atau peminjaman dana dengan dalil membangunan infrastuktur. Penguasa muslim rela membiarkan saudaranya menderita bahkan media dilarang untuk memberitakan kondisi yang dialami muslim Uighur. Sungguh menyedihkan!.

Ironi penguasa muslim  di dunia yang lebih setia kepada pemerintah Komunis China dibandingkan membela saudara seakidahnya, mereka memilih berkompromi untuk mengendalikan kekuasa demi harta dan jabatan semata. Memilih untuk cinta dunia dan takut mati sehingga  Allah mencabut rasa takut musuh-musuh umat Islam serta menjangkitkan di dalam hati penguasa dengan penyakit wahn.

Rasulullah bersabda,
 “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).

Akidah Islam sebagai benteng pribadi penguasa telah hilang dan diganti dengan akidah sekuler yang tak memerlukan agama untuk mengatur kehidupan politik-pemerintahan dengan penerapan Sistem Demokrasi. 

Kisah yang sangat menyayat hati, kisah penguasa negeri-negeri muslim tidak bisa menunjukkan taringnya di hadapan musuh kemudian memilih berjanji setia terhadap pemerintah yang sudah membunuh saudara-saudaranya sesama muslim. kalam-kalam syair derita muslim uighur di langit Xinjiang yang begitu tinggi terhempas di tengah genosida dan upaya penghapusan identitas muslim dihadapi muslim Uighur agar mengingkari keberadaan Pencipta, Allah SWT.

Dalam peristiwa ini mengatakan bahwa Cinta penguasa muslim pada persaudaraan  sesama muslim itu tidak didapat dirajut karena alasan nasionalisme. Cinta itu hilang ditelan bumi. Tidak ada tanggung jawab sedikitpun Penguasa negeri-negeri muslim terhadap penderitaan sesama muslim. Sebenarnya cinta itu bisa timbul hanya dengan sebuah pandangan dan kesatuan seluruh dunia muslim di dalam satu Kepemimpinan. 

Kisah derita umat Islam termasuk Muslim Uighur membuat sesak di dada, bagaimana mungkin para pemimpin dan penguasa muslim tidak mencinta persaudaraan muslim. Umat Islam hari ini belum bisa merasakan cinta pemimpin terhadap persaudaraan muslim. Pemimpin yang Cinta karena Allah dan takut pada Allah. Sehingga membuat pemimpin tidak akan tidur nyenyak ketika setiap nyawa muslim aman terlindungi.

Cinta seorang penguasa dan pemimpin Islam akan menjadi satu-satunya yang membuat aman setiap jiwa muslim dan umat Islam akan meneguk cinta seperti lezatnya madu dan mengenakanya seperti baju sutra kehormatan.  Di Saat dini hari, cinta pemimpin akan membangunkan rakyatnya dari tidur dan membawanya ke ladang sujud tahajjud pada ilahi Robbi dan di saat siang hari akan membawa rakyatnya  di bawah rindangnya pohon-pohon ketawakalan dan kegemilangan peradaban, tempat dimana akan ditemukan perlindungan bersama desiran ombak pantai kedamaian Islam.

Pemimpin seperti itu hanya lahir dari  sistem Khilafah Islam dikenal dengan sebutan Khalifah atau Amirul Mukminin. Seyogyanya Sistem Khilafah Islam lahir dari Cinta. Cinta Sang Maha Cinta, Allah SWT terhadap makhlukNya. 

Kisah yang sangat terkenal di era Khilafah Abbasiyah tentang cinta Khalifah Umar bin abdul aziz.

Suatu hari, usai mengurus pemakaman jenazah Sulaiman bin Abdul Malik, sang khalifah Umar bin Abdul Aziz pulang ke rumah untuk istirahat sejenak. Tiba-tiba Abdul Malik bin Umar, putra sang khalifah, menghampirinya. 

Ia bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, apakah gerangan yang mendorong Anda membaringkan diri di siang hari seperti ini?” Umar bin Abdul Aziz tersentak campur kaget tatkala sang putra memanggilnya dengan sebutan Amirul Mukminin, bukan ayah, sebagaimana biasanya. 

Ini isyarat, putranya tengah meminta pertanggungjawaban ayahnya sebagai pemimpin negara, bukan sebagai kepala keluarga. Umar menjawab pertanyaan putranya, “Aku letih dan butuh istirahat sejenak.” 

“Pantaskah engkau beristirahat, padahal masih banyak rakyat yang teraniaya?” kata sang anak dengan bijak. “Wahai anakku, semalam suntuk aku menjaga pamanmu. Nanti usai Zhuhur aku akan mengembalikan hak-hak orang yang teraniaya,” jawab Umar. 

“Wahai Amirul Mukminin, siapakah yang dapat menjamin Anda hidup sampai Zhuhur jika Allah menakdirkanmu mati sekarang?” kata Abdul Malik. Mendengar ucapan anaknya itu, Umar bin Abdul Aziz semakin terperangah. 

Lalu, iamemerintahkan anaknya untuk mendekat, diciumlah anak itu sembari berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan kepadaku anak yang telah membuatku menegakkan agama.” 

Selanjutnya, ia perintahkan juru bicaranya untuk mengumumkan kepada seluruh rakyat, “Barang siapa yang merasa terzalimi, hendaknya mengadukan nasibnya kepada khalifah.”

Subhanallah. Kisah di atas memberikan pelajaran (ibrah) berharga kepada kita dan para pemimpin dan penguasa seperti Umar bin abdul aziz hanya lahir dalam sistem Khilafah. 
Kini Jika diibaratkan, umat Islam saat ini bagaikan santapan lezat yang diperebutkan orang-orang kafir dan umat Islam tidak pemimpin yang bisa melindungi dan menjaga kehormatannya.
 Sabda Rasulullah Salallahualaihi wasallam telah mengingatkan kita berabad-abad silam. Suatu hari Umat Islam akan seperti buih di lautan. Meski terlihat banyak, namun tidak berarti.
Rasulullah bersabda,
 “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).

Derita muslim Uighur merupakan derita seluruh muslim di dunia, karena sesungguhnya semua umat muslim dimanapun merupakan saudara. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :

“Sesungguhnya Muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Ia tidak menzaliminya, dan tidak menyerahkannya (kepada orang yang menzaliminya),  (HR. al-Bukhari)

Sebagaimana sabda Rasulullah “Lebih baik hancurnya Ka’bah daripada matinya seorang muslim”. Dan ditegaskan Allah dalam firman-Nya 
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا
l
"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya". (QS. An-Nisa : 93).

Kepemimpinan dalam Islam sangat penting. Kepemimpinan merupakan tangung jawab yang akan dimintai pertangung jawaban dihadapan Sang Pencipta di Yaumil Akhir, dan seorang pemimpin merupakan perisai dan pelindung bagi rakyatnya. seorang imam (khalifah) memelihara dan mengatur urusannya terhadap rakyatnya.
Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan:

إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ، فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ وَعَدْلٍ فَإِنَّ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرًا، وَإِنْ أَمَرَ بِغَيْرِهِ فَإِنَّ عَلَيْهِ وِزْرًا.
Artinya: “Sesungguhnya Imaam itu adalah perisai, ia akan diperangi dari belakangnya  dan dia menjadi perisai (dari depan). Jika Imaam itu menyuruh untuk bertakwa kepada Allah dan berbuat adil, maka dia mendapat pahala. Tetapi jika dia menyuruh kepada selain itu, maka dia mendapat dosa.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Terbukti pada masa Khilafah Abbasiyah, Khalifah Mu'thasim Billah pada saat itu memenuhi permintaan seorang wanita muslimah yang kehormatannya dinodai oleh tentara Romawi. Ia segera melayangkan kepada penguasa Romawi dan mengirimkan pasukan kaum muslimin untuk memerangi pasukan Romawi. Karena Khalifah adalah perisai dan pelindung, penjaga keamanan, kehormatan, darah dan harta kaum muslimin di seluruh dunia. Cinta Pemimpin yang begitu dahsyat tercium sampai hari ini.  

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan bahwa ambisi Penguasa adalah amanah, Namun ujungnya selalu ada penyesalan. Beliau bersabda,

إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الإِمَارَةِ ، وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الْفَاطِمَةُ

“Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, ujungnya hanya penyesalan pada hari kiamat. Di dunia ia mendapatkan kesenangan, namun setelah kematian sungguh penuh derita” (HR. Bukhari no. 7148)

Dan disebutkan oleh Thobroni dari hadits Zaid bin Tsabit yang marfu’,

نِعْمَ الشَّيْء الْإِمَارَة لِمَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَحِلِّهَا ، وَبِئْسَ الشَّيْء الْإِمَارَة لِمَنْ أَخَذَهَا بِغَيْرِ حَقّهَا تَكُون عَلَيْهِ حَسْرَة يَوْم الْقِيَامَة

“Sebaik-baik perkara adalah kepemimpinan bagi yang menunaikannya dengan cara yang benar. Sejelek-jelek perkara adalah kepemimpinan bagi yang tidak menunaikannya dengan baik dan kelak ia akan merugi pada hari kiamat.”

Terdapat pula dalam riwayat Muslim dari hadits Abu Dzar,

قُلْت يَا رَسُول اللَّه أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي ؟ قَالَ : إِنَّك ضَعِيف ، وَإِنَّهَا أَمَانَة ، وَإِنَّهَا يَوْم الْقِيَامَة خِزْي وَنَدَامَة إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا

“Aku berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau enggan mengangkatku (jadi pemimpin)?” Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab, “Engkau itu lemah. Kepemimpinan adalah amanat. Pada hari kiamat, ia akan menjadi hina dan penyesalan kecuali bagi yang mengambilnya dan menunaikannya dengan benar.

Wahai para penguasa Negeri-negeri muslim janganlah kalian seperti Burung bersayap patah. Sayap-sayap patah kalian karena ambisi kekuasaan dan penjanjian ekonomi hanya membuat Derita kaum muslimin semakin parah. Saat Umat Islam harus menemukan jalan cinta dari Sang Maha Cinta, Allah SWT. Jalan itu menuju cahaya dan Kehormatan umat Islam termasuk menghapus derita Muslim Uighur. Jalan yang pernah diwariskan Rasulullah Saw yaitu Khilafah Islamiyyah. Jelaslah bahwa semua penderitaan ini terjadi termasuk derita Muslim Uighur karena tidak adanya cinta Seorang pemimpin kaum muslimin yaitu Khalifah. 
 Wallahu a’lam.





Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak