Oleh: Ummu Muhammad
Member AMK& Praktisi Pendidik Generasi
"Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab (Al-Qur'an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat,"(Al Baqarah: 159)
Tak henti-hentinya negeri ini melahirkan orang-orang yang berani mempertahankan hasrat syahwatnya sampai dia tak mampu membedakan antara haknya dan hak Tuhannya. Tak cukup dengan memilih kebebasan mengatur kehidupannya sendiri sampai dengan lontaran tuduhan teroris dan radikalis pada pengkritik kekuasaannya. Kini mereka hendak mengubah dan meyembunyikan ajaran Islam yang dinilai bisa mengancam eksistensi kejayaannya.
Tidak dipungkiri akhir-akhir ini isu teroris hampir tak membuat rakyat peduli bahkan hanya menjadi bahan tertawaan. Masyarakat sudah faham bahwa isu yang muncul tiba-tiba itu hanya alat penguasa untuk mengelabui kegagalan kebijakan yang dikeluarkannya. Penguasa pun melakukan berbagai cara agar rakyat mendukung dengan segala kekurangan dan kelicikannya.
Radikal adalah isu yang santer terdengar di periode keduanya ini. Setelah aksinya membubarkan ormas yang membuat resah kekuasaannya, kini mereka menyadari bahwa ide yang di bawa ormas tersebut ternyata tidak bisa dihilangkan dibenak umat bahkan semakin menampakkan keingintahuan mereka terhadap ajaran agamanya.
Akhirnya muncul lah narasi dari beberapa Menteri dalam menangani opininya seperti menindak ASN yang terlibat dengan paham Islam yang ditakutinya, sertifikasi ulama, memata-matai mimbar-mimbar Umat Islam, sampai mengubah pelajaran agama di sekolah sekitar 155 buku pelajaran akan dirombak, di ubah, dan disembunyikan maknanya oleh para ahli sesuai makna yang diinginkannya.
Dilansir dari berita online Menteri Agama Fachrul Razi mengataka, "Pelajaran yang dibenahi utamanya adalah Akidah Akhlak, Alquran dan Hadis, bukan Alquran yang dibenahi, ndak, itu sudah tidak bisa tersentuh. Masalah Fikih, masalah Sejarah Kebudayaan Islam, kemudian Bahasa Arab," kata Fachrul.
Pernyataan tersebut pun didukung oleh Menteri Pendidikan. "Ya akan selalu mendukung apa arahan Presiden sama apa yang pak Menag ingin lakukan, tapi saya belum sempat berdiskusi dengan Beliau (Menag)," ujar Nadiem di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (14/11/2019).
Memang benar kebangkitan berfikir itu dimulai dari pengetahuan akalnya atau pendidikannya. Karena disana terdapat banyak kumpulan pengetahuan yang mampu menggerakkan hati menuju perubahan di masa depan. Karena isi kepala selalu berbanding lurus dengan gerak tingkah lakunya.
Sehingga wajar Sang Pemberani yang bodoh akan agama ini mengambil langkah yang radikal, menciptakan generasi yang bodoh terhadap ajaran agama Islam sehingga mereka bisa dikendalikan oleh kemauan penguasa.
Karena ajaran Islam mengajarkan keimanan pada sang pencipta. Membuat setiap aktivitasnya selalu terjaga dan melahirkan keberanian nyata hingga membuat takut para penghamba nafsu. Dan itu mimpi buruk bagi para boneka, karena ia akan menghadapi murka tuannya.
Nampak sekali bahwa penguasa hanya takut terhadap ajaran mayoritas negerinya. Padahal dengan ajaran Islam negeri ini terbebas dari penjajah yang berabad-abad lamanya mendiami tanah air. Tapi ternyata kemerdekaan hanya sebuah klaim, karena hakikatnya negeri ini belum merdeka. Misi gold, glory dan gospel yang di bawa penjajah masih terasa dalam bentuk berbeda. Kekayaan alam tetap pindah tangan dan kebebasan agama mayoritas tak dapat dirasakan.
Sungguh keberanian mereka sudah melampaui ambang batas manusia. Kejahatannya selalu saja didukung dan dibela oleh penguasa sistem kapitalis sekuler. Tidak lagi merasa ragu dan takut bermaksiat, karena ancaman neraka Tuhannya hanya sebuah dongeng belaka. Baginya tugas Tuhan sudah selesai mencipta, dan kehidupan adalah bagian karya manusia yang layak dijaga.
Beginilah fakta umat Islam di negeri kapitalis sekuler. Islam dan umatnya tak berdaya hidup di tengah-tengah sistemnya, ulamanya tak hadir membela ajaran agamanya, mereka berjalan sendiri tanpa pemimpin dan pelindung dalam menjaga kehormatan agama dan jiwanya.
Sejarah telah menggoreskannya bahwa Islam adalah musuh penjajah sampai akhir zaman. Sampai misinya tetap berlangsung sampi saat ini untuk menghilangkan ajaran Islam dari pemeluknya. Lewat tangan-tangan bonekanya ia melancarkan tujuannya, agar kekuasaan dunia tak lagi kembali ke tangan Islam.
Dahulu sebelum abad 2 H para ulama berusaha menjaga agama ini dari tangan-tangan kaum Zindik. Mereka mencampuradukkan ajaran agama dengan pengetahuan asing. Mereka menyebarkan hadis-hadis palsu dan mengubah makna-makna nash yang tidak sesuai dengan maksud yang sebenarnya. Sehingga para ulama berusaha menjaganya dengan melestarikan bahasa Arab , menyaring hadis-hadis yang beredar di masyarakat, dan menentukan syarat-syarat orang yang layak bisa memahami nash.
Sehingga usaha kaum Zindik mengalami kegagalan dalam mengubah bahasa Al quran, makna alquran dan assunah tetap terjaga. Bahasa Arab masih menjadi bahasa negara, dan negara membuka jalan bagi khasanah keilmuan fikih agar umat Islam mampu menemukan hal-hal baru dari sumber agamanya. Jadi wajar kita bisa menyaksikan ajaran agama ini masih terjaga pemahamannya karena peran ulama dan kecanggihan kehidupan sekarang ini pun tak luput dari andilnya peran ilmuwan Muslim.
Namun, setelah zaman kemunduran Islam terjadi, saat para ulama berhenti untuk melakukan ijtihad, umat Islam dilanda kejumudan dan kebekuan berfikir. Akibatnya tidak mampu memfilter derasnya tsaqafah asing yang masuk. Sampai muncul anggapan Islam tidak sesuai dengan perkembangan zaman, khilafah biang kemunduruan dan hanya barat yang layak dijadikan contoh kemajuan.
Narasi itu masih berlangsung disebarkan oleh mulut-mulut agennya di Pemerintahan. Melalui kebijakan yang dibuatnya. Mereka mengharapkan kebangkitan yang mulai dirasakan saat ini bisa kembali meredup dan hilang dan umat Islam menjadi Bodoh, takut kembali mengkaji ajaran agamanya.
Sungguh lancang sekali, tidak kah dia tahu bahwa usaha mereka akan gagal dan hanya kerugian lah yang mereka dapatkan. Tetapi sepertinya rasa takut itu sudah hilang seiring keimanan yang mulai lenyap dari hatinya. Hanya dengan kepemimpinan Islam saja umat Islam dan ajarannya tetap terjaga.
Keadilannya akan dirasakan oleh nonmuslim juga, baik itu berkaitan dengan kebebasan beragama atau pun berkaitan dalam mendapatkan hak-haknya sebagai manusia. Karena keadilan Islam adalah hasil bimbingan Pencipta yang berbeda dengan keadilan manusia yang hanya mengutamakan nafsu belaka. Sehingga mustahil, keadilan didapatkan di bawah kekuasaan Sang Penghamba nafsu dunia.
Waallahu a'lam bishawab.