Oleh: Hanah Nuraenah (Aktivitas muslimah, Yogyakarta)
Islam jauh-jauh hari mengajarkan bagaimana seorang pemimpin agar ia selalu menjaga kepercayaan umat sebagaimana ia sudah menjadi pilihan umat, maka amanah dan hak menjadikan kewajibannya harus ia jaga dan tunaikan sebagai imam yang shalih (jujur dan adil). Semata karena melaksanakan tugas pemimpin bagian dari perintah Allah dan hanya mengharap Ridho Allah bukan semata ingin dilihat manusia, tenar bahkan jadi terkenal dengan pencitraan, tsumma naudzubillahi midzalik. Masa pengabdian sebagai pemimpin dalam islam tidak dibatasi periode berapa tahunnya kecuali pemimpin itu dzalim, meninggal atau diminta turun oleh rakyat. Hal itu mengharuskan menuntut kondisi yang urget pada masanya untuk pergantian. Selagi pemimpinnya Shalih dan umat Ridho dengan kepempinannya, mau mengayomi umat dengan baik dan benar sesuai perintah Allah Swt, Maka secara otomatis ia akan dihargai dan dicintai rakyatnya begitupun cinta sang pencipta. Maka poin penting sekali harus ada dalam diri pemimpin jika ingin dipercaya dan menentukan masa menjabat. Ingat masa khalifah islam, disaat abu bakar di pilih awalnya tidak mau karena amanah sebagai khalifah itu besar. Ia khawatir pertanggungjwaban kelak pada Allah tak maksimal. Namun akhirnya abu bakar mau atas dasar umat memilihnya dan ridho Allah yang dituju. Maka ia mendedikasikan hidupnya untuk kesuksesan negara dan agama. Kegemilangan islampun dan kesejahtran pada masa itu terbukti sampai masa-masa pemimpin selanjutnya. Tentunya hal ini harus dicontoh oleh seorang pemimpin masa sekarang.
Dengan kata lain, jika perpanjangan kekuasaan itu disalah gunakan maka akan menjadi monster, tirani, otoriter, dan sewenang-wenang. Sungguh hal tersebut tidak diharapkan.