Oleh Fatmawati Arfa
Mahasiswa Sastra Inggris
Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah ruah, tanah, air, hewan maupun tumbuh-tumbuhanan dengan berbagai macam jenis. Tanah yang subur, air yang bagaikan susu, hewan dan tumbuhan yang variatis. Tidak hanya itu, minyak bumi, gas alam, emas serta logam yang amat beragam dan masih banyak lagi. Kekayaan alam inilah yang menjadikan negara untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dengan begitu, rakyat tidak akan merasakan kesengsaraan apalagi kelaparan.
Namun dalam kenyataannya, kemiskinan di Indonesia berkisar 9,41 persen yaitu sekitar 25, 14 juta orang yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik pada Maret 2019, jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit. Dalam hal ini kemiskinan merupakan masalah utama dan paling mendasar yang setiap harinya menjadi perhatian utama.
Pada pertumbuhan kemiskinan sendiri terdapat beberapa faktor penyebab yaitu, tingkat pendidikan yang rendah sehingga cenderung memiliki keterampilan, wawasan dan pengetahuan yang memadai untuk kehidupan. Terbatasnya lapangan kerja yang dapat menimbulkan banyaknya penggangguran karena semakin bertambah pengangguran maka semakin bertambah pula kemiskinan. Malas bekerja dan beban hidup keluarga yaitu meningkatkan pendapatan sesuai dengan jumlah anggota yang dihidup, serta keadilan yang tidak merata. Kemudian, keterbatasan sumber daya alam yang tidak lagi memberikan keuntungan.
Faktor-faktor ini telah dirasakan rakyat saat ini yang mana kekayaan alam melimpah tapi sedikit sekali yang dapat dinikmati bahkan tidak sama sekali. Fenomena paradoksal ini dapat memunculkan pertanyaan, rakyat miskin salah siapa ? rakyat kah? Jawabanyaa dapat dilihat pada faktor-faktor diatas yang merupakan akar masalahnya ada pada rezim yaitu kurangnya rezim dalam memberantas kemiskinan. Apalagi dengan sistem yang dianut saat ini, sistem kapitalisme-sekularisme yang mengitkat orang kaya menjadi lebih kaya dan miskin semakin miskin tanpa melihat halal-haramnya. Sistem yang berselogan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” yang digunakan rezim sebagai intrumen yang telah dipangkas menjadi “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rezim.” Sistem yang berasaskan manfaat, yang hanya menguntukan pribadi dan kelompok orang yang berkuasa. Sehingga sangatlah sulit untuk pemerataan pendapatan dalam kehidupan rakyat.
Contoh daripada salah satu peran pemerintah dalam memberantas kemiskinan ialah pelaksanaan bantuan dibidang kesehatan. Namun, nampaknya berbalik arah, biaya kesehatan semakin mahal dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan yang diagungkan pemerintah untuk membantu rakyat justru malah mencekik. Rakyat ditutuntut untuk membayar dua kali lipat tapi pelayanannya tak kunjung dirasakan.
Selama rezim tetap kokoh pada sistem ini maka sangat sulit untuk menekan kemiskinan, kemiskinan segera teratasi apabila rezim mau untuk menggantikan sistem, yang pastinya adalah sistem Islam Kaffah yaitu Khilafah. Aturannya langsung dari Allah yang menciptakan manusia, Allah yang Maha Kaya sehingga kemiskian tidak lagi dirasakan oleh rakyat karena keberkahan rahmat dan limpahan karunianya-Nya.