Oleh : Windha Yanti, S
( Aktifis Dan Pemerhati Sosial )
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyerukan masyarakat untuk bersama-sama memerangi radikalisme dan terorisme menyusul insiden penusukan yang menimpa Menkopolhukam Wiranto di Pandeglang, Banten, Kamis(10/10) Jakarta. (CNN Indonesia, 17/12/19)
Hari ini siapa yang tak kenal dengan istilah Radikalisme. Semua elemen masyarakat jadi paham itu proyek rezim, meski tak laku-laku rezim tak pernah bosan selalu mengangkat isu radikalisme dengan berbagai manipulasi agar bisa diterima oleh masyarakat secara luas.
Pasalnya di samping polemik kondisi Indonesia hari ini yang semakin carut marut, justru rezim malah sibuk menggadang-gadang isu radikalisme. Proyek apa sesungguhnya di balik radikalisme. Padahal ada jutaan masalah di Indonesia yang tak tersentuh oleh pemimpinnya.
Perekonomian Indonesia kini melemah, sudah bukan menjadi rahasia, di samping hutang yang menumpuk bahkan rezim hanya mampu menyicil bunganya saja, sehingga terjadilah defisit. Bukan hanya permasalahan ekonomi yang sedang kritis, tapi masalah kemiskinanpun perlu menjadi perhatian besar.
Sejak rezim hari ini berkuasa, semakin banyak kebijakan yang tak memihak kepada rakyat kecil, seperti halnya mengurangi tenaga kerja Indonesia dengan menggantinya tenaga kerja Cina, ini kebijakan yang jelas menguntungkan asing dan aseng, inilah pekerjaan pemerintah yaitu menguntungkan mereka bukan rakyatnya.
Belum lagi efek buruk pasar bebas, barang-barang impor yang semakin menggila masuk ke Indonesia hingga merugikan produk hasil rakyat kecil. Dan ini hanya sebagian kecil permasalahan yang harus dituntaskan oleh rezim.
Namun sebaliknya bukan sibuk dengan berbagai permasalahan di atas, rezim malah repot dengan urusan radikalisme. Sepertinya urusan rakyat lebih berat dan rumit ketimbang mengurusi radikalisme yang cuma perlu buat pernyataan atau narasi di depan media publik, lalu koar-koar.
Saking seriusnya rezim dengan radikalisme, sampai- sampai masjid harus diawasi, dan dibuatlah polisi masjid yang kerjaannya mengawasi para dai tausiah. Tidak cukup sampai di sini untuk mencegah radikalisme sejak dini maka taman kanak-kanak (TK) harus diawasi agar tidak terpapar radikalisme.
Tidak cukup puas sampai di sini ternyata, rezim pun membuat wacana agar pelajaran jihad dan khilafah dihapus di setiap madrasah agar tidak ada sarang radikalisme. Kalo kita lihat secara etimologi, radikalisme adalah paham yang mengakar, faham yang dimaksud di sini adalah Islam. Berarti orang Islam yang Islamnya mengakar atau dalam. Sampai di sini ada yang salah dengan radikalisme? Jelas tidak.
Sebagai seorang muslim justru kita diperintahkan untuk masuk ke dalam Islam secara kaffah.
Dalam Q.S Al Baqarah 208
َا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
"Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu."
Justru keimanannya dipertanyakan jika ada seorang muslim tapi menolak ajaran Islam itu sendiri. Bukankah beragama itu harus total, sehingga mampu menjadikan manusia yang bertakwa dan berahlak baik sehingga bisa bermanfaat bagi manusia yang lain.
Namun di mata barat atau penjajah, radikalisme sangat berbahaya baginya. Karena seorang muslim yang bersunguh-sungguh dengan agamanya tidak akan membiarkan tanah airnya dikuasai oleh asing ataupun aseng. Inilah proyek besar rezim.
Sehingga proyek mereka adalah membasmi radikalisme sampai kepada akar, agar tidak ada yang dapat mengganggu hubungan rezim dengan penjajah, sehingga para penjajah bisa dengan bebas menguasai kekayaan alam, dengan mencegah kebangkitan Islam.
Begitu pula dengan mengangkat isu radikalisme ini mampu menutupi kondisi rusaknya Indonesia, mengalihkan perhatian rakyat agar terfokus pada hal-hal yang tak penting dan tidak ada manfaatnya bagi kemajuan Indonesia.
Inilah rusaknya sebuah sistem yang diimpor dari penjajah, kapitalisme adalah sistem yang tidak manusiawi, pasalnya sistem ini berupaya menjauhkan agama dari kehidupan. Di mana manusia hakikatnya tidak mampu dipisahkan dari yang namanya agama, karena agama adalah panduan hidup sekaligus solusi dalam setiap permasalahan hidup.
Sudah saatnya umat sadar dan bangkit dari keterpurukan yang panjang ini. Untuk kita membangun kembali sebuah peradaban yang besar dan mulia, dan itu hanya mampu diraih jika aturan Islam diterapkan secara kafah dalam bernegara.
wallahu'alam bishshawab