Pragmatisme Politik Liberal Yang Anti Agama




Oleh : Zahida Arrosyida


Gelombang sekulerisasi yang dahsyat telah memporak-porandakan kehidupan kaum muslimin. Termasuk dalam hal berpolitik. Arus sekuler membuat partai-partai politik yang menisbatkan dirinya sebagai partai Islam seolah tak punya pilihan. Alih-alih mempertahankan identitas Islam, malah kian menjauhinya. 
Sedikit demi sedikit identitas itu tergerus. Baju Islam yang dikenakan selama ini dianggap sesak. Eksklusivitas dianggap sebagai penghalang dalam pergaulan politik. Butuh baju baru yang dianggap longgar. Baju lama ditinggalkan.

 Setidaknya itulah  yang nampak dari pernyataan Ketua Umum PAN baru-baru ini. Beliau menilai jualan surga neraka yang diterapkan saat Pemilu Presiden 2019 tidak relevan lagi, karena ternyata masyarakat lebih membutuhkan kebijakan yang berdampak luas .

"Belajar dari Pemilu Presiden 2019 yang sudah usai, ternyata publik tidak lagi membutuhkan jargon-jargon, tapi apa yang akan berdampak bagi kehidupan mereka,"

"Jadi bukan jualan agama yang diharapkan, tapi apa kebijakan berdampak yang bisa ditawarkan kepada masyarakat," kata dia.

"Buktinya ketika menjual isu penista agama tidak seiring dengan hasil pemilu, perolehan suara partai saya PAN malah di urutan ke delapan," katanya lagi.

Pada sisi lain, ia juga menilai untuk pertama kali dalam sejarah di Indonesia pada 2019 pelaksanaan pemilu legislatif bersamaan dengan pemilu presiden.

"Ada banyak pelajaran penting dan hebatnya perjuangan yang begitu heroik dengan menjual isu agama, akhirnya capres yang satu sekarang sudah menjadi Menteri Pertahanan, itulah politik yang harus diambil pelajaran karena akhirnya adalah kepentingan," katanya pula.

Pernyataan pimpinan PAN ini secara tidak langsung menegaskan bahwa dalam sistem saat ini agama hanya menjadi instrumen untuk mengumpulkan dukungan/suara umat. Saat suara partai tidak terdongkrak dengan isu Islam maka mereka mengubah wajah menyesuaikan dengan selera pasar yang semakin sekuler dan anti Islam.

Yang pasti sikap pragmatisme partai politik Islam nantinya akan berimbas pada memudarnya ideologi yang diemban. Pragmatisme mengharuskan pelakunya meninggalkan identitas ideologisnya dan mau berkompromi dengan ideologi lainnya. Suara yang bertambah pun sebenarnya tidak akan banyak berpengaruh kepada umat karena sejak awal partai telah berubah menjadi sekuler.
Jika demikian maka partai politik Islam akan kehilangan ruh perjuangannya. Kacamata pandang dalam melihat berbagai persoalan masyarakat akan didasarkan pada faktor nafsu kekuasaan atau kekayaan. Dampak paradigma berpikir seperti ini akan menjadikan partai politik Islam gampang dibeli dengan uang dan kekuasaan. Bukankah partai itu sendiri butuh uang untuk menjalankan mesin partainya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kekuasaan adalah ladang mengeruk keuntungan.
Dalam kondisi ini partai politik akan sangat mudah dikooptasi dan dikendalikan oleh para pemilik modal. Partai politik menjadi alat legitimasi kepentingan pemilik modal di pemerintahan. Aspirasi masyarakat yang dikumpulkan dalam pemilu akan gampang ditukar dan dikalahkan oleh para pemodal.

 Bila itu terjadi, partai politik tidak lagi berfungsi sebagai jembatan aspirasi rakyat ke pemerintah. Partai politik menjadi tangan-tangan kepentingan segelintir orang. Sikap kritis yang seharusnya ditunjukkan oleh partai politik pelan-pelan luntur sebab semua sudah dikompromikan. Rakyat akan semakin tidak percaya. Bila mau mendukung partai politik Islam, ternyata platformnya sama saja dengan partai sekuler. Tidak ada bedanya. Pilihannya mana yang dianggap memberikan manfaat bagi mereka; bukan mana yang harus didukung karena panggilan akidah/ideologi.

Kini fakta tersebut terjadi di depan mata. Ketika partai-partai telah menjadi partai pendukung pemerintah semua,tak ada yang mengkritisi kebijakan penguasa. Kalaupun ada pastilah  terkesan setengah hati dan hanya basa-basi politik.  Kebijakan penguasa dianggap sudah tepat. Teriakan rakyat sampai tenggorokannya kering tak digubris. Mereka takut dikatakan mencederai koalisi dan kehilangan kursi.

Dampak dari kondisi ini, kepentingan umat Islam akan semakin jauh dari harapan. Bagaimana tidak jauh jika semua partai politik Islam sudah tidak meanggap lagi Islam sebagai sebuah ideologi yang wajib diterapkan. Keberadaan partai politik Islam tetapi sekuler akan mengokohkan sistem sekuler yang ada. Negara imperialis tentu bergembira dengan kondisi ini. Mereka bisa leluasa menancapkan kuku-kukunya di Indonesia tanpa ada lagi penghalang. Karena partai-partai yang ada telah memiliki cara pandang yang sebangun dengan mereka. Padahal justru sistem sekuler inilah yang harus diubah oleh umat Islam, termasuk oleh partai politik Islam. Sebab sistem sekuler telah terbukti secara nyata tidak membawa keberkahan bagi umat Islam dan juga Muslim. Keterpurukan dan kehinaan malah muncul. Siapa yang merasakan kebijakan yang tak memihak rakyat?

Dalam Islam partai politik adalah melaksanakan fungsi-fungsi penting berikut :
1) Mengubah masyarakat tidak Islami menuju masyarakat Islami dengan cara menegakkan kembali Khilafah Islamiyah. Partai Islam tidak didirikan untuk memperjuangkan demokrasi, sekulerisme maupun paham-paham lain yang bertentangan dengan akidah dan syariah.
2) Mendidik umat dan menjaga pemikiran mereka dengan akidah dan syariah Islam semata. Untuk itu partai Islam harus menyerukan  dan mempropagandakan akidah dan syariah ditengah-tengah masyarakat agar umat memahami kewajibannya untuk terikat dengan Islam. 
3) Mengoreksi penguasa, mengungkap makar negara-negara kafir imperialis terhadap dunia Islam serta membongkar persengkongkolan para penguasa dengan negara kafir imprealias dalam memerangi Islam dan kaum muslimin.

Inilah gambaran partai politik dalam Islam yang memiliki tugas mulia mencerdaskan umat agar memahami Islam, memperjuangkan,  menyebarkan dan mengarahkan pilihannya berdasarkan Islam. Kondisi umat yang tidak memberikan dukungannya kepada Islam dan partai Islam adalah buah sistem sekuler dan absennya partai Islam dari gelanggang kehidupan untuk melakukan edukasi kepada umat.

Wallahu a'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak