REVISI KURIKULUM, REVISI AJARAN ISLAM?



Oktavia Nurul Hikmah, S.E. (Komunitas Sinergi Muslimah, Gresik)

Kementerian Agama (Kemenag) akhirnya merespons kritik publik dan DPR atas pencabutan materi jihad dan khilafah dari soal ujian dan kajian pelajaran di madrasah.  Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan telah mendengar penolakan berbagai kalangan itu dan siap membahas kembali materi yang dinilai berbau radikalisme tersebut. 
Ia mengindikasikan, persoalan khilafah dan perang yang diajarkan di kurikulum terdahulu sebenarnya tak bermasalah. Kendati demikian, ada pengajar yang menyimpangkan materi tersebut. 
“(Soal khilafah) di sejarah Islam kan itu ada. Pengalaman lalu, ndak tahu kesalahannya di mana, yang pengajarnya justru yang menyimpang ke mana-mana, mengampanyekan khilafah. Kalau di sejarah Islam, kan pasti ada," ujar Fachrul di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (9/12).
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kemenag, Kamaruddin Amin menyampaikan, materi khilafah dan jihad akan diberikan perspektif yang lebih produktif dan kontekstual. Materi tentang khilafah dan jihad juga tidak ada lagi dalam pelajaran fikih karena dipindahkan ke pelajaran sejarah Islam (republika.co.id, 10/12).
Wacana yang digulirkan kemenag ini menambah panjang daftar penyakit alergi penguasa terhadap Islam dan ajarannya. Selain larangan celana cingkrang dan cadar bagi ASN, kini materi jihad dan khilafah pun dipersoalkan. 

Jelaslah, ada upaya masif dan tersruktur untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran dan simbolnya. Mengapa disimpulkan demikian? Karena khilafah dan jihad adalah ajaran Islam. Begitupun cadar dan celana cingkrang adalah bagian dari Islam. Upaya menghapus dan mendiskreditkannya tak bisa dipahami lain, kecuali bahwa pelakunya alergi dengan Islam dan ajarannya.
Mengenai khilafah, narasi buruk yang terus digulirkan kepada masyarakat membentuk kesan bahwa khilafah adalah sesuatu yang membahayakan negara. Penerapan Islam kaaffah dalam bingkai Khilafah dituding akan mencederai pluralitas. Bahkan beberapa tokoh mengomentarinya dengan kata-kata basi ataupun tidak relevan diterapkan di negeri ini. 
Sebenarnya, apa itu khilafah? Menurut penjelasan dari H. Sulaiman Rasyid dalam buku Fiqih Islam (salah satu buku wajib pada sekolah menengah dan perguruan tinggi Islam di Indonesia dan Malaysia). Al Khilafah ialah “suatu susunan pemerintahan yang diatur menurut ajaran agama Islam”, sebagaimana yang dibawa dan dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW semasa beliau hidup, dan kemudian dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khathab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib). Kepala negaranya dinamakan “Khalifah”. 
Sebagai suatu susunan pemerintahan yang diatur menurut ajaran Islam, khilafah menjadi satu-satunya sistem pemerintahan dunia yang mampu bertahan lebih dari 13 abad. Dimulai sejak hijrah Rasulullah ke Madinah pada 1 H hingga diruntuhkan pada 1342 H atau 1924 M. Sepanjang masa itu pula Rasulullah dan para khalifah penerusnya menjalankan syariat Islam dalam kepemimpinannya. Politik luar negeri Islam berupa dakwah dan jihad menjadi sebab tersebarnya Islam ke seluruh penjuru dunia, termasuk ke nusantara. 

Sebuah surat yang didokumentasikan oleh Abd Rabbih (246-329 H/860-940 M) dalam karyanya yang berjudul al-‘Iqd al Farid menunjukkan pengaruh kekhilafahan Islam pada nusantara. Surat tersebut dikirimkan oleh Maharaja Sriwijaya (kerajaan Hindu di Nusantara) kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Potongan surat tersebut sebagai berikut:
“Dari Raja Diraja…; yang adalah leturunan seribu raja… kepada Raja Arab (Umar bin Abdul Aziz) yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan, Aku telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tidak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Dan aku ingin Anda mengirimkan kepadaku seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepadaku, dan menjelaskan kepadaku hukum-hukumnya” (Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, halaman 29).
Sungguh disayangkan bahwa kekhilafahan telah diruntuhkan oleh Mustafa Kemal Pasha pada 1924. Sejak itulah penerapan syariat kaaffah telah dihentikan paksa. Kaum muslimin dicekoki dengan pemahaman sekuler yang kian menjauhkan mereka dari agamanya.
Namun hari ini, geliat kesadaran umat mulai terbentuk. Umat Islam mulai menyadari bahwa sekulerisme kapitalismelah biang kerok dari segenap problematika manusia. Berlepas dari agama menyebabkan umat Islam mundur bahkan menjadi obyek kedzaliman negara-negara kapitalis. Kesadaran ini sungguh menakutkan para pengemban ideologi kapitalisme dan pendukungnya. 

Saat umat Islam bersatu di bawah kepemimpinan tunggal seorang Khalifah, maka dominasi Barat akan terlepas di negeri-negeri muslim. Artinya, kapitalis takkan mampu mengeruk kekayaan alam di negeri-negeri muslim. Padahal selama ini, mereka dengan leluasa mengangkangi kekayaan alam melalui berbagai perjanjian internasional maupun perundangan yang dibuat para pemimpin khianat. 
Saat umat Islam bersatu di bawah kepemimpinan Khalifah, akan terbentuk pasukan militer dalam jumlah yang mencengangkan. Pasukan yang memiliki basis aqidah dan pemahaman akan kewajiban dakwah dan jihad. Inilah pasukan yang tidak takut akan kematian, bahkan mereka merindukan kematian di jalan Allah. Jika tanpa adanya Khilafah saja, pasukan Israel dibuat pusing dengan keberanian dan keimanan umat muslim Palestina, apalah lagi jika Khilafah sudah tegak. Penyatuan negeri muslim akan meliputi dua pertiga dunia. Bisa dibayangkan berapa jumlah pasukan siap syahid yang akan melawan dominasi negara penjajah.

Negara adidaya saat ini sesungguhnya tidak berdiri di atas kaki mereka sendiri.  Mereka amat bergantung pada negara berkembang yang mayoritasnya merupakan negeri-negeri muslim. Karena itu, mereka tidak akan membiarkan kebangkitan umat terwujud. Sebelum itu terjadi, mereka akan melakukan segala upaya untuk mencegahnya. Menghapus jejak Khilafah dari benak umat, adalah satu cara yang mereka tempuh.
Khilafah adalah ajaran Islam. Sebagaimana liwa dan rayah pun adalah ajaran Islam. Panji Islam itu telah kembali ke pangkuan umat. Terbukti bahwa umat semakin bangga mengenakannya, semakin semangat membelanya, sekalipun narasi fitnah terus digaungkan. Maka insya Allah, Khilafah pun akan kembali ke pangkuan umat. Ikhtiar tak henti pengemban dakwah akan mengembalikan kecintaan umat akan institusi penerap syariat kaaffah, sekalipun narasi fitnah terus diserukan. Ambillah pilihan istiqamah, wahai Pejuang!  



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak